Aku suka sekali menatap lelaki itu diam-diam, mengaguminya dari kejauhan. Orang bilang cinta tak berbalas itu menyakitkan, tetapi aku menikmatinya. Hanya bisa melihatnya dari kejauhan sudah cukup bagiku. Malam ini, seperti biasanya aku mengamati lelaki itu dari tempat dudukku, aku sudah hafal kegiatannya sehari-hari. Biasanya, ketika sampai dirumah setelah pulang kantor, dia pasti akan ke kamar mandi dan membersihkan diri ( jangan kuatir, aku tidak mungkin mengintipnya!), Lalu setelah itu, lelaki itu akan menemani ibunya yang sudah tua menonton TV sambil mengobrol dan makan malam. Benar-benar anak yang berbakti kepada orang tua, tanpa sadar aku tersenyum kagum.
Malam ini kupikir akan sama seperti malam-malam sebelumnya, aku duduk di tempatku biasa, menatap lelaki itu diam-diam dari kejauhan sampai dia terlelap di peraduannya. Tetapi ada yang berbeda rumahya ramai sekali, banyak tamu, sepertinya ada acara keluarga.
Kemudian aku sadar, perempuan itu dari tadi menempel ke dia, menatapnya malu-malu, penuh cinta. Aku seperti dihantam kesadaran yang luar biasa menyakitkan. Calon istrinyakah itu? Apakah waktuku untuk mengamati lelaki itu diam-diam dari tempat persembunyianku ini sudah berakhir?
Air mata mengalir di pipiku, dan aku menangis tersedu-sedu. Entah karena kehendak Tuhan, entah karena hembusan angin membawa suaraku ke telinganya, lelaki itu menoleh. Matanya menatapku, sungguh-sungguh menatapku. Dunia seakan berhenti dimomen yang mungkin pertama dan terakhir kami bisa bertatapan. Momen itu terasa begitu indah bagiku, dan aku berdoa semoga bisa berlangsung selamanya.
Tetapi keinginanku tak terkabul, lelaki itu gemetaran dan pucat menyadari kehadiranku, sungguh reaksi yang tak kuharapkan, lalu dia berteriak-teriak histeris.
"Ada....ada....kuntilanak di pohon beringiiiiiinnnnnnn......!!!!!", serunya ketakutan.