Bagi saya, menulis adalah berkah. Berkah yang dialirkan kepada saya di saat sore-sore kesepian menunggu yang tercinta pulang ke pelukan. Bagi saya, menulis adalah ikatan. Ikatan yang merengkuhnya untuk menjatuhkan hatinya dalam genggaman tangan saya. Untuk saya jaga, Selamanya
Daftar Label Post
-Not- The Sweetest Love
(3)
another 5%
(24)
Cerbung : Perjanjian Hati
(9)
coretan pendek
(42)
Crush In Rush
(17)
Embrace The Chord
(22)
Fiksi satu menit
(11)
Kumpulan Cerita Bersambung
(149)
KUMPULAN CERPEN2 sederhana
(18)
Menghitung Hujan
(17)
Pembunuh Cahaya
(11)
pemikiran absurd
(21)
quote dadakan
(13)
romance at the first sight
(1)
sok puitis
(22)
Sweet Enemy
(14)
The Vague Temptation
(15)
Verna dan Hujan
(6)
You've Got Me From Hello
(10)
Sabtu, 06 Oktober 2012
Mencari Soulmate Sidestory : Hari Dimana Aku Jatuh Cinta Padamu
PLAK !!!!
Tamparan itu begitu kerasnya sampai kepala Louis terlempar ke belakang, Lelaki itu berdiri di depan mobil merahnya dan menatap dingin pada wanita cantik yang baru saja menamparnya,
"Kalau itu bisa membuatmu puas..... "
"Puas katamu ?? Aku mempercayaimu !! semua teman-temanku mengatakan bahwa kau playboy yang hanya memacari wanita selama tiga bulan !! tapi aku tidak percaya kepada mereka !! aku mempercayaimu, bahwa kau akan mencintaiku sepenuh hati, persis sama seperti apa yang aku rasakan ", air mata mulai mengalir di wajah wanita itu, dan Louis memalingkan mukanya, tidak ingin melihat kepedihan yang diakibatkan olehnya.
"Kau kan cantik, kau bisa mencari penggantiku dengan segera", gumamnya tenang, menjaga agar suaranya tetap dingin dan berharap semua ini cepat berlalu.
Bagian yang paling tidak disukainya, ketika melakukan kebiasaannya --- Louis tersenyum mengingat Elsa selalu mengatakan kebiasaannya untuk berganti-ganti pacar, tidak pernah dengan wanita yang sama lebih dari tiga bulan sebagai 'Hobby mengkoleksi karma buruk' --- adalah ketika dia harus memutuskan hubungannya dengan wanita-wanita itu. Mereka biasanya histeris, marah besar, menjerit-jerit dan melampiaskannya dengan menyumpahinya, yang paling tidak Louis sukai adalah jika wanita-wanita itu menggunakan senjata terahkirnya : menangis.
"Kau memang tidak berperasaan!!", wanita cantik itu mulai terisak-isak mengibakan
"Memang", jawab Louis sambil mengangkat bahu, "Karena itu kupikir akan lebih baik jika kau mencoba dengan yang lain"
"Apakah.....", wanita itu menatap dengan pandangan sedih yang nanar, "Apakah ada wanita lain ?"
Louis memasang senyumannya yang paling mempesona,
Pertanyaan yang ditunggu-tunggunya.
"Selalu ada wanita lain sayang", katanya kejam, "Kau pikir demi apa aku memutuskan hubungan denganmu ?"
PLAKK !!!
Tamparan kedua mendarat di pipi Louis. Wanita itu lalu pergi meninggalkannya sambil melemparkan tatapan penuh sakit hati sebelum pergi.
Louis berdiri diam sambil mengelus pipinya yang terasa pedih.
Bertambah lagi satu koleksi karma burukku, pikirnya sarkatis.
Dengan tenang ia memasuki mobilnya. Tapi terdiam cukup lama sambil memegang roda kemudi.
Elsa pasti akan memarahinya. Wanita itu selalu memarahinya jika dia menyakiti hati perempuan lain
Mata Louis terpejam membayangkan sosok wanita yang satu itu. Wanita istimewa, istimewa karena hanya Elsa yang Louis perbolehkan berbagi hati dengannya.
Meskipun Elsa tidak mau berbagi hati denganmu bung !
Mata Louis terpejam mengingat kenangan itu, kenangan akan hari yang sangat berarti baginya,
Hari dimana dia jatuh cinta kepada Elsa
Louis, 3 Tahun yang lalu
"Aku belum pernah merasa benar-benar pulang ke rumah, aku belum pernah merasakan makna rumah yang sebenarnya", Louis mengisap rokoknya dalam-dalam, menghembuskan asapnya jauh-jauh, karena ia tahu Elsa benci perokok, tapi mau menoleransi Louis.
ia duduk bersandar di kursi teras belakang rumah Elsa, tempat ia biasanya melewatkan sorenya.
