Selasa, 29 Januari 2013

Semoga mau menunggu :)

Dear All Readers yang kusayangi

karena kondisi kesehatan yg bener-bener drop 1 minggu ini ditambah dengan kejamnya, aku menularkan virusku ke si om he he he, sehingga dia juga ikut drop karena tertular..... 
dan saat ini kami sama2 tepar ga bisa bangun dari ranjang akibart virus flu+batuk+radang+demam+(bronkitis = khusus aku ) -----> T_____T huhuhuhuhu

Jd aku minta maap sampai lama belum posting+balas komen dan pertanyaannya,  yah all readers kepala masih kliyengan kalau buka layar komputer   T____T

Semoga all readers mau menunggu yah. Aku pasti akan segera posting kisah yang dinanti2 all readers secepatnya begitu sudah sembuh dan kuat kembali

peluk sayang semuanya

Santhy Agatha

PS : buat yg nanyain versi cetak UH dan FTDS bisa dipesan tgl 3 feb di nulisbuku.com/ bisa titip aku. Untuk UH sendiri sudah mulai posting per bab di PN, FDTS menyusul :)

Selasa, 22 Januari 2013

Kuis Sweet Enemy Berhadiah Novel :)

KUIS CLOSED KARENA SUDAH JAM 12 : 00 YAH :)

saatnya aku baca-baca jawabannya dulu yaaaah  :)
Pemenang akan diumumkan pada tanggal 1 Februari 2012
Plus bab di Sweet Enemy ( kira-kira bab berapa ya? hehehehe) yang akan mengungkapkan semua rahasia

Terimakasih atas partisipasinya yah all

Salam hangat dan peluk erat
Santhy Agatha


Sweet Enemy Part 3

 
 
Tidurnya begitu lelap. Davin menggumam dalam hati. Duduk di tepi ranjang dan mengamati Keyna. Dan dia nampak begitu polos, seperti anak kecil.
 
Lelaki itu lalu mengangkat alisnya dan mengalihkan pandangannya ke bagian bawah tubuhnya dengan kesal.
 
Kalau memang baginya Keyna seperti anak kecil, kenapa dia bisa terangsang seperti ini?
 
Davin menatap Keyna lagi dan menggeram kesal. Kesal pada dirinya sendiri.
 
Terlalu berbahaya berada di sini. Dia takut lupa diri dan menyerang Keyna dalam tidurnya. Lalu menyesalinya.
 
Dengan hati-hati, dilepaskannya pegangan jemari Keyna di jemarinya, dan berdiri dari ranjang. Dia lalu membungkuk untuk menyelimuti Keyna.
Wajah Keyna begitu dekat dengannya, napasnya berembus ringan dan teratur. Dan Davin tidak dapat menahan diri.
 
Dikecupnya bibir Keyna lembut. Sebelum kemudian melangkah pergi, meninggalkan kamar itu, meninggalkan Keyna yang masih tertidur pulas.
 
***

Jumat, 18 Januari 2013

Sweet Enemy Part 2

 
 
Keadaan makin buruk ya." Sefrina duduk di sebelah Keyna di kelas sambil menatap ke sekeliling, beberapa orang tampak langsung berbisik-bisik melihat Sefrina mendekati Keyna.
 
Keyna menoleh ke arah Sefrina dan tersenyum sedih, "Maafkan aku."
 
"Tidak perlu minta maaf." Sefrina terkekeh, "Pendapat orang-orang yang picik dan dangkal sama sekali tidak mempengaruhiku. Aku senang dengan yang kulakukan, lagipula aku dulu sama sepertimu, tidak punya teman."
 
Keyna menoleh ke arah Sefrina dan menatap dengan tertarik, "Benarkah?" Mana mungkin orang secantik Sefrina dan tampak jelas dari keluarga berkelas pula bisa merasakan tidak punya teman?
 
"Aku dulu sering sakit-sakitan dan tinggal kelas. Pada akhirnya aku harus diam di dalam rumah dan menjalani perawatan." Mata Sefrian menerawang jauh, "Dan kemudian teman-temanku hanyalah para dokter dan perawat dan hilir mudik."
 
'Kau sakit apa?"
 
