Kamis, 17 November 2011

Yang Tak Tersampaikan

Aku memanjat pohon itu seperti yang biasa aku lakukan, dengan penuh semangat, malam ini entah kenapa aku begitu bertekad. Aku kangen sekali sama Upit dan senyumannya, aku kangen ngobrol dengannya. Ketika sampai di depan jendela lantai dua, aku melompat sehingga mendarat dengan sukses di lantai balkonnya, kulihat Upit sedang duduk di kursi belakangnya, kacamatanya terpasang dan dia sedang serius menghadap komputernya.



Dengan lembut kuketuk jendela kamarnya,  Sekali, dua kali ahkirnya aku berhasil membuyarkan konsentrasi sahabatku itu, dia menoleh ke jendela, dan seperti biasanya reaksi pertamanya adalah cemberut. Aku sengaja memasang ekspresi lucu di depan jendela, membuat Upit makin cemberut. Tetapi walaupun begitu, sahabatku itu tetap berdiri dan membukakan jendela untukku,

“Lewat jalan yang normal-normal saja nggak bisa ya ?”, gerutu Upit ketika aku melompati ambang jendelanya dan memasuki kamarnya.

Senin, 14 November 2011

Lepaskan di pelukku

wajahmu menatapku sendu
"jangan tinggalkan aku", katamu
matamu menyala pilu
"aku tidak akan kuat kalau tidak ada kamu", rintihmu


dan cinta yang begitu sesak di dadaku ini meluap-luap
sampai tumpah menjadi aliran bening di sudut mataku,




"sudahlah, lepaskan semua di pelukku, akan kutanggung beban seluruh dunia, demi bisa menjaga kamu", bisikku lembut

Rabu, 09 November 2011

Flash Fiction : Coretan-coretan sore

-Coretan1 - Mimpi

 Aku berguling kesana kemari, rasanya ranjang terlalu keras dan menonjol di semua sisi, seolah sengaja menggoda tulang belulangku agar terasa linu. Mata ini terasa memberontak tak bisa terpejam. Segala pikiran buruk menyerbu menyerbu datang berhamburan, berbondong-bondong tak tahu malu. Lalu bayangan itu datang, dia terbaring di aspal bersimbah darah. Merah dimana-mana, kerumunan orang berdiri ternganga tak tahu berbuat apa, dan aku menjerit memanggil-manggil nyawanya yang terlambat kugenggam. Berani sekali kau meninggalkan aku disaat aku masih mencinta !! Kembali pulang atau aku tak akan mencinta lagi ! jeritku menyayat mencoba mengancam yang tak terkembalikan. Tapi ternyata aku terlambat, nyawanya sudah menguap tanpa aku sempat berpamitan. Aku lalu menjerit sekuat tenaga, marah kepada Tuhan, marah pada keaadaan, marah kepada semuanya. Kalau mau Kau ambil, kenapa bukan aku saja ???!
 
Tiba-tiba tangan lembut mengusap kepalaku, tangan dia yang sangat aku kenal, dan bisikan familiar terdesah meniup telinga, "ssshhh... tidurlah lagi semua baik-baik saja", dan tiba-tiba hatiku merasa tenang. Dia ada di sini, dia tidak jadi pergi. semua hanyalah mimpi. Tetaplah disini, jauhkan aku dari mimpi buruk. Biarkan aku terlelap sejenak saja di sampingmu -END-

 
-Coretan2 - Dia atau Aku
 
 
Segalanya baik-baik saja sebelum perempuan itu datang. Suaminya adalah suami yang baik-baik saja sebelum perempuan itu datang. Dia mencintai suaminya, lelaki yang ditakdirkan bersamanya -- sebelum perempuan itu datang. Lalu tiba-tiba saja perempuan itu muncul, merenggut suaminya dan mengalihkan dunianya. Sekarang dia kehilangan semua kehangatan suaminya, sekarang dia kehilangan semua waktu suaminya. Dan yang paling menyakitkan, dia kehilangan seluruh cinta suaminya yang dulu dinikmatinya sebebas-bebasnya, eksklusif menjadi hak miliknya.
 