Sejak mengenal Elsa satu tahun yang lalu, Louis sering menghabiskan waktu untuk mengunjungi Elsa. Meskipun berasal dari derajat yang berbeda -- di mata orang2 -- sedang dimata Louis, Elsa adalah manusia dengan nilai yang lebih berharga dari dirinya, Louis dan Elsa bisa bersahabat dengan sangat akrab. Mereka mempunyai kesamaan yang sama dalam melihat dunia, mereka menyukai musik yang sama, mereka sama-sama menyukai keheningan. Hanya ada dua perbedaan di antara mereka,
Satu, Elsa percaya akan adanya belahan jiwa yang ditakdirkan untuknya, sedangkan Louis sama sekali tidak percaya, bagaimana dia bisa percaya ? Pernikahan kedua orang tuanya yang berjalan buruk bagaikan neraka-meskipun mereka bergelimang harta- telah menjadikannya tidak percaya akan adanya belahan jiwa. Kedua orang tuanya pada ahkirnya tidak menemukan belahan jiwanya masing-masing bukan?
Dua, Louis sangat menyukai hujan, sedang Elsa membencinya. Bagi Louis, hujan adalah musik di saat kesendiriannya sedangkan bagi Elsa, hujan dan berbagai suasana yang dibawanya seolah-olah mengejek kesepiannya.
"Hujan terasa sangat menyedihkan kalau dinikmati sendirian", selalu begitu yang digumamkan Elsa ketika hujan mulai turun.
Lalu Louis pasti akan menanggapinya setengah bercanda,
"Aku ada disini", balasnya sungguh-sungguh. Dan ia memang bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Ia memang lelaki brengsek, penghancur hati wanita. Tapi untuk Elsa, wanita yang sudah di tahtakan Louis sebagai sahabatnya, ia akan melakukan berbagai cara agar dia bisa selalu 'ada'
Kadang di sore hari yang damai, yang dia lewatkan bersama Elsa mereka lewati bersama dalam keheningan. Louis tidak pernah menemukan wanita seperti Elsa sebelumnya, Wanita-wanita lain itu, mereka terlalu sibuk berceloteh, mencoba menarik perhatiannya hingga membuatnya pusing.
Elsa berbeda dari wanita-wanita itu. Ia mau mendengarkan.
Louis menahan senyuman dari hatinya yang bahagia.
Yah... hanya itu yang sebenarnya kau perlukan bukan ? Seseorang yang mau mendengarkanmu......
Elsa mengalihkan matanya dari buku yang dibacanya, tidak bertanya, hanya menunggu apapun yang ingin Louis ungkapkan,
Dengan senyuman pedih, Louis membunuh rokoknya di asbak,
"Sejak kecil, aku merasakan rumahku hanya seperti ring pertandingan. Pertandingan antara kedua orang tuaku, aku hanya melihat mereka dan mulai terbiasa dengan pertengkaran mereka, ironis bukan? aku yang hanyalah anak kecil waktu itu, selalu mengawali hari dengan pertanyaan, 'kali ini siapa yang menang? Mama? Atau papa?...."
Lou menatap Elsa dan mendapati wanita itu menatapnya dengan pedih,
"Jangan iba padaku", gumamnya defensif, berusaha melindungi diri tanpa sengaja, dari terpaan rasa dikasihani.
Elsa tersenyum lembut padanya,
"Aku tidak iba padamu, aku bangga padamu. Tidak semua anak yang mengalami itu di masa kecilnya bisa bertumbuh menjadi manusia yang penuh tanggung jawab sepertimu"
Louis langsung menatap tajam Elsa mendengar jawaban yang tidak disangka-sangkanya itu,
"Benarkah?"
Elsa tidak iba. Elsa bangga padanya. Itu adalah suatu hal yang tidak disangka-sangkanya. Louis tidak pernah menceritakan masa kecilnya yang menyedihkan pada siapapun karena ia tahu mereka pasti akan bersikap berlebihan, iba dan kasihan padanya. Padahal ia tidak butuh itu semua.
Elsa bangga padanya !
