Sabtu, 10 November 2012

Kekasihku dan Hujan Deras, sebuah catatan harian

Semalam hujan deras turun di hatiku, mengiringi sepasang kekasih dalam tangis haru, entah kenapa terasa membekas di hatiku, mengawali pagiku yang biru.
 
Hari kemarin kuawali dengan hujan deras di pagi hari, membuat hati mendung dan meratap entah kenapa. Bahkan di dini hari yang sunyi itupun kekasihku sudah pergi - tuntutan pekerjaan - katanya. Sebenarnya jauh di dalam hati aku menahan diri,  kesibukannya ahkir-ahkir ini membuatku merasa pilu, pilu karena semua rutinitas kami bersama terenggut oleh waktu, pilu karena pelukannya yang kurindukan tidak bisa kutemukan di malam-malam sunyiku, pilu karena sapaannya yang dulu sering terdengar tak pernah lagi menyentuh hari-hariku. Dan pilu karena aku harus mengalami perasaan itu lagi, menunggunya dalam keheningan, membuatku mengulas kembali memori-memori menyakitkan di masa lalu ketika aku harus menunggunya dalam ketidakpastian.
 
Aku ketakutan dan dia tidak tahu. Seluruh tubuhku berteriak akan ketakutan. Ingatanku mengingat kenangan di masa itu, ketika dia makin lama makin menjauh, dan aku kehilangannya. Tuhan. aku tidak sanggup kalau harus melaluinya lagi. Saat ini dia sudah ada di pelukku. Kalau dia harus menjauh lagi, lebih baik aku mati.
 
Pagi itu sungguh berat kulalui, dan aku merindukan sapaannya yang selalu menguatkan hatiku seperti biasa, tetapi tidak ada. Sepanjang pagi kulalui dengan menanti. Semua tetap hening. Rasa sedih meledak di dalam diriku, dia sudah lupa. Perusahaan baru tempatnya bekerja itu benar-benar telah merenggut dia yang kukenal. Lelaki itu bukan kekasihku, lelaki itu sudah menjadi milik perusahaannya.
 
Kemudian di siang hari di tengah panas yang bercampur dengan mendung yang datang tiba-tiba. Aku merasa sampai di titik akumulasi bahwa aku tidak sanggup lagi. Detik itu, ketika aku meminta pertolongannya, dia tidak hadir. Keheningan masih mengikutinya sehingga aku pada ahkirnya memutuskan, kalau dia tidak bisa lagi ada, maka aku akan membuatnya tidak ada. Seperti sebuah pepatah, makin beratnya beban berbanding lurus dengan makin hilangnya perasaan. Dan aku menjeritkan kata-kata itu kepada kekasihku, "Aku sudah tak kuat menanggung beban, aku takut akan kehilangan rasa"
 
"Aku menginginkan perpisahan dan aku serius", tulisku waktu itu, dalam sebuah pesan yang kukirim dengan mata gelap berkabut, larut dalam kesedihan dan amarah yang membusuk karena tertahan sejak pagi.
 
Kekasihku membalasnya segera - terkejut,
 
"Ya Allah, cinta. apakah kau serius? ini keputusan yang sangat penting, tolong pikirkan dengan pikiran dingin, semua yang kulakukan ini demi kebahagiaanmu, demi keluarga kecil kita"
 
Kemarahan membakar dadaku. Bagaimana dia bisa bilang ini demi kebahagiaanku kalau apa yang kurasakan sekarang adalah hantaman ketidak bahagiaan yang menusuk kalbu? Bahagiaku adalah bersamanya, dalam kesederhanaan. Aku merindukan saat-saat dulu ketika bahagia kami bisa didapat dalam nikmatnya nasi bungkus yang dimakan dalam canda dalam kamar sederhana berukuran 3x4 meter. Aku merindukan bahagia di masa itu, ketika bahagia kami semudah itu bisa didapatkan dalam pelukan hangat dan candaan sepanjang hari. Aku tidak butuh yang lain. Saat itu aku sudah cukup bahagia, sebelum perusahaan baru itu hadir dan merenggut seluruh waktunya, perhatiannya, dan juga bahagiaku.
 