Lalu malam itu dia memutuskan. Pisau dapur yang dulu selalu digunakannya mengiris steak kegemaran suaminya di tangan kanan, tekad penuh membuncah di dada. Dan tubuh perempuan itu yang terkapar bersimbah darah di lantai. Dia atau Aku. Dan jika suaminya tidak bisa memilih, dia akan membantu mengambilkan keputusan. Dia atau aku. karena segalanya baik-baik saja sebelum perempuan itu datang. -END-


 
-Coretan3 - Selingkuh
 
Rasanya menyenangkan menunggu di kegelapan meskipun kau tahu kau hanya menjadi yang kedua baginya. Rasanya menyenangkan menunggu untuk menjadi tempatnya pulang meski kau tahu dirinya sedang bersama yang lain saat dirimu menunggu. Rasanya menyenangkan tergila-gila pada cinta yang terasa lebih berharga daripada bongkahan emas dan permata, karena kau tahu cinta itu tidak akan pernah bisa kau miliki. Dan sekarang semuannya mengatainya bodoh bodoh bodoh, jahat jahat jahat, dosa dosa dosa...bodohkan dia? jahatkah dia? dosakah dia?
 
Rasanya menyenangkan mencintai seseorang dengan kesadaran penuh bahwa kau tak akan pernah bisa menjadi yang pertama baginya, tidak bisa mengakui mencintainya dan tidak bisa diakui dicintainya. Semua orang tak mau mengerti, betapa berharganya perasaan yang dipendamnya selama ini, sambil berdiri termangu di kegelapan, menelaah semua pertentangan yang ramai di benaknya, hanya untuk menemukan bahwa rasanya menyenangkan, jadi mengapa tidak? -END-

 


 

-Coretan 4 - Lihat, Aku Terbang
 
Mama tidak pernah percaya kalau aku bisa terbang, mata dewasanya tidak bisa melihat sayap transparan di punggungku. Aku percaya kalau aku ini malaikat, aku bukan manusia, aku punya sayap yang tidak bisa terlihat dan aku bisa terbang. Tapi mereka orang-orang dewasa itu, yang sudah kehilangan kepekaan terhadap impian dan harapan tidak pernah bisa mempercayai anak-anak seperti aku.
"Anakmu terlalu suka berkhayal", bisik seorang tante kepada mama
"jauhkan dia dari jendela", pelan papa berpesan sebelum berangkat ke kantor
Tapi aku bisa membuktikan, siang itu aku lari dari pengawasan bibi yang tertidur, naik ke atap di lantai tiga dan menengadah menatap matahari. Lihatlah!!! sayapku terbentang dan berkilauan, lihatlah !!!
lalu jeritan mama memekakkan telinga, aku menunduk menatap wajah pucatnya di bawah, dan tersenyum girang,
lihat mama, lihatlah aku bukan manusia, aku ini malaikat
lalu aku melayang terbang dengan sayapku yang besar dan indah
menukik ke bawah.
ke lantai beton.
dan darah di mana-mana.
lihat mama, aku tadi terbang kan? - END-
 

-Coretan 5 - Pamali Nduk !!!

Jangan begini, jangan begitu nanti kamu begini nanti kamu begitu.
Suara ibuku memenuhi telingaku di sela-sela keringat yang mengalir deras di dahi
"tarik napas dalam-dalam..." suara lembut mendesak terdengar samar dan aku mematuhinya sambil menahan kesakitan yang amat sangat
"Jangan makan di atas ranjang, nanti anakmu susah lahir", suara familiar ibuku terdengar lagi dan samar terbayang jelas wajah jawanya yang bersahaja
"Ibu memaafkanmu nduk, biarpun mbah-mbah dulu bilang kalau kau berani menyakiti orang tua sampai seperti ini kau akan merasakan sakitnya melahirkan, tapi ibu memaafkanmu nduk"
aku mengejan penuh kesakitan yang dalam
rasanya dadaku mau pecah, perutku sakit sekali, semuanya sakit-sakit dimana-mana
dan air mataku berleleran antara sakit dan kesedihan yang mendalam luar biasa
mengingat tubuh tua itu terbaring terbungkus kain kafan putih setelah malamnya menangis karena aku membentaknya
"maafkan aku ibu", jeritku entah keluar entah tidak suaranya.
Jika sesakit ini yang harus kau tanggung untuk mengantarkanku ke dunia ini, jika sebesar ini pengorbananmu, maka aku adalah anak yang tak tahu diuntung.
Ketika suara tangis bayi itu pecah dan kelegaan luar biasa meliputiku, aku mengucapkan sumpah dalam hati, setelah ini kalau nyawaku masih menempel di tubuhku, aku akan bersimpuh di pusara ibu, memohon ampun -END-

di matamu

tak tahukah kau?
aku selalu bisa membaca matamu
ketika kau bahagia...
ketika kau bersedih...
ketika kau tak tahu harus berkata apa....
pun ketika kau berbohong

aku selalu bisa membacanya di matamu....

Selasa, 08 November 2011

Bocah Ojek Payung itu....

