Ponsel
Sani berbunyi sore itu, dan dia langsung mengangkatnya ketika mengetahui bahwa
yang menelepon adalah mamanya,
“Sani?”
mamanya langsung berbicara seperti kebiasaannya, “Mama harus memperingatkanmu.”
“Memperingatkan
apa mama?” Dahi Sani mengeryit dan langsung waspada, mamanya tidak pernah
berucap dengan nada seserius ini sebelumnya.
“Jeremy.”
Suara sang mama setengah berbisik, “Dia datang kemari pagi ini dan memohon
kepada mama untuk memberikan informasi di mana dirimu.”
“Mama
tidak memberitahukannya kepadanya kan?” Sani langsung panik. Percuma dia pindah
ke lain kota kalau pada akhirnya Jeremy mengetahui dia ada di mana.
“Tentu
saja tidak sayang.” Sang mama menghela napas panjang, “Tetapi sepertinya dia
tidak menyerah, dia bilang pada akhirnya kalau mama tidak mau mengatakan dimana
dirimupun, dia akan tetap tahu karena dia akan menghubungi kantor penerbitmu.”