Selasa, 16 April 2013

Crush In Rush Part 1



PS : Untuk yang sedang berulang tahun dan merequest kisah ini, Happy Birthday dear! ^__^




Kiara terlambat datang bekerja!

Dengan napas terengah Kiara setengah berlari menuruni bus kota itu sambil menyumpah-nyumpah mengutuki dirinya sendiri. Kalau saja tubuhnya tidak terasa begitu lelah, Kiara pasti tidak akan memutuskan tidur lagi siang tadi. Dia berpikir hanya tidur satu jam saja karena rasa mengantuk menderanya begitu kuat. Tetapi bodohnya dia lupa menyalakan alarm.

Ketika terbangun, matahari sudah menyembunyikan diri di balik cakrawala, membiarkan bulan menggantikan tugasnya. Kiara terlambat bekerja hampir satu jam.

Sambil mengerutkan keningnya cemas, Kiara membayangkan bagaimana marahnya sang manager cafe kepadanya. Manager cafe itu tidak pernah menyukainya, entah kenapa. Mungkin karena Kiara bertubuh kecil dan dianggapnya lemah, sama sejali tidakj bisa membantu jika ada pekerjaan berat. Selama ini dia selalu mencari-cari kesalahan Kiara, mencoba membuktikan bahwa seorang perempuan tidak cocok bekerja shift malam di sebuah cafe.


Napasnya makin terengah karena berlari makin kencang, jarak dari halte bus ke cafe memang biasanya dia tempuh sambil berjalan kaki ketika waktunya panjang, tetapi sekarang dia harus sesegera mungkin tiba di cafe itu.

Setengah melompat Kiara terburu-buru menyeberangi jalan itu, tempat cafe itu terletak diseberangnya, sampai suara rem yang berdecit kencang dekat sekali dengannya membuatnya memejamkan mata, kaget dan panik.

Aku akan mati....

Desahnya di detik-detik terakhir, tetapi ketika dia tetap memejamkan matanya, tidak terjadi apapapun. Tidak ada rasa sakit di badannya, dan bahkan dia tidak terguling jatuh tertabrak entah apapun itu. Dengan hati-hati, Kiara membuka matanya,

Kumpulan orang berkerumun melihatnya. Kiara mengernyit, orang-orang memang selalu tertarik dengan kecelakaan, dan berkerumun. Dia menatap ke samping tubuhnya dan menemukan sebuah mobil warna hitam, dekat sekali dengan tubuhnya, tampaknya mobil itu di rem tepat pada waktunya sehingga tidak menyentuhnya meskipun hanya berjarak beberapa centi dari tubuhnya.

Pintu mobil terbuka, dan seorang lelaki tampan bertubuh tinggi dengan kacamata hitam turun dari balik kemudi. Lelaki itu cemberut, dan ketika dia membuka kacamatanya, Kiara menyadari bahwa lelaki itu adalah lelaki yang sama yang membantunya semalam, salah satu pelanggan tetap cafe tempatnya bekerja.

"Dimana otakmu sehingga menyeberang terburu-buru seperti itu dan melupakan keselamatan dirimu?" Dahinya mengernyit, "Oh jangan lupa, keselamatan diriku juga, aku bisa saja membanting stir dan menabrak trotoar tadi kalau aku tidak bisa mengerem tepat pada waktunya."

Pipi Kiara memerah, malu dan gugup dimarahi di depan banyak orang begitu, meskipun banyak orang-orang yang berkerumun memutuskan pergi ketika menyadari bahwa Kiara baik-baik saja.

"Maafkan saya." Kiara bergumam lemah, sedikit gemetar tak tahan dengan tatapan tajam lelaki itu.

"Kau terluka?" tanya lelaki itu cepat, matanya menelusuri seluruh tubuh mungil Kiara.

Kiara menggelengkan kepalanya, "Tidak. Saya tidak apa-apa."

"Baguslah." Lelaki itu mendengus kesal, "Lain kali hati-hati!" dengan ucapan penutup yang sinis itu, lelaki itu membalikkan tubuhnya dan memasuki mobilnya kembali, lalu melajukan mobilnya meninggalkan Kiara yang mundur kembali ke trotoar sambil menatap mobil hitam itu melaju meninggalkannya hingga tertelan keramaian jalan raya.

Kiara menyeberang lagi, kali ini memutuskan untuk berhati-hati supaya kejadian mengerikan dan memalukan tadi tidak terulang kepadanya, lagipula dia sudah benar-benar terlambat sekarang. Kiara berdecak, manager cafenya akan berpesta pora dengan kesalahannya ini.

*** 

Ketika Kiara memasuki pintu belakang cafe itu, dia langsung berhadapan dengan Irvan, salah satu pelayan pria di cafe, lelaki itu mengangkat alisnya ketika melihat Kiara datang,

"Kami kira kau tidak datang hari ini." gumamnya dalam senyuman, Irvan memang termasuk salah satu pelayan cafe yang baik kepadanya, sementara pelayan yang lain bersikap datar dan tak peduli, "Pak manager sudah mengomel-ngomel dari tadi."

