Selasa, 24 Desember 2013

Romance at The Foresight Prolog



Toko bunga itu harum dengan aroma semerbak bunga musim semi yang menyenangkan. Sandra berdiri di sana, menatap berbagai keindahan yang berbaur dengan warna-warna ceria bunga-bunga yang terpajang di sana.

Wewangian bunga mawar menyeruak dibenak Sandra, diikuti dengan kelebat darah yang menetes dari ujung jari saat tersentuh durinya, tak tertinggal rasa nyeri menyengat ujung-ujung sarafnya.

Dialihkan pandangannya ke bunga lily putih yang terpajang di sudut toko, seketika terlihat senyum sang Ibunda seraya menyesap wangi lily dan terlontar ucapan terima kasih yang samar.

Segera Sandra melupakan bunga mawar itu dan menyambar bunga lily di sudut toko kemudian bergegas ke mobil. 

Sesaat sebelum membuka pintu mobil, seketika terlihat olehnya potongan gambar sepasang remaja yang sedang bercanda di pinggir jalan terserempet mobilnya kemudian rem berdecit kencang dan teriakan orang-orang pecah di telinganya. Dahi Sandra mengernyit dalam. Pandangan Sandra seketika mengayun ke bis kota yang dari jauh mendekat, Lagi, dia bisa mengambil keputusan tanpa penyesalan. Sebuah anugerah. Dipejamkan matanya kemudian terlihat kembali senyum Ibunda yang sebelumnya. 

Tak lama Sandra sudah berada di dalam bis kota menuju rumah dengan mobil terparkir di depan toko bunga.

- Sandra Audrey, London -


Embrace The Chord Epilog


Penonton sangat ramai memenuhi seluruh tempat duduk elegan yang tersedia. Semua kursi penuh dan seluruh barisan orkestra telah menempati posisi masing-masing.

Jason dan Rachel berada di ruang ganti. Jason mengenakan tuxedonya dan menatap Rachel dengan lembut,

“Gugup?” tanyanya penuh sayang, dalam sebulan ini mereka telah menjadi kekasih yang sedemikian dekat dan saling mencintai. Benar-benar seperti menemukan pasangan jiwa yang telah terpisah sedemikian lama.

Tidak seperti sikap dingin Jason sebelumnya, lelaki itu ternyata bisa menjadi begitu hangat kepada Rachel. Dia mudah menyatakan cinta, berkali-kali, dan melimpahi Rachel dengan penuh kasih sayang.

Rachel sama sekali tidak menyangka, pertemuannya dengan Jason yang berlanjut dengan berbagai permainan biola mereka bersama dan kemudian sambung menyambung oleh berbagai peristiwa akan berakhir menjadikan mereka sepasang kekasih.

Embrace The Chord Part 20 (End)


Rachel terpana, menatap Jason dengan mata membelalak seolah-olah tak percaya mendengar apapun yang dikatakan oleh lelaki itu.

“Apa?”

Jason berdiri dari duduknya, memandang Rachel dengan tatapan serius, “Kurasa aku jatuh cinta kepadamu, Rachel.”

Apakah Jason sedang mengerjainya dengan kejahilannya seperti biasanya?

Rachel berdiri di sana, menatap Jason dengan terpaku dan kebingungan, tak tahu harus berkata apa. Mulutnya bahkan menganga dengan suara tercekat di tenggorokannya, tak tahu harus berkata apa.

Sementara itu Jason melangkah mendekat dan berdiri dekat di depan Rachel, lelaki itu tampak tenang, menebarkan senyumnya yang mempesona.

“Jadi bagaimana Rachel? Apakah kau membalas perasaanku?”

Sebuah pernyataan cinta? Perempuan mana yang tidak akan berdegup seluruh jantungnya merasakan pernyataan cinta dari lelaki yang begitu mempesona seperti Jason?

Rachel sendiri merasakan debaran di jantungnya semakin nyata, dia ingin menjawab tetapi tidak tahu apa yang harus dikatakannya.