"Bukan sakit yang penting." Sefrina memalingkan muka dan menatap buku di tangannya, "Sekarang aku sudah sembuh, dan aku masih tidak suka membicarakannya." Lalu perempuan itu menatap Keyna dengan mata bulatnya yang begitu bening, "Maafkan ya."
 
Keyna langsung luluh dan tersenyum pengertian pada Sefrina, "Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kau sudah sembuh."
 
"Ya. Aku senang bisa berteman denganmu Keyna." jawab Sefrina, setengah berbisik.
 
***

Kamis, 17 Januari 2013

Menghitung Hujan Part 3

Mencintaimu itu sama seperti bernapas
Terjadi begitu saja, tak tertahankan
Bahkan sebelum aku menyadarinya
Aku sudah jatuh cinta padamu
Dan aku mau menunggu
Aku mau menunggu untukmu
Meskipun itu berarti : Selamanya

"Aku harus pergi." Reno menatap sedih ke arah Diandra, yang sedang merapikan pakaian-pakaian Reno dan memasukkannya ke dalam tas.
Jemari Diandra berhenti sejenak, kemudian melanjutkan memasukkan pakaian-pakaian Reno, kali ini jemari itu bergetar,
"Mencari perempuan itu?"
Reno menghela napas panjang, "Maafkan aku Diandra."
"Tidak." Suara Diandra pecah oleh tangis, "Bagaimana mungkin aku memaafkanmu? Kau meninggalkan aku untuk mengejar perempuan lain, seorang perempuan yang bahkan belum pernah kau temui hanya karena mimpi-mimpimu."
"Mimpi-mimpi itu nyata Diandra, dan perempuan itu juga, begitu juga jantung yang sekarang berdetak di dadaku ini."
Diandra mengusap air matanya dan menatap Reno dengan pilu,
"Tidakkah kau mencintaiku Reno? Tidakkah kau mengenang masa kita bersama dulu? Aku selalu mencintaimu, bahkan sejak kita kecil. Aku selalu mendampingimu, di saat-saat sulit sekalipun, percaya bahwa masih ada masa depan untuk kita.... apakah kau tega membuang itu semua?" suara Diandra terisak-isak tak kuasa menahan perasaannya.
Hal itu membuat Reno mengernyitkan dahi, mencoba menekan rasa bersalahnya. Perempuan ini tidak terbantahkan adalah pasangan yang sempurna, sangat tulus mencintainya dan selalu bersamanya di saat dia sakit. Tentu saja Reno merasakan rasa bersalah yang luar biasa karena mencampakkannya seperti ini, dia bukannya tidak punya perasaan, masalahnya... jantung ini... jantung ini tidak menginginkan Diandra, dan selalu memanggil-manggil perempuan lain, perempuan itu, yang selalu muncul di dalam mimpinya.
"Aku tidak tahu harus berkata apa." Reno meremas rambutnya frustrasi, "Aku tidak bisa berkata apapun selain maaf..."
"Katakan kalau kau mencintaiku Reno..." tatapan Diandra penuh permohonan, penuh air mata.


Rabu, 16 Januari 2013

Menghitung Hujan Part 2

Jantungku ini berdetak untukmu. Kau dengar itu kekasih?
Setiap degupnya meneriakkan namamu.
Setiap detaknya memanggil-manggil dirimu.
Aku merindukanmu.
Dimanakah kau, kekasih?
Aku rindu menikmati helaan napas dan irama jantung yang berpadu.
Kau dan aku. Satu.
"Namanya Rangga." Nana tersenyum mengenang. "Dan aku akan selalu mencintainya."
Mereka duduk di sudut warung kopi yang biasa, hujan di luar tidak deras, hanya rintik-rintik yang menyenangkan untuk dipandang. Nana merenung sambil memandangi tetes demi tetes hujan yang membentuk gumpalan serupa air mata di kaca, menghitungnya dengan seksama. Hari itu Nana bercerita tentang masa lalunya, tentang Rangga, kekasih sejatinya yang direnggut sehari sebelum pernikahannya.
Reno mengamati Nana, "Aku ikut sedih atas kehilanganmu Nana."
"Tidak apa-apa. Rangga akan selalu hidup di sini." Disentuhnya rongga dadanya, tempat jantungnya berada. Rangga memang sudah meninggal, jantungnya sudah tak berdetak lagi untuk Nana seperti janjinya. Tetapi jantung Nana masih berdetak untuk Rangga, semoga selamanya.
***