Sore ini ketika saya melangkah keluar kantor, berharap hujan sudah reda, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Saya hanya berdiri, menimbang-nimbang bagaimana caranya pulang tanpa kebasahan karena saya (dengan bodohnya) lupa membawa payung.

Saya bawa helm tapi nggak bawa motor. Saya berencana naik angkot, tapi dalam kondisi hujan deras begini, itu berarti saya harus merelakan diri kehujanan dalam perjalanan dari jalan besar sampai ke kost, atau mungkin saya harus berteduh menunggu hujan reda? Tapi sepertinya hujan ini tak akan reda dalam waktu dekat. Dan saya capek, ingin segera pulang.

Ketika saya masih berdiri kebingungan, Tiba-tiba sosok kecil itu, basah kuyup membawa payung yang besarnya dua kali ukuran badannya, mendekati,

"Payung teh ?", tatapannya penuh harap, badannya mengigil kebasahan, kedinginan.

Seketika itu juga saya mengambil keputusan, impulsif dan tanpa pikir panjang. Bocah ini tanpa sengaja membantu saya menentukan pilihan.

"Antar saya ke tempat taxi di depan ya",

Dia mengangguk, menyerahkan payung besar itu ke tangan saya. Matanya melirik helm yang saya bawa,

"Biar saya bawakan helmnya teh", bocah lelaki itu menawarkan malu-malu.

Saya tersenyum atas kebaikan hatinya, saya serahkan helm itu ke tangannya.

Ah, kamu kecil sekali nak, bahkan panjangnya tanganmu tak mampu melingkupi helm itu.

Saya rangkul pundaknya, berjalan bersamanya menembus hujan yang begitu lebat. Lalu ketika saya merengkuh pundak kecil yang sedikit gemetar, terbungkus kaos yang basah, sekali lagi saya terenyuh,

Pundakmu kurus sekali nak, mana bisa tulang terbungkus kulit yang begitu tipis ini menahan dingin, membawa-bawa payung berat di tengah hujan?

Bocah lelaki kecil itu bersikap seperti gentleman sejati, menyebrangkan saya, lalu menyetopkan taxi buat saya, bahkan kemudian (saya tersenyum) membukakan pintu taxi buat saya.
Saya beri dia uang, matanya berkilauan gembira. Tiba-tiba dia meraih tangan saya. Meletakkan di dahinya seperti sungkem, dengan penuh kesopanan dan ketulusan,

"Terimakasih ya teh", lalu dia menutupkan pintu taxi buat saya.

Dari dalam taxi saya mencuri pandang, punggungnya yang kecil tegap menembus hujan, membawa payung besar yang berukuran dua kali badannya. Dia kecil tapi tegar.
Saya sandarkan kepala ke kursi, memejamkan mata. Mencoba tidur sejenak dalam taxi yang gelap pekat.

Ah, jika semua bocah ojek payung sesopan dirimu nak. Saya tidak keberatan terjebak dalam hujan tanpa transportasi setiap hari. 

Senin, 07 November 2011

Lapar merindu



Pernahkan kamu merasa lapar, perut keruyukan tetapi ketika diminta memutuskan ingin memakan apa, kamu tidak tahu?
Ya itulah yang saya rasakan sekarang.
Memaksa office boy itu berdiri bingung sambil menatap saya bertanya-tanya,


"Jadi mba pingin nitip makan apa?"

"Saya nggak tahu mas, ngikut mas aja deh"

"Yeeee.. mbak Cantik, jangan begitu dong, saya kan juga ikut bingung"


Saya terdiam, merenung. Makan apa? Ayam goreng warung depan kantor yang biasanya membuat air liur menetes hanya dengan mencium aromanya tak menarik bagi saya, Nasi gudeg Warung Mbok Sumi yang manis gurih dengan paduan sambal goreng krecek pedas yang biasanya memancing selerapun tak mempan membunuh kebingungan saya. Lalu apa? Bakso? Mie? Nasi Rames? Batagor?
semuanya tidak menarik bagi saya.
Tapi saya lapar, lapar sekali
lalu bagaimana?