Wanita itu meletakkan bukunya dan mengangkat bahunya,
"Kau anak orang kaya. Banyak anak lain yang berada si situasimu bertumbuh menjadi pecandu, atau jenis jenis lain yang tidak berguna, tapi kau tidak"
"Karena aku ingin lepas dari dukungan orang tuaku, karena aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri"
Elsa menganggukkan kepalanya,
"Itu dia, tekad yang kuat. Kau memilikinya dan kau berhasil meraih apa yang kau mau. Aku bangga padamu",
Kata-kata Elsa langsung menyejukkan hatinya, dan mau tak mau seulas senyum muncul di bibirnya,
"Terimakasih", gumamnya penuh syukur.
Elsa mengerutkan keningnya,
"Untuk apa?"
"Untuk bangga kepada diriku"
Dan untuk membuatku jatuh cinta kepadamu seketika itu juga.
Hari itu Louis sadar bahwa jauh sejak lama ia jatuh cinta kepada Elsa. Hatinya sudah merasakannya sejak lama, tetapi pikirannya baru dibukakan sekarang.
Ia mencintai Elsa dengan senyumannya yang lembut, Ia mencintai Elsa dengan matanya yang meneduhkan hati, ia mencintai Elsa dengan kediamannya yang membawakan kedamaian untuknya,
Dan ia mencintai Elsa karena hanya wanita itu satu-satunya yang memahaminya, tanpa Elsa sendiri sadari karena wanita itu melakukannya secara alami.
Seumur hidupnya kedua orang tuanya hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Memberinya materi berlimpah, tapi tak pernah mau berhenti dan meluangkan waktu mereka untuk memperhatikannya, bahkan hanya untuk sekedar menyapa 'selamat tidur' pun tidak pernah.
Padahal yang Louis kecil inginkan waktu itu hanyalah usapan di kepalanya, kata-kata seperti "Kau anak baik. mama dan papa bangga kepadamu". Keinginan yang tak pernah terwujud sampai dia dewasa, sampai dia bahkan sudah melupakan keinginannya itu.
Sekarang Elsa, gadis mungil kecilnya, mengatakan "aku bangga padamu" dengan begitu tulus, tanpa sadar bahwa itu adalah kunci untuk menguasai hati Louis, bagaimana mungkin Louis tidak langsung jatuh cinta kepadanya ?
.............
Rasa nyeri yang tajam di perut bagian atas dan kemudian menjalar ke punggung menyentakkan Lou dari lamunannya.
Rasa sakit itu begitu tajam, seperti ditusuk dan ditikam berkali kali dengan pisau yang telah di redam di bara panas.
Louis mencengkeram roda kemudi dengan kencang, meringis, keringat dingin mengalir di dahinya.
Setelah beberapa menit yang begitu menyiksa, rasa sakit itu hilang, Lou langung menyandarkan tubuhnya di kursi dan memejamkan mata, kelelahan.
Rasa sakit ini makin lama makin sering. Louis mengernyitkan kening, dia harus menemui Bayu , saudara sepupunya yang seorang dokter, dan meminta dilakukan pemeriksaan. Dia sudah terlalu lama menunda-nundanya karena meremehkan penyakitnya. Tapi nyeri yang datang dengan frekuensi yang semakin sering dan semakin tak tertahankan ini mulai membuatnya cemas.
Dengan pelan Louis mengemudikan mobilnya pulang. Hujan mulai turun rintik-rintik, dan dilihat dari gelapnya langit, pasti akan turun hujan deras sebentar lagi.
Dia harus mencari Elsa, untuk menepati janjinya. Bahwa dia akan selalu ada di saat hujan deras untuk menemaninya, karena bagi Elsa, hujan akan terasa sangat menyedihkan jika dinikmati sendirian.
Dengan senyum yang tiba-tiba muncul di bibirnya Louis mengangkat telephone, lalu memencet nama yang ada di daftar paling atas phonebooknya, nomor yang paling sering ditelephonenya.
"Halo", suara yang lembut terdengar di seberang, begitu menyejukkan. Suara yang dirindukannya.
"Elsa, kamu ada dirumah kan ? aku ingin bertemu ",
Aku ingin bertemu.... aku ingin melihat senyummu.... aku mencintaimu, Elsa ...
THE END
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hhmmm..
BalasHapusMoga2 story ini bs difilmkan ya,mbak.
Soalnya nyentuh banget, mengharu biru.
heee iya yaaah pasti kalo difilmnkan habis nonton matanya sembab... ngebayangin kalo ada music efeknya pasti lebih bagus yah ;D
HapusCeritanya menyentuh bgt.. :)
BalasHapusCeritanya menyentuh bgt..
BalasHapusiyaaa liaa heee... ini side story dr cerpen Mencari Soulmate :D
Hapus