Menghitung Hujan Part 1



Menghitung tetes demi tetes yang tiada habisnya. Sendirian...
Karena kau tak pernah ada. Karena kau tak pernah sadar. Karena kau selalu tiada.
Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun?
Menghitung tetes demi tetes, cintaku padamu yang mulai berhamburan
Berhamburan jatuh dan menghilang ditelan bumi

"Bersamamu selalu menyenangkan." Nana merebahkan kepalanya ke pundak Rangga. Tersenyum sambil menatap hujan yang turun. "Jangan tinggalkan aku ya."

Rangga tersenyum dan mengecup dahi Nana,

"Tidak akan."

"Apakah kita bisa begini selamanya?"

"Selamanya sayang, yakinlah kepadaku."

"Kau tidak menyesal melamarku padahal aku belum lulus kuliah?"

Rangga tersenyum lembut,

"Kenapa tidak? Kau bisa menikah, dan tetap kuliah."

"Benar juga." Nana tertawa, "Tetapi hanya kau yang bekerja untuk rumah tangga kita nanti."

"Siapa bilang?" Rangga mengerutkan keningnya, pura-pura tampak serius. "Aku akan menagihkan semua pengeluaran yang kukeluarkan untukmu begitu kau lulus kuliah dan menerima gaji pertama di pekerjaanmu."

Mereka lalu tertawa bersama, sambil menatap hujan turun.

"Aku mencintaimu Nana. Aku berjanji akan membahagiakanmu, sekarang, ataupun nanti setelah kita menikah. Apapun yang terjadi, kau harus tahu. Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu."

***

Rabu, 09 Januari 2013

Perjanjian Hati Part 9 - End

 
 
 
Created On Bandung 28th December 2013
Part 9
Kadangkala cinta yang kau nanti
Sudah ada dalam genggaman tanganmu
Hanya saja kau belum menyadarinya :)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nessa merasakan napasnya sesak ketika air laut mulai menenggelamkannya, asin yang panas memasuki tubuhnya, membuatnya megap-megap mencoba meminta pertolongan untuk terakhir kalinya, lalu semuanya hampir terasa gelap.
 
Lalu lengan kuat itu mengangkatnya, menempelkan tubuh lemasnya ke dada telanjangnya yang keras. Aroma itu.. aroma parfum yang sangat dikenalnya...  Kevin? Nessa tersenyum dalam hati, menyadari Kevin telah menyelamatkannya. Lalu kesadarannya hilang.
 
***

posting perjanjian hati

dear

Buat semua yang nunggu
perjanjian hati part 9 End akan diposting jam 6, maksimal jam 6.30 yaa
aku baru selesai meeting seharian ini jd baru bisa buka draftnya huhuhu
ini diedit dulu dan disiapkan untuk posting ya
InsyaAllah jam 6 sd 6.30 sudah dipostingkan
maapkan yah telat :)

*peluk sayang semuanya

Senin, 07 Januari 2013

Perjanjian Hati Part 8

 
Created on Bandung, 26th, December 2012

Part 8

Ketika kau mencintaiku,
aku akan selalu ada di hatimu
Pun ketika kau membenciku,
aku akan selalu ada di pikiranmu

Pada akhirnya,
Aku akan selalu ada








Nessa menatap kepergian Paula dengan langkah anggun dan dramatis itu, lalu menghela napas panjang. Di sisi lain Kevin malahan mengamati Nessa, lalu terkekeh geli, membuat Nessa melemparkan pandangan membunuh kepada lelaki itu,
 
"Kenapa kau tertawa?"
 
Kevin bahkan makin tergelak, "Kau. Kau membuatku tertawa. Caramu menjawab pertanyaan Nessa tadi membuatku sedikit bangga. Ternyata isteriku rela mempertahankanku dari rayuan perempuan lain."
 
"Jangan salah paham. Aku cuma tidak suka sikapnya yang merayumu terang-terangan, padahal ada aku di sebelahmu.", Nessa melirik ke arah Delina dan Ervan yang juga tersenyum-senyum mendengar percakapan mereka. Sialan Kevin! pasti sekarang Delina dan Ervan mengira dia cemberut dan marah-marah karena cemburu.
 