"hhhhhh....", saya mendesah, mengagetkan si office boy yang entah kenapa ikut merenung bersama saya, "Ayam goreng aja deh mas",


Saya serahkan lembaran uang itu ke tangannya. Bukannya saya  akan memakannya, tapi setidaknya ayam goreng tidak akan cepat basi kalau dimakan nanti-nanti.
Seperginya office boy itu saya merenung, bertanya-tanya kenapa saya tidak bisa menentukan ingin makan apa, padahal saya lapar setengah mati.
Lalu ponsel saya berkedip-kedip.
Saya melirik nama yang tertera di sana.
Dari dia.
Saya buka pesan singkat itu,

"Anak Cantik, jangan Lupa makan siang yang nikmat ya"


Tiba-tiba saja ayam goreng warung depan terasa begitu menggoda, membayangkan Nasi gudeg mbok sum terasa membuat air liur saya mau tumpah. Semua makanan, bakso, mie, batagor, nasi rames atau apapun terasa begitu menarik nafsu makan saya.


Astaga, jadi ternyata saya sedang lapar merindu!


*Pernahkah kamu merasa lapar, tapi tidak tahu mau makan apa? semua makanan terasa tidak menggoda selera, padahal perut keroncongan setengah mati. Kalau iya, hati-hati, Jangan-jangan kamu sedang lapar merindu :)

Minggu, 06 November 2011



"Kadang kita sungguh ingin segalanya berbeda, tetapi ternyata kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubah apapun. Lalu kita pikir, ketika kita bisa berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, dan bisa membodohi diri sendiri, itu sudah cukup. Tapi itu tak akan pernah cukup.
Karena hati yang dibodohi pasti akan selalu meminta kebenaran."
( Betty Suarez on Ugly Betty serial - American version ) 

Jumat, 04 November 2011

menolak

saya tidak pernah pandai menolak keinginan seseorang, apalagi jikalau harus menolak secara langsung, saya sungguh tidak mampu. Biasanya saya akan melakukan penolakan dengan cara sehalus mungkin, berbelit-belit, sampai kadang-kadang menjadi senjata makan tuan, karena orang yang seyogyanya saya tolak malahan jadi tidak sadar bahwa saya sedang mencoba melakukan proses penolakan yang begitu rumit.


Kenapa? mungkin karena saya tahu betapa sakitnya kalau harus ditampar dengan penolakan, atau mungkin memang saya jenis pengecut yang tidak pernah sampai hati menanggung beban menyakiti orang lain dengan penolakan.


seorang teman pernah bermetafora, daripada terlanjur melambung tinggi kemudian dijatuhkan sampai hancur berkeping-keping, lebih baik dijatuhkan ketika kita masih terbang rendah, karena setidaknya kerusakan yang ditimbulkan tidak akan parah.

Tetapi saya adalah penganut filosofi yang berbeda.

Bagi saya, kalau bisa meletakkannya pelan-pelan, kenapa kita harus melemparkannya sampai jatuh?


*Hei cantik, kamu lagi mimpi ya?, gimana kalau ada 5 pria melamar kamu bersamaan? masak mau kamu terima lamaran kelima-limanya?



sepiku menari-nari di ujung senja
diujung senja, lalu aku tetap menantimu
tetap menantimu dan berharap kau tak lupa tuk kembali pulang
tuk kembali pulang, hangat merapuh dalam pelukku
pelukku yang pasti dan akan selalu hanya milikmu
hanya milikmu dan akan hilang saat kau tak menginginkannya lagi
tak menginginkannya lagi, lalu biarkan aku menjauh pergi
menjauh pergi, bawa serta kenanganmu, bawa serta kenangan kita
kenangan kita yang tak akan lekang oleh waktu

Kamis, 03 November 2011

surat buat calon anakku

hei nak, selamat siang
sedang apakah kau di sana?
mungkin kau masih ada di surga sekarang
masih mengantri untuk dikirimkan ke rahim bunda


bunda sangat menanti-nantikanmu, nak
meskipun bunda belum bisa menjanjikan apa-apa kepadamu
kalau kau lahir dari rahim bunda
mungkin bunda belum bisa memberikan kemewahan duniawi
kemewahan duniawi yang melimpah
seperti yang dimiliki anak-anak pejabat dan konglomerat di luar sana


hidup bunda memang sederhana
tapi bunda berjanji, akan sekuat tenaga mencukupimu
bunda akan melimpahimu dengan penuh cinta
cinta yang tulus luar biasa yang mampu diberikan seorang ibu kepada anaknya
bunda akan menjagamu
bunda akan membahagiakanmu
bunda akan mengajarkanmu, bahwa bahagia bukan hanya dari harta semata
bahagia adalah ketika kita mendapatkan cukup cinta 


kamu tahu tidak nak, 
tadi pagi ayahmu sedikit kecewa karena kau belum memutuskan datang juga ke rahim bunda
tapi bunda yakin, kau pasti akan datang
karena bunda dan ayah selalu membawa namamu dalam doa


