"Jangan sampai terlambat lagi." Nayla menatap Rendy dengan tatapan mata merajuk, "Kemarin aku bengong lama di halte dan sudah hampir digoda preman."
Rendy menatap Nayla menyesal, "Maafkan aku Nayla. Suer tidak akan telat jemput lagi." Dengan lucu lelaki itu menyilangkan jarinya di depan Nayla, meluruhkan seluruh kejengkelan Nayla dan membuatnya tidak bisa menahan senyum.
Rendy tersenyum juga ketika menyadari kemarahan Nayla sudah reda, "Sudah tidak marah lagi kan?"
Nayla menggelengkan kepalanya meskipun jengkel, siapa pula yang bisa marah lama-lama kepada Rendy? kekasihnya yang begitu baik hati dan lembut? Nayla tidak akan tega marah kepada Rendy lama-lama. Meskipun semalam Rendy sudah begitu keterlaluan kepadanya. Bayangkan, lelaki itu terlambat menjemputnya dua jam! Hampir dua jam Nayla menunggu sepulang dari tempat kerjanya di sebuah departement store yang buka sampai jam sembilan malam. Sebenarnya setelah satu jam menunggu, Nayla sudah hendak menghentikan taxi, tetapi kemudian dia merasa ragu dan takut, sudah jam sepuluh lebih dan dia sendirian, berita-berita tentang berbagai tindakan kriminal di atas taxi yang menimpa perempuan yang sedang sendirian terasa menakutkannya. Pada akhirnya, Nayla memutuskan untuk menunggu, sambil berusaha menghubungi telepon Randy yang tidak aktif.
Dan kemudian Randy baru muncul pukul setengah sebelas malam, dengan wajah pucat dan cemas luar biasa.