Kevin mengikuti arah mata Nessa, menyadari bahwa Delina dan Ervan mendengarkan percakapan mereka. Dia lalu mengedipkan mata ke arah Nessa, mengirimkan isyarat bahwa percakapan ini belum selesai, kemudian melangkah menuju mobil.
 
***

Sabtu, 05 Januari 2013

Sweet Enemy Part 1

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

"Bukan begitu caranya." Davin mengerutkan alis, dan dengan tidak sabar meraih tangan Keyna lalu memposisikan jemari Keyna dengan benar memegang garpu dan pisau itu, "Begini cara memegangnya, kalau kau salah memegang. Tuan dan Nyonya besar yang terhormat itu akan menyadarinya dan mempermalukanmu."
 
"Aku tidak akan mempermalukan Keyna, meskipun aku termasuk di golongan Nyonya besar yang kau maksud Davin." Nyonya Jonathan yang sedang duduk membaca di sudut ruangan menyeletuk, sedari tadi dia hanya duduk di sana, geli memperhatikan Davin yang dengan tidak sabaran mengajari Keyna tata cara makan resmi di jamuan makan malam terhormat.
 
Davin menoleh ke arah mamanya dan mengerutkan kening,
 
"Mama mungkin tidak akan melakukannya. Tetapi teman-teman mama akan berbisik-bisik dengan hidung mereka yang angkuh dan memuakkan." Lelaki itu lalu menatap Keyna lagi, "Coba pegang garpu itu dengan lebih elegan, Keyna!"
 
Davin tampak tidak sabaran, pemarah dan kaku sedangkan Keyna lebih tampak ketakutan dengan sikap Davin. Nyonya Jonathan tersenyum, anak laki-lakinya ini memang terbiasa bersikap kasar, bahkan meskipun tujuannya baik, Davin tetap membungkusnya dengan sikap kasar. Semoga saja Keyna menyadari dan terbiasa dengan sikap Davin.
 
Davin sudah membuatnya terkejut dengan bersikap baik kepada Keyna selama ini, meskipun masih kaku dan kadang sinis, anak lelakinya itu tampak sudah menerima kehadiran Keyna sebagai bagian dari mansion ini. Dari malam itu, sejak Davin menjemput Keyna dengan penuh tekad pada malam berhujan itu, anak lelakinya benar-benar memegang teguh pendiriannya bahwa dia akan menjaga Keyna dan menjadi kakak yang baik.
 
Meskipun mereka berdua tampak begitu serasi lebih dari pada kakak dan adik. Ditatapnya Davin yang begitu tampan, berdiri dan menggenggam jemari Keyna mengatur cara jemari Keyna menggenggam dengan baik, kemudian ditatapnya Keyna yang begitu cantik dibalik penampilan rapuhnya yang menyimpan kekuatan tersembuny itu. Mereka begitu cocok bersama, Nyonya Jonathan membatin, lalu tersenyum sendiri. Mungkin kalau tentang hal itu, lebih baik diserahkan kepada yang muda-muda saja untuk memutuskan...
 
***

Perjanjian Hati Part 7

 
Created On Bandung 25th,December 2012
 
Part 7
 
Senja bergayut berganti malam
Begitupun rasa hatiku kepadamu
Kau yang selalu ada, kau yang terbiasa ada,
 
Tiba-tiba kusadari,
Aku takut kalau kau jadi tak ada
Aku takut kehilanganmu
 
Wahai kau, sosok yang perasaanku kepadamu
tak terdeskripsikan oleh hatiku....
 
 
 
 Nessa tertegun. Menyadari kebenaran kata-kata Kevin. Benar juga. Dari awal alasan utama mereka menikah adalah demi menjaga perasaan mama Kevin, sekarang sang mama sudah tiada, tidak ada lagi alasan yang membuat mereka harus menikah. Tapi Nessa teringat kepada Delina yang mempercayakan Kevin kepadanya, kepada Ervan yang akhirnya mempercayai kalau Nessa dan Kevin saling mencintai, dan kepada ibunya yang begitu berbahagia karena Nessa akhirnya bisa menyembuhkan luka hatinya dan bertemu dengan jodohnya. Bagaimana perasaan mereka semua kalau menyadari bahwa Nessa dan Kevin telah membohongi mereka?
 