ingatlah nak
apapun yang akan terjadi nanti
ingatlah selalu
bahwa kau ditunggu dengan penuh cinta di sini
bahwa kau diciptakan dengan niat yang suci dari kami


sudah dulu ya nak,
bunda takut surat bunda kepanjangan dan membuatmu bosan
ingat, ketika kau memutuskan kami pantas merengkuhmu dalam hidup kami
datanglah ke pelukan bunda
hati dan tubuh bunda selalu terbuka untukmu


peluk cinta,
Bundamu


PS : oh ya, ayahmu juga menitip peluk buatmu :)

menunggu sang buah hati

tak sabar rasanya
merasakan kehidupan baru dalam rengkuhan rahimku
kehidupan baru, anugerah dari jalinan kau dan aku
jalinan kau dan aku yang hanyut menyatu
penuh haru biru tapi juga hangat merindu

*semoga kami pantas memilikimu 
buah hatiku 
.....

Kumpulan Cerpen Kompas

link : http://cerpenkompas.wordpress.com/

Rasanya Kompas adalah satu-satunya media yang paling sering mengantar sajian sastra ke depan khalayak. Bagaimana tidak, rubrik Seni yang berisi sub rubrik Cerpen, Puisi, dan Esei rutin dihardirkan tiap hari Minggu. Terpenting, sedari dulu media ini mudah diakses.

Dari sekian rubrik tersebut, mungkin rubrik Cerpenlah yang paling banyak menarik minat pembaca. Disamping memang menghibur, penulis-penulisnya pun memang sudah ternama. Yang lebih menyenangkan, sejak 1992, redaktur Kompas rutin membuat buku kumpulan cerpen pilihan tiap tahunnya. Buku kumpulan tersebut menjadi monumen cerpen-cerpen terbaik yang pernah dimuat Kompas dalam satu tahun.

Untuk itu Cerpen Kompas mingguan bisa jadi adalah telaga sastra yang inklusif yang bisa didatangi kapanpun, oleh siapapun.
***
Nah, kadang kita suka terlewat untuk membaca Cerpen Kompas mingguan. Ketika mencari koran hari Minggu, ternyata sudah habis di pasaran. Mau meminjam tetangga, eh, korannya sudah dipakai alas gorengan. Bingung kan?

Beruntungnya, masih ada orang yang berbaik hati mengkliping cerpen-cerpen Kompas mingguan secara digital lewat blognya yang beralamat di cerpenkompas.wordpress.com. Dalam blognya tertulis kalimat tegas: arsip cerita pendek kompas minggu.

Blog bersahaja yang berjudul 
Kumpulan Cerpen Kompas ini dikelola oleh seorang anonim yang baik hati. Beliau yang menyebut dirinya sebagai tukang kliping, saya rasa adalah orang yang sangat berjasa sebagai penunjuk jalan bagi masyarakat yang hendak mengunjungi kolam sastra.

Seseorang 
tukang kliping ini menulis di laman perihal blognya:

"Saya penikmat cerpen-cerpen pada harian Kompas minggu, lalu mengklipingnya di sini; siapa tahu saya mau membacanya lagi, entah sebagai pelepas penat, pengisi pundi jiwa, mungkin juga referensi atau cuma iseng. Mencarinya di tumpukan koran bekas tentu lebih melelahkan daripada menelusuri arsip digital yang sudah disimpan dengan rapi."
ah, sungguh tulus dan rendah hati.


Sungguh saya tidak bisa lebih banyak lagi berterimakasih atas dedikasi tukang kliping ini. Untuk itu, saya tulis resensi tautan ini sebagai tanda terimakasih bagi beliau, si tukang kliping.


sumber : http;//arfun.multiply.com

Rabu, 02 November 2011

PS : I LOVE YOU



Bukan tercipta untukku ( seorang )

Pernah suatu hari itu, setelah kita puas menyanyikan lagu bersama, menumpahkan perasaan, 
kata-kata itu tiba-tiba saja muncul dari bibirku tanpa tertahan,
"Mungkin kau bukan tercipta untukku"
Kau langsung menoleh, menatapku dengan tak terbaca sambil mengangkat sebelah alismu,
"Aku suamimu sekarang, mana mungkin aku tidak tercipta untukku?"
Aku tersenyum, dan kaupun merengkuhku dalam pelukmu yang hangat, seperti biasa
............


Tak akan pernah kusuarakan apa yang ada dalam benakku setelah itu,
tak pernah akan kusuarakan...
"Koreksi, maksudku, mungkin kau bukan tercipta untukku seorang...."
desahku dalam hati, sambil memejamkan mata, menerimanya dengan lapang, sekuat biasanya