"Aku ingin perpisahan", mataku menyala penuh tekad. Aku tidak sanggup merasakan dirinya yang makin lama makin tenggelam, menghilang dari genggamanku. Dan sebelum aku harus menanggung itu semua, lebih baik aku yang pergi, di saat kenangan indahlah yang masih terpatri.
 
"Tunggu aku pulang, kita bicara"
 
Tak kubalas lagi pesan itu, sibuk mengusap air mataku. Ya Allah, semua terasa sungguh berat. Hujan deras turun lagi di luar sana, seolah berusaha menyaingi cucuran air mataku. Ya Allah... begitu sakitnya ternyata ketika kita memutuskan meninggalkan orang yang kita cintai. Tetapi aku tak tahu harus bagaimana lagi, memandang kedepan yang akan terus seperti ini, toh pada ahkirnya aku akan kehilangan dirinya bukan?
 
Malam itu kutunggu dia pulang, aku sudah menyiapkan kata-kataku, semua sanggahan dan bantahan. Tak akan kubiarkan dia membatalkan niatku untuk berpisah. Sudah kukeraskan hatiku, kali ini aku serius.
 
Tetapi kemudian dia pulang dengan tatapan sedihnya yang luar biasa, memanggil namaku dengan suara pedih ketika aku bahkan tidak mau menatap matanya lagi. Batinku teriris ketika melihatnya, sosok yang kucintai yang sekarang begitu pedih. Aku sungguh tak mau membuatmu sedih sayang, tetapi aku harus melakukannya. Demi kita.
 
Semua tekadku yang kubangun seharian langsung runtuh ketika dia rubuh, berlutut di depanku dan menangis. Ya Allah, dalam kebersamaan kami selama ini, sudah lama sekali tak kulihat air matanya. Dulu air matanya hanya akan mengalir ketika aku melukainya, ketika aku melukainya dengan parah.
 
 "Jangan tinggalkan aku", katanya dalam isak pilu sambil berlutut memeluk pinggangku. "Kalau kau pergi aku tak bisa hidup, aku sangat mencintaimu, kumohon mengertilah, semua ini kulakukan untukmu, untuk kita"
 
 Aku menunduk, menatapnya terbenam dalam haru yang biru, ahkirnya kubungkukkan tubuhku, jatuh berlutut bersamanya dan memeluknya, semua kemarahan yang bergulat dalam otakku, menguap entah kemana, Dia balas memelukku dengan erat, seolah itulah harapannya untuk bertahan hidup, kukecup pelipisnya, kukecup air matanya, kuusap bahunya biar tangisannya mereda. Dan kami berpelukan dalam tangis haru yang dalam.
 
"Sudahlah jangan menangis, maafkan aku", kukecup matanya yang basah oleh air mata. Oh aku tidak akan sanggup meninggalkan lelaki ini. Kuhapus semua kemarahan dan kesedihan yang menggayutiku seharian ini. Aku seharusnya tegar, bersamanya. Mendukungnya dalam masa transisi ini, yang kutahu pasti dia juga menderita, aku seharusnya lebih tegar.....
 
Kuleburkan semua beban hatiku biarkan larut bersama aliran air, tersapu oleh hujan deras yang mengiringiku, dari ku membuka mata, sampai ahkirnya aku menutup mataku dalam hangatnya pelukan kekasihku.
 
 
- Kepada yang tercinta, I love you always, All Ways-
 

27 komentar:

  1. aku juga cinta kamu... T_T
    *digetok mba santi, 'ngikut2 aja'* hihihi
    mba aku suka yang ini.... jangan marah lagi ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. heeee iyaaa Cherry sayaaangg hehehe

      heeeeiii kau cinta pada siapa ituuu *sambil lempar2 granat tangan* hihihi

      Hapus
  2. hihihihihihihi
    aku cinta sama ceritanya mba... seudzon aja niiihhh.., hihihihihi
    *bersiul2 sok ga bersalah* hihihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. hmmmm *tetap menatap dengan curiga* hihihi
      jd keingetan kalo aku lagi ketawa2 sendiri di dpn laptop/hp gini, si mas irawan langsung bilang "pasti ama si cherry nih!" hihihihi

      Hapus
    2. hihihihihi,
      jangan2 nanti si om pikir aku badut, hehehehhe
      *tetep menatap dengan senyuman manis, berharap semoga kecurigaan mba segera hilang, jadi bisa lanjut rencana kedua* loh loh (?) hihihihihi