“Aku tidak terbiasa ditolak seseorang.” Mata Jason mengerjap angkuh, “meskipun begitu bisa kukatakan kepadamu bahwa kau sebenarnya mencintaiku, hanya saja kau belum menyadarinya.” Dengan lembut jemari Jason bergerak menyentuh rambut Rachel di dekat telinga dan menyelipkannya ke balik telinga Rachel, “Cepatlah sadari perasaanmu kepadaku, dan datangi aku.”

Lelaki itu menundukkan kepalanya, dan mengecup bibir Rachel, lalu melangkah berlalu melewati Rachel yang masih terpana dan meninggalkannya.

Sabtu, 21 Desember 2013

Another 5% Epilog


“Bagaimana dengan Rolan?” Gabriel bertanya di esok paginya, ketika mereka bangun dan memutuskan menghabiskan pagi mereka dengan menikmati udara pegunungan yang segar.

Selly menghela napas panjang, mengenang Rolan dan kebesaran hatinya yang luar biasa.

“Dia baik-baik saja, dia malahan yang mendorongku supaya mencarimu.”

Gabriel tersenyum tipis, “Selain kebaikan hatinya yang keterlaluan, dia sebenarnya lelaki yang baik.” Mata Gabriel menatap Selly sungguh-sungguh, “Dia sebenarnya sangat mencintaimu, Selly.”

Another 5% Part 22 (End)


Selly masih terperangah sampai sekian lama setelah Gabriel meninggalkannya, dia gemetar. Tetapi bukan hanya itu, jantungnya berdebar kencang.

Apakah Gabriel telah berhasil mempengaruhinya? Apakah kenyataan bahwa lelaki itulah yang telah menolongnya di tengah hujan badai telah membuat segalanya berubah?

Bagaimana dengan Rolan? Meskipun lelaki itu berkali-kali menyakiti dan mengingkari janjinya, bukankah dia adalah cinta sejati Selly. Selly telah bertahun-tahun hidup dengan kesadaran bahwa dia mencintai Rolan.

Dia mencintai Rolan bukan?

Selly menelan ludahnya, merasakan kebingungan yang menyesakkan dada.

Embrace The Chord Part 19


Jason terus memainkan biolanya dengan penuh perasaaan, memainkan seluruh nada yang sulit dengan mudahnya, seolah-olah kemampuannya benar-benar sempurna tanpa pernah terluka sekalipun. Dan kemudian, ketika Jason memainkan nada penutup yang tinggi dan menyanyat hati di akhir cerita, dan mengakhirinya dengan kelembutan yang tak terkira... Rachel langsung berdiri, tidak bisa menahan dirinya dan menubruk Jason memelukkanya sambil berurai air mata.

“Kau bisa memainkan biolamu, kau bisa memainkan biolamu dengan tangan kirimu, dan itu sempurna.” Serunya penuh perasaan, membuat suaranya sedikit tercekat.

Jumat, 30 Agustus 2013

Another 5% Part 21



“Apa?” Rolan langsung berdiri dari tempat duduknya, menatap Marco dengan tatapan mata terkejut, “Selly diculik oleh Gabriel?”

Marco menghela napas dengan cemas. “Saya mengkhawatirkan hal ini terjadi sejak dulu tuan Rolan. Nona Selly adalah pemegang kunci kemenangan anda. Dan mungkin Gabriel menculiknya untuk membunuhnya.”

Wajah Rolan pucat pasi. Dia sudah bertemu dengan Gabriel di tengah kebakaran itu. Sudah jelas bahwa Gabriel adalah manusia yang kejam dan tidak punya belas kasihan. Lelaki itu mungkin sudah menyiksa dan membunuh Selly. Rolan memejamkan matanya, berusaha melacak Selly, tetapi tidak bisa. Dia menghela napas frustrasi dan menatap Marco. “Kau tahu kemana Gabriel membawa Selly?”