Senin, 25 Maret 2013

Pembunuh Cahaya Part 9



“Dia membangun rumah kaca untukmu?” reaksi pertama Andre ketika Saira menceritakan apa yang dilakukan Leo adalah terkejut luar biasa, “Benarkah itu Saira ?”

“Sekarang rumah kaca itu sudah jadi, dan dia menawarkan untuk mengantarkanku membeli beberapa varietas unik untuk mengisi rumah kaca itu.” Saira menahan napas ketika matanya melirik ke keindahan rumah  kaca yang sekarang berdiri dengan tegak dan mewah, memantulkan cahaya matahari sehingga membuatnya berkilauan.

Andre tampak termenung di seberang sana, “Kau yakin bahwa Leo melakukannya dengan tulus tanpa ada maksud apapun di baliknya?”

Memaafkan Diri Sendiri




Sepertinya aku sedang menangis di kereta api yang melaju kencang, ketika Ayahku pergi untuk selamanya. 
Dan sepertinya aku sedang mengetik, atau mungkin nonton film drama komedi romantis ketika sahabatku terbaikku pergi juga untuk selamanya ....dan anaknya mungkin sedang tidur. Istrinya sedang tidur, ....entahlah. 
Setiap orang mungkin ingin menggenggam tangan orang terkasihnya, sebelum dia pergi dan tak kembali. Setiap orang pasti ingin mengantar orang terkasihnya untuk terakhir kali.

Tapi kalau kita tidak seberuntung itu bisa mengantar yang terkasih untuk terakhir kali.......mungkin kita bisa memaafkan diri sendiri. Merangkul diri sendiri, lantas membisiki diri sendiri dalam bisikan menghibur hati  : Bukankah kau masih bisa mendoakannya setiap hari?
Kita tidak bisa melukis masa depan dengan tepat persis sama seperti yang kita harapkan, dan mengoreksi masa lalu pun sama susahnya.

Jadi yang bisa kita lakukan hanyalah terus melangkah dan melanjutkan hidup.
( PS : Ayah, meski saat yang terakhir itu aku tidak ada di sana untuk menggenggam tanganmu, kusebut namamu di setiap sujudku )

You've Got Me From Hello 9



Azka meninggalkan rumah Celia dengan marah. Marah besar. Berani-beraninya Celia mengancamnya seperti itu, padahal Celia sendiri telah mengkhianatinya bersama Eric. Apakah Celia pikir Azka tidak akan tahu? Apakah Celia pikir Azka begitu bodohnya?

Dengan kencang dia mengendarai mobilnya, dia butuh bertemu dengan Sani. Di saat kemarahannya menggelegak seperti ini, hanya Sani yang bisa menenangkannya.




Ketika sampai di depan cafe, Azka memarkir mobilnya dengan sembrono. Dia tergesa memasuki cafe itu, hendak mengambil beberapa makanan kecil untuk dibawa ke apartemen Sani, tadi dia sudah berjanji untuk datang jam sembilan malam ke sana.

Tetapi kemudian langkahnya tertegun, melihat ke kursi di bagian sudut, tempat favorit Sani ketika duduk, dan melihat sosok itu di sana.

Sani? Kenapa dia ada disini? Bukankah dia masih sakit?

Rabu, 20 Maret 2013

Pembunuh Cahaya Part 8


Note : Hadiah ulang tahun untuk yang lagi ultah ^___^V




Leo berdiri terpaku dan bingung ketika ditinggalkan oleh Saira. Perceraian. Pada akhirnya Saira pasti akan mengajukan itu kepadanya, dan dia tahu itu akan terjadi. Dia bahkan sudah merencanakan perceraian yang menyakitkan untuk Saira.

Tetapi sekarang dia tidak mungkin menerima perceraian itu, Demi Tuhan, Saira sedang mengandung anaknya, dan perempuan itu dengan mudahnya mengatakan bahwa dia menginginkan perceraian. Mau dia bawa kemana anak Leo nanti? Apakah dia akan lari ke pelukan Andre dan kemudian menjadiakan Andre ayah dari anaknya?

Youve Got Me From Hello Part 8


Ketika ponselnya berbunyi lagi, hampir jam sepuluh malam, Sani yang sudah berada dalam posisi meringkuk di ranjang dan bersiap tidur mengernyit. Dia sedang tidak enak badan, hari ini adalah hari pertama dia datang bulan dan dia selalu sedikit merasakan nyeri di perut bawahnya ketika sedang haid. Diangkatnya telepon itu,

“Halo?”

“Sani?” suara Azka yang dalam terdengar dari seberang sana, “Kenapa kau tidak datang kemari?”



“Oh... maaf Azka.” Dia lupa kalau sudah berjanji untuk ke cafe malam ini. “Aku... aku sedang tidak enak badan.”

“Kau sakit?” suara  Azka terdengar cemas, “Kau sakit apa?”

“Tidak...” Sani bingung, kehabisan kata-kata untuk menjelaskannya kepada Azka.

“Aku antar ke dokter ya?”

Selasa, 19 Maret 2013

Pembunuh Cahaya part 7




Mereka berdua bertatapan dengan cemas dan wajah pucat. Saira sendiri begitu cemas, suaminya memperlakukannya dengan buruk dan sekarang dia hamil, hamil bukan dari buah cinta perkawinannya tetapi dari pemaksaan yang dilakukan suaminya kepadanya.

Akan seperti apakah Leo memperlakukan anaknya nanti? Sementara dia memperlakukan Saira seperti ini? Bagaimanakah anak ini akan tumbuh dan besar? Akankah Leo memperlakukannya dengan buruk?

Tiba-tiba insting ingin melindungi anaknya tumbuh dari benak Saira, dia langsung merangkulkan lengannya dan memeluk perutnya dengan waspada. Kalau Leo ingin menyakiti anak dan bayinya, berarti dia harus berjuang, kemarin Saira pasrah dan menyerah karena dia merasa dirinya sebatang kara, sekarang dia mempunyai seorang bayi yang tumbuh di dalam rahimnya, dan dia harus berjuang melindungi anaknya.

“Kau harus ke dokter.” Leo memandangi Saira yang memeluk perutnya sambil mengernyit, “Kita ke dokter sekarang.”

You've Got Me From Hello Part 7




Lelaki tampan hanya tersenyum tenang, tampak sedikit geli menghadapi kehebohan Joshua yang menyambutnya. Dia melirik ke arah Celia dan menganggukkan kepalanya dengan sopan ke arah Celia, membuat Celia menyadari bahwa dia telah terpesona kepada lelaki itu. Memang Azka tampan dan tetap nomor satu baginya, tetapi Azka sangat jarang tersenyum, sedangkan lelaki ini, dia begitu murah senyum dan tampak sangat tulus secerah matahari,

“Sepertinya kau dan nona ini menghadapi masalah. Mungkin aku bisa membantu.”

Joshua melirik Celia masih tersenyum lebar, ‘”Ini Eric, dia adalah salah satu investor butik dan salon kami. Kau tidak keberatan Celia kalau Eric membantumu?”

Siapa yang tidak keberatan kalau dibantu berdiri oleh lelaki setampan itu? Celia berpikir bahwa kadang-kadang berpura-pura lumpuh ada untungnya juga...

Senin, 18 Maret 2013

Pembunuh Cahaya part 6

Note : Maafkan aku karena postingnya terlambat T---T




“Kau tidak boleh bertemu dengan Andre lagi, dan kau tidak boleh mengurus rumah kaca itu lagi.” Leo langsung mendatangi Saira malam itu di kamarnya, seperti biasa masuk tanpa permisi dan bersikap angkuh.

Bagi Leo, ini adalah salah satu rencana balas dendamnya, menahan Saira dari segala hasrat yang disukainya. Leo tahu Saira sangat menyukai rumah kacanya, dan tidak bisa mengurus rumah kacanya pasti akan sangat menyakitkan bagi perempuan itu.
Saira mendongak, menatap Leo dengan lelah, tiba-tiba Leo memperhatikan bahwa Saira tampak lebih pucat dan kelihatan sakit. Jantungnya berdenyut, tetapi kemudian dia langsung menepis perasaan apapun itu yang sempat muncul. Tidak boleh ada belas kasihan, kalau dia ingin tujuannya tercapai, dia harus mampu bersikap kejam.

Kamis, 14 Maret 2013

Pembunuh Cahaya Part 5


Ingatan Leo melayang kepada kenangannya di masa lalu. Hampir tujuh tahun yang lalu, ketika itu usianya baru dua puluh lima tahun, begitu juga dengan Leanna.

Leanna adalah adik kembarnya, mereka bukan kembar identik, karena itulah mereka berbeda jenis kelamin, dan tidak begitu mirip. Tetapi mereka sama-sama menerima anugerah dari kelebihan fisik kedua orang tua mereka. Leo sangat tampan, dan Leanna begitu cantiknya.

Leo tentu saja sangat menyayangi adiknya, adiknya adalah satu-satunya di keluarganya yang sangat dia sayangi. Sedangkan kedua orang tuanya... bisa dikatakan bahwa hubungan kedua orangtuanya sudah hancur sejak lama, mereka mempertahankan pernikahan hanya demi status di depan orang-orang.

Membuang Hati



Caranya tertawa membuatku jatuh cinta.

Dan kemudian aku tergelincir semakin dalam, mencintai lelaki itu hingga hampir memujanya. Tetapi kusembunyikan semuanya di dalam hatiku. Karena aku tahu, aku tidak boleh.

Namanya Reno, laki-laki yang memenuhi seluruh kriteriaku dalam semua hal, calon suami idaman..... kekasih pujaaan. Sayangnya dia bukan kekasihku. Sama sekali bukan, dia adalah kakak kekasihku. Yah, sayangnya seperti kisah sial yang dialami oleh pasangan kekasih di cerita-cerita tragedi, kami terlambat jatuh cinta. Dia dan aku mungkin memang ditakdirkan saling menatap dari kejauhan dengan batin teriris dan nadi berdenyut menjerit. Reno dan aku tidak ditakdirkan bersatu.

"Jangan cemberut Kiran...nanti olesan fondationmu pecah di sekitar bibirmu." , mamaku yang duduk dengan asyik sambil mengamatiku di dandani oleh perias itu langsung berkomentar ketika melihat sudut bibirku mengerut tanpa sadar ketika membayangkan Reno.

Aku mencoba tersenyum meski senyum itu tak naik ke mataku. Kutatap bayangan wajahku di cermin, perias itu benar-benar ahli, aku didandaninya sedemikian rupa sehingga benar-benar cantik, alisku dibentuk melengkung ke atas dan feminim seperti alis para artis, begitupun riasan mataku yang mencolok berwarna emas dan cokelat dipadukan dengan buku mata palsu yang berat, tetapi tampilannya sepadan.

Aku benar-benar sudah siap untuk menjadi pengantin wanita hari ini.

Rabu, 13 Maret 2013

You've Got Me From Hello part 6


Celia menunggu dengan cemas, Azka memang selalu terlambat datang tetapi dia tidak pernah mengingkari janjinya. Kedua orang tuanya baru datang dari Paris, dan ini adalah kali pertama mereka akan berkumpul untuk membicarakan persiapan pernikahan mewah dan besar mereka yang rencananya akan dilaksanakan delapan bulan lagi.

Dia sudah berdandan secantik mungkin dan mulai gelisah karena ini sudah terlambat hampir satu jam dari waktu yang dijanjikan, tetapi tidak ada kabar dari Azka. Celia duduk di dekat jendela, menanti dengan cemas.



Lalu ketika mobil itu memasuki gerbang rumah, hampir saja Celia terlonjak bahagia dari duduknya, lupa kalau dia sedang berpura-pura lumpuh. Tidak ada yang tahu selain keluarganya, pelayan kepercayaan mereka di rumah ini, dan dokter pribadi mereka bahwa Celia sebenarnya sudah sembuh jauh di waktu lalu. Dia sudah bisa berjalan normal seperti biasanya. Diagnosa dokter waktu itu ternyata salah, dan kaki Celia tidak apa-apa.

Selasa, 12 Maret 2013

Pembunuh Cahaya Part 4


Leo bermimpi malam itu, mimpi yang sama yang selalu menghantuinya lagi dan lagi, menyakitinya. Dia bermimpi berteriak untuk mencegah, tetapi semuanya sudah terlambat, dia berteriak-teriak menghampiri Leanna yang terkapar penuh darah... darah itu begitu banyak memenuhi tangannya, bersumber dari kepala Leanna.

Dan ketika kemudian darah itu semakin banyak dan banyak, Leo menyadari bahwa dia sudah tidak punya harapan lagi, bahwa dia sudah kehilangan semuanya. Akhir mimpinya selalu sama, dipenuhi dengan kesedihan dan kehampaan yang menyakitkan.

Dengan panik Leo tergeragap, terenggut paksa dari mimpinya yang lelap. Tubuhnya berkeringat dan napasnya tersengal.

Mimpi itu yang selalu menghantui malam-malamnya dan menyiksanya, seandainya  waktu itu dia sadar akan sikap aneh Leanna, seandainya dia bisa menebak dan memberikan sedikit perhatian kepada Leanna untuk mengetahui apa yang berkecamuk di benaknya. Seandainya saja....

Leo mendesah keras, manusia memang hanya bisa berandai-andai ketika sudah dipenuhi penyesalan mendalam.

Sekali lagi,,,, gagal posting karena modem *menundukkan kepala dan meminta maaf*

dear all readers...
tak terasa hampir 5 hari aku tidak bisa posting dan online
T---T
ini semua dikarenakan modem ngambek lagi
melahap pulsa berpuluh-puluh ribu tetapi tanpa tanggung jawab alias ga tahu dipake apaan...
barusan bisa online dan ternyata banyak email,mention dan komen yang menumpuk hiks
maafkan aku membuat semua menunggu
sungguh bukan maksudku *sambil menatap memelas ala lagu2 jadul*

:D
semoga besok aku sudah bisa muncul lagi yippieee
i miss u all
kalian selalu ada dihatiku, kapanpun itu

Peluk sayang, Santhy Agatha

Pembunuh Cahaya Part 3



“Apa?” Andre hampir berteriak di seberang sana ketika mendengar seluruh cerita Saira yang diucapkan sambil menahan tangisnya. “Apa yang ada di otak Leo?”

Saira menghela napas panjang, “Aku hanya tidak tahu kenapa dia bersikap seperti itu, Andre. Dia sungguh berubah, tidak seperti yang kita kenal. Dia... aku hampir yakin kalau dia.. membenciku.”


“Membencimu?” Andre mendesah pelan, Saira hampir bisa membayangkan lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya di seberang sana, “Aku sungguh tidak bisa membayangkan kalau dia membencimu Saira, sikap lembutnya, kebaikannya, tatapan penuh cintanya kepadamu waktu itu, semuanya tampak tulus.” Suara Andre berubah prihatin, “Kau tidak apa-apa Saira? Perlukah aku menjemputmu?”

“Jangan Andre.” Saira berseru cepat, “Pada awalnya kupikir kalau Leo cemburu kepadamu, kepada kita.”

“Itu konyol.... kau seharusnya memberitahunya kalau aku...”

Kamis, 07 Maret 2013

Pembunuh Cahaya Part 2

Saira melangkah mengikuti Leo memasuki kamar tidur mereka, tiba-tiba merasa takut kepada suaminya. Leo benar-benar terasa asing, seperti bukan dirinya. Dan Saira merasa tidak nyaman dengan Leo yang sekarang menjadi suaminya ini.

“Kenapa engkau marah-marah kepadaku, Leo?” Saira memberanikan diri bertanya, mencoba bersikap lembut kepada suaminya, bukankah dulu Leo berkata bahwa dia sangat menyukai kelembutan Saira?

Tetapi Leo tetap bersikap dingin, sama sekali tidak tersentuh dengan kelembutan Saira, ditatapnya Saira dengan sinis, “Suami mana yang tidak marah ketika isterinya malahan mengunjungi lelaki lain di hari pertama setelah mereka menikah, seolah tidak tahan untuk segera menghambur ke pelukan lelaki itu?”

Wajah Saira memucat mendengar tuduhan Leo, tetapi dia mencoba membela diri, “ Kau yang meninggalkanku untuk bekerja di hari pertama pernikahan kita, dan aku bingung tidaj tahu harus bagaimana, lagipula aku ke sana bukan untuk menemui Andre, aku ingin menengok rumah kacaku.”

Rabu, 06 Maret 2013

Pembunuh Cahaya Part 1




Pernikahan mereka luar biasa mewah dan sangat indah, sayangnya mama Leo tidak bisa hadir karena kata Leo, sang mama sedang berobat di luar negeri. Kondisi pernikahan mereka yang mendadak membuat mama Leo tidak bisa mengatur ulang jadwalnya. Tetapi kata Leo sang mama kirim salam dan segera setelah pulang dari luar negeri, dia akan menengok mereka berdua sambil membawa kado pernikahan.


Mereka memasuki kamar pengantin yang sudah didekorasi dengan mewah oleh dekorator terkenal, tentu saja bunganya dipasok oleh rumah kaca Saira, beberapa sumbangan dari Andre sahabatnya yang sangat senang dengan pernikahan Saira. Andre memang sahabat dekat Saira, yang selalu membantunya kapanpun dia siap. Banyak yang mengira mereka berhubungan dekat, tetapi hanya Saira dan Andre yang tahu bahwa mereka tidak bisa lebih dari itu, Andre seorang gay dan dia tidak tertarik kepada perempuan.

You've Got Me From Hello Part 5



Pagi harinya Sani masih tertidur dan meringkuk di atas ranjangnya ketika suara interkom pintunya berbunyi. Sani mengernyit, meraih jam beker di sebelah ranjangnya. Masih jam enam pagi. Siapa yang berkunjung sepagi ini?