Kevin berdehem pelan, menggugah Nessa dari lamunannya,
 
"Tetapi tentu saja kita tidak bisa gegabah mengakhiri pernikahan ini....", Kevin menatap Nessa dalam-dalam, "Selain karena pernikahan ini baru sebentar, kita juga harus bisa memberikan alasan yang tepat kepada keluarga kita kenapa kita berpisah... jadi sementara ini, mungkin kita harus bertoleransi dan melanjutkan sandiwara pernikahan ini, kau tidak keberatan kan Nessa?"
 
Nessa tercenung, sebenarnya melanjutkan sandiwara pernikahan ini terasa sangat memberatkan, tetapi membayangkan bercerai diusia pernikahan yang masih sangat muda, belum lagi menjelaskan kepada semuanya terasa begitu berat. Nessa juga yakin bahwa berpura-pura melanjutkan pernikahan ini adalah yang terbaik,
 
"Ya... mungkin kita bisa menjalani seperti ini dulu sampai kita bisa menemukan alasan dan waktu yang tepat untuk berpisah."
 
Kevin menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum miring,
 
"Lagipula kita sepertinya nyaman menjalani pernikahan ini." senyumnya berubah menggoda, "Aku takut tiba-tiba kita sudah menjalani bertahun-tahun dan tetap belum menemukan alasan untuk berpisah., hmmm bagaimana kalau kita jalani pernikahan yang sesungguhnya saja?"
 
Nessa membelalakkan mata dan menatap Kevin dengan marah,
 
"Hentikan candaanmu itu."
 
"Aku tidak bercanda." senyum Kevin berubah sensual, "Kupikir aku cukup bisa menerima memiliki isteri sepertimu, dalam hal sebenarnya."
 
Wajah Nessa menjadi merah padam ketika berhasil mencerna kata-kata Kevin, lelaki ini benar-benar kurang ajar dan tidak tahu sopan santun. Kalau memang Nessa memiliki impian tentang seorang suami, pasti dia bukan tipe lelaki seperti Kevin!
 
***

Kamis, 03 Januari 2013

Perjanjian Hati Part 6

 
 
 
Bandung, December 24th 2012
 
Part 6
Aku pernah mencintaimu sampai terasa sakit luar biasa.
Sampai di titik sakitnya sudah tidak terasa lagi
Yang Tersisa cuma cinta, yang terasa cuma cinta....
Meski akhirnya yang aku dapat hanyalah pengkhianatan...
 
 
 
 
 
Kevin mengemudikan kendaraannya dengan kencang, mengumpat-umpat jika terkena kemacetan dan lampu merah, tetapi selain itu perjalanan lancar. Sambil mengemudi Kevin melirik ke arah Nessa, yang meremas-remas tangannya dengan cemas sambil memandang ke depan.
 
"Apakah Marcell serius dengan kata-katanya?"
 
Nessa menoleh menatap Kevin yang sudah mengalihkan pandangannya lagi ke jalan,
 
"Dia... dia terdengar gila dan putus asa."
 
Kevin menghela napas pendek, "Pasti gara-gara pernikahan kita ya?", lelaki itu mendengus kesal, "Dasar laki-laki tidak punya otak."
 
"Jangan mengata-ngatai orang."
 
Kevin menatap Nessa marah,
 
"Aku tidak salah bukan? dia memang tidak punya otak, tidak punya hati dan pengecut luar biasa. Dulu ketika ada kesempatan dia tidak memperjuangkanmu, sekarang ketika jelas-jelas dia kalah yang dilakukannya hanya merajuk dan mengancam bunuh diri, benar-benar lelaki tak punya otak!", Kevin mengencangkan laju mobilnya,
 
Nessa terdiam, tidak bisa membantah kata-kata Kevin karena semuanya mengandung kebenaran. Marcell dulu tidak berbuat apa-apa untuk memperjuangkannya. Lelaki itu hanya diam dan mencampakkannya dalam kehancuran. Sekarang, ketika baginya Nessa sudah termiliki oleh lelaki lain, Marcell menggila. Kenapa Marcell melakukan ini semua? benarkah ini didasari cinta Marcell yang masih tersimpan untuknya? atau ini hanyalah estimasi cemburu buta yang merenggut kewarasan lelaki itu?
 
***