      Hapus
    3. apaaa itu rencana keduaaa??? apaaa apaaa apaa??? ngejar cherry sambil teriak2 di kuping cherry hihihihi

      iyaaa cherry kalo sekali koment kadang2 aku ketawa sendirian lho beneran hihihi

      Hapus
  3. sukaaaaa....
    Verna dan Hujan part 3 blom ada mba? kepo badai niy, Verna jadian sama Tanza ga...xoxoxo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yanaaaa kmrin belum bisa posting heee aku belum bisa edit script part3 nya hihihi soalnya aku lagi flu berat nih dear, sampai kliyengan hiksssss doain yah cepet sembuh nanti langsung kuposting :D

      Hapus
  4. aku jadi tersipu malu... *sebuah respon yang salah* hihihihihi

    aduh mba, amaf yah ini rahasia aku sama si om.... *wink2* hhihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. grrrrrr *menggertakkan gigi dan melotot ala sinetron*
      hihihihi awasss nanti malam aku kejar si Om hehehe

      Hapus
    2. trus aku kejar siapa dong???
      *mulai jadi abege galau lagiii*

      Hapus
    3. kejar si tono aja hihihihi kan udah niat mau nyadarin si tono? hihihihi

      Hapus
    4. kejar mas boy aja aahhh... *gaya bicara azis gagap* hiihihihihi

      Hapus
    5. hihi..*langsung menyelamatkan mas boy*
      :D

      Hapus
  5. dah lama gak buka blognya mba,,,,
    pertama yang ku baca ini, nangis lagi deh,,,,
    lebay yah aku :)

    mba santhy n cherry bikin cerita bagus trus yah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. fathyyyy apa kabaaarrr *berteriak penuh semangat*
      hehehee

      heeee iya fathyyy lagi semangat menulis nih, semoga fathy suka yah *peluk*

      Hapus
    2. mba santhyyyy apa kbr?? *ikut teriak trs dilempar sendal ma mas irawan karena teriak2 di depan rumah :) piss mas irawan...

      alhamdulillah aku baik mba....

      aku selalu suka sama tulisan mba....

      mba semangat trus yah

      PS : jaga kesehatan jgn lupa

      *peluk erat biar g lepas mba santy nya ....

      Hapus
    3. @Cherry : heeeiii aku baru baca bab lanjutannya hehehhehe
      @Fathy : heeee peluk lagi sambil diiket pakai lakban jd ga bisa lepas hihihi gimana coba :D
      syukurlah fathy sehat selalu yah, plus harus bahagia selalu lho yaaa :D

      Hapus
  6. mba santhy miss u,,, heheheee dtggu crta slnjutnya verna mba dll... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Renaaa miss u too ya ampun lama banget yah kita ga n ngobrol heeee *peluk peluk*
      yup verna InsyaAllah hari ini diposting ;)

      Hapus
  7. @mba santhy : baru baca blsn komennya mba santhy,,,

    mba tega ngiket aku,,, hikss,,,
    gpp deh mba diiket nti yg nolongin mas damian hehehe...

    insyallah mba, aku bahagia trus apalagi baca blognya mba,,,

    really miss u, mba....
    smoga mba bahagia n sehat selalu y mba,,,


    @cherry : jgn byk2 y cher senyum, nti pd takut deket2 cherry :))

    big hug for both of you.... love you guys...

    BalasHapus
    Balasan
    1. xixixixi habis biar ga lepas, harus diiket pakai lakban tuh :D
      amiiiiin syukurlah Fathy selalu bahagia yaaah *peluk*

      Hapus
    2. mba santhy endiri bahaga selalu kan mba.....

      sekalian mba, mas damiannya diiket biar aku lengket trus heheheheh.....

      *peluk balik mba cantik :)

      Hapus
    3. amiiin fathy InsyaAllah berbahagia selalu yaah *peluk lagi*

      Hapus
  8. aamiiinnnn seneng denger mba santhy bahagia selalu...

    maaf mba g bisa peluk balik mba, aku lagi dipeluk mas damian hahahahahah....

    *peluk mba santhy (stlh dilepas pelukannya sama mas damian :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiiiin dear pokoknya kita berbahagia selalu yaa dan semangatttt *menatap iri fathy yang dipeluk mas damian* hehehe

      Hapus