Dengan susah payah Sani turun dari ranjang, matanya pasti bengkak karena dia menangis semalaman sampai ketiduran, dan kepalanya pening karenannya.





Dia memijit tombol interkom yang berhubungan langsung dengan resepsionis di depan.

“Ya?” gumamnya dengan suara yang masih serak.

“Nona Sani, ada tamu untuk anda.”

Sani langsung waspada, apakah Jeremy masih belum menyerah juga?

“Siapa?”

Minggu, 03 Maret 2013

Prolog Pembunuh Cahaya

 “Hai.”

Ketika lelaki itu mendekatinya, Saira menatapnya dengan bingung, lelaki itu tidak seharusnya berada di sini. Dengan setelan serba hitam, rambut yang disisir rapi ke belakang dan penampilan yang luar biasa elegan , dia seharusnya berada di luar sana bersama para tamu yang berkelas itu. Tetapi entah tersesat atau bagaimana lelaki itu bisa menemukan jalannya kemari, di ruangan belakang dekat gudang tempat Saira membereskan pot-pot bunga dan berbagai macam tanaman serta beberapa karung tanah bersama pegawainya untuk dinaikkan ke dalam truck pick up mereka.

“Apakah anda tersesat?” Saira bertanya pelan, lalu menepiskan tanah dari bajunya, dia mengangkat beberapa pupuk tadi dan itu mengenai pakaiannya, penampilannya pasti sangat bau dan berantakan tetapi lelaki itu tampaknya tidak peduli, dia mengembangkan senyuman yang luar biasa manis.

“Aku sengaja ke bagian belakang untuk mencari siapa di balik tanaman indah yang membuat pesta ala taman terbuka untuk perusahaanku berhasil.

Jumat, 01 Maret 2013

You've Got Me From Hello Part 4


 
“Keenan?”

“Ya ini aku.” Keenan terkekeh, apa yang kau lakukan di sini?”

“Aku mengantar temanku.” Sani mendongakkan kepalanya, mencoba mencari tetapi Kesha sepertinya sudah ditelan keramaian jauh di depannya, “Dan sepertinya dia sudah hilang.” Gumam Sani, mendesah kesal.

 
 
 
 
 
Keenan tertawa, “Begitulah kalau kau berjalan di baazar tahunan, keadaannya selalu seperti ini setiap tahun, selalu ramai.”

Sani masih menatap ke arah kepergian Kesha, berharap bahwa sahabat sekaligus editornya itu akhirnya menyadari bahwa mereka terpisah dan kemudian kembali untuk mencarinya.

“Kau sendiri apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya kepada Keenan kemudian ketika menyadari bahwa laki-laki itu tidak berniat untuk pergi.

“Aku?” Keenan tertawa. Lelaki ini benar-benar ceria dan banyak tertawa, jauh berbeda denga Azka, gumam Sani dalam hati, “Aku lelaki bebas, kudengar di sini ada keramaian jadi aku datang untuk melihat, itu saja.”

Dear All

Dear all readers semuanyaa

maafkan akuuu aku belum balas semua komennya, tetapi aku tetep baca semuanya kook T--T
soalnya ada koneksi yang agak2 amburadul jd mau balas satu komen lamaaa bangeett huaaa
besok yah semoga koneksi sudah lancar pasti aku balas semuanya :D hihihihii

untuk sementara sebagai pengobat rasa, aku uploadkan You've Got Me From Hello yaah
selamat menikmatii :D

Salam hangat dan peluk erat,

Santhy Agatha

You've Got Me From Hello Part 3


 
Sani mengernyit melihat kehadiran Azka di sana. Itu pria pemilik cafe itu, batinnya bingung. Tetapi kemudian dia melihat kesempatan untuk melarikan diri dari Jeremy, pegangan Jeremy di tangannya melemah, membuat Sani bisa menyentakkan tangannya dan melepaskan diri.

“Sani.” Jeremy masih berusaha mengikuti Sani, tetapi dengan cepat Sani melompat, bersembunyi di belakang punggung Azka yang bidang, dan dengan penuh pengertian pula Azka langsung berdiri melindunginya.

 
“Saya rasa Sani tidak mau berbicara lagi dengan anda.’

Mata Jeremy memancar marah menatap ke arah Azka, “Saya tidak tahu anda siapa.” Desisnya geram, “Tetapi Sani adalah tunangan saya dan saya berhak berbicara dengannya.”

“Mantan tunangan.” Sani menyela dari punggung Azka, “Dan aku tidak mau berbicara denganmu.”