Kiara melongok ke balik punggung Irvan, mencari-cari sosok pak Sony, Manager cafe yang galak itu. Irvan tergelak melihat tingkah Kiara,

"Dia tidak ada, dia sedang di depan. Cepat ganti pakaianmu dan bekerja, berharap saja dia sudah lupa akan kemarahannya." Lelaki itu menepuk punggung mungil Kiara, memberi semangat, lalu melangkah pergi.

Kiara segera merangkapi kemejanya dengan baju pelayan, mengikat rambutnya dan kemudian melangkah dengan hati-hati ke depan. Dia sedikit mengintip dan berdebar ketika mendapati Pak Sony sedang berdiri di dekat meja kasir, sambil menghela napas panjang Kiara melangkah keluar.

Ya sudahlah... apa yang terjadi, terjadilah...

Baru beberapa langkah saja, rupanya mata pak Sony yang awas sudah langsung menangkapnya. Lelaki itu mengangkat alisnya dengan galak dan menghampiri Kiara,

"Kau pikir jam berapa ini? Kenapa kau baru menampakkan batang hidungmu heh?"

Kiara hampir saja terlompat mendengar bentakan pak Sony di belakangnya, dia membalikkan tubuhnya dengan hati-hati dan menatap takut-takut,

"Maafkan pak... saya... saya kesiangan." Kiara sendiri merasa tak enak ketika mengucapkan alasan yang paling tidak bertanggung jawab itu.

Sementara seperti yang sudah diduganya, pak Sony malahan semakin marah mendengar alasannya,

"Kau pikir perusahaan ini milik ayahmu sehingga kau bisa seenaknya datang terlambat dengan alasan kesiangan? Aku sebenarnya sudah tidak suka dengan kehadiranmu di bagian pelayan cafe ini, kau harusnya tetap berada di bagian belakang menjadi pencuci piring!"

Dan kemudian, Pak Sony memberinya hukuman mencuci piring sendirian, seluruhnya tanpa bantuan dari siapapun.

*** 

Setelah selesai mencuci entah ratusan piring dan panci, wajan serta peralatan masak lain yang berukuran besar dan lengket, Kiara menyandarkan tubuhnya di dinding belakangnya dan menghela napas panjang.

Entah berapa jam dia berkutat dengan kegiatan itu, ditatapnya kedua telapak tangannya dan mengernyit, kulit telapak tangannya sudah keriput karena terus-terusan terkena air dan di beberapa sisi mulai terasa pedih akibat kontak terlalu intens dengan sabun cuci.

Kiara menghela napas panjang, berusaha menyemangati dirinya sendiri dan menegakkan tubuhnya. Pekerjaannya masih banyak, dan dia harus semangat. Dia membutuhkan pekerjaan ini untuk hidupnya, Yang harus dia lakukan adalah bekerja lebih giat sambil berusaha mencari jalan untuk menemukan kesempatan yang lebih baik.

*** 
Ketika melihat tulisan di layar ponselnya, Joshua mengernyitkan keningnya. Itu telepon internasional, dari nomor yang sangat dikenalnya, pengacara ayahnya di London.

Joshua mendengus kesal, pengacara ayahnya sudah berkali-kali meneleponnya, membujuknya supaya mau berkunjung ke London, mengunjungi ayahnya yang katanya kondisi kesehatannya semakin memburuk.

Joshua sama sekali tidak tertarik menemui ayahnya, lelaki itu dulu membuangnya dan ibunya hanya karena mereka dianggap tidak sederajat dengan darah biru yang mengaliri tubuh ayahnya, apalagi mengingat ibunya seorang asia yang hanyalah seorang murid pertukaran beasiswa di kampus anaknya.

Kesalahan masa muda. .Begitu dulu komentar kakeknya..... Joshua tidak mau menyebut lelaki itu sebagai kakeknya, dia hanyalah lelaki tua aristrokat yang sombong dan tidak punya hati. Lelaki tua itu, begitu mengetahui 'kelalaian' ayahnya yang menghamili gadis asia yang dianggapnya tidak sederajat, langsung mengirimkan ayahnya bersekolah ke Amerika, dan kemudian memberi uang kepada ibunya dan mengatur kepulangan ibunya dengan paksa ke Indonesia. Ironisnya, ibunya hanyalah seorang wanita muda yang  tidak punya siapa-siapa di London yang bisa membantunya melawan ketidakadilan itu, hingga pada akhirnya dengan pasrah, membawa bayi dalam kandungannya pulang ke Indonesia.

Pada masa itu, di tempat tinggalnya, hamil sebelum menikah merupakan aib tersendiri. Orangtua ibunya marah besar ketika ibunya pulang ke Indonesia dalam keadaaan hamil, dikeluarkan dari beasiswanya karena pengaruh kalangan atas di London, dan mempermalukan keluarga. 

Beruntunglah seorang lelaki, sahabat ibunya di masa lalu yang sangat menyayangi ibunya memutuskan untuk bertanggung jawab kepada ibunya. Lelaki itu kemudian menikahi ibunya, menyelamatkannya dari aib keluarga dan dengan tegar tetap menopang ibunya ketika banyak pandangan mencemooh ketika ibunya melahirkan Joshua, anak lelaki dengan rambut cokelat keemasan dan mata berwarna biru.

Joshua lebih mengakui Nathan sebagai ayahnya, lelaki itu menyokong kehidupan ibunya, memperlakukan Joshua seperti anaknya sendiri, membiayai sekolahnya hingga menjadi arsitek yang sukses seperti sekarang. Sayangnya, sepertinya Tuhan terbiasa mengambil orang-orang berhati baik lebih cepat supaya bisa segera berada di sisinya. Lima tahun lalu, Nathan dan ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan, meninggalkan Joshua benar-benar sendirian di dunia ini.

Ya. Dia sendirian. Ayah kandungnya di London tidak masuk hitungan. Dua tahun yang lalu, nama Joshua sebagai arsitek jenius dimuat dalam sebuah artikel bisnis di London, kabar tentang dirinya sampai ke telinga ayah kandungnya yang saat ini sudah memegang kerajaan bisnis besar mewarisi kakeknya yang sudah meninggal, ternyata menyadari bahwa dia berhubungan dengan Joshua, sepertinya lelaki itu menyewa detektif swasta karena beberapa lama kemudian, pengacaranya menelepon Joshua, mengatakan bahwa ayah Joshua mengharapkan kedatangannya ke London,

Joshua meradang. Punya hak apa lelaki itu sehingga tiba-tiba memasuki kehidupannya dan memaksa Joshua menerimanya? Joshua sudah tentu tidak butuh ayahnya, dia lelaki yang sukses dengan kemampuannya sendiri, dan sama sekali tidak membutuhkan apapun dari ayahnya yang tidak bertanggungjawab kepadanya dan ibunya di masa lampau.

Tetapi ponselnya berdering terus. Pengacara ayahnya di seberang sana rupanya tidak mau menyerah, dia pasti menyadari keengganan Joshua, karena itulah dia terus menerus memaksa. Dengan jengkel Joshua mengangkat telephone itu.

"Ayah anda sekarat." Itulah kalimat pertama yang diucapkan oleh pengacara ayahnya dalam bahasa inggris berlogat kental  ketika mendengar Joshua mengucapkan "halo".

Josua mengeluarkan suara decakan tidak peduli bergumam dengan bahasa ayahnya, "Memang sudah saatnya."

Hening. Pengacara ayahnya di seberang sana mungkin sedang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat betapa kejamnya Joshua kepada ayahnya. Dia lalu bergumam lagi tampaknya berusaha menyabarkan diri,

"Beliau tidak punya anak laki-laki, sementara itu warisan gelarnya harus diserahkan kepada anak laki-lakinya, kalau tidak warisan itu akan diambil oleh sepupu jauhnya. Ayah anda bersikeras untuk memberikan warisan gelar dan seluruh hartanya kepada anda."

"Aku tidak butuh gelar dan harta."

"Saya tahu itu." suara pengacara ayahnya melemah, "Yang perlu anda tahu, isteri ayah anda yang sekarang mempunyai dua orang anak perempuan yang dibawanya dari pernikahan sebelumnya, jadi anak itu selain perempuan, juga bukan merupakan darah daging ayah anda. Dan kalau anda mau tahu pendapat saya, lebih baik harta itu jatuh ke tangan anda daripada jatuh ke tangan nenek sihir itu. Dia akan menguras habis seluruh harta ayah anda begitu ada kesempatan, dan saya mohon kepada anda karena hanya andalah satu-satunya yang bisa menjaga warisan ayah anda."

*** 

Joshua memandang berkas-berkas yang pernah dikirimkan oleh pengacara ayahnya kepadanya. Berkas itu berisi inventarisir mengenai seluruh harta yang dimiliki ayahnya, mencakup saham mayoritasnya di perusahaan miliknya juga beberapa properti seperti rumah dan tanah. 

Joshua bisa saja mengabaikan itu semua dan menjalani hidupnya dengan tenang. Toh dia tidak ada hubungannya dengan semua orang itu. Kalau memang harta ayahnya akan jatuh ke tangan isterinya yang tamak, itu mungkin itu memang balasan yang setimpal untuk ayahnya.

Tetapi godaan untuk membalas dendam terasa begitu kuatnya. Ayahnya sekarang memohon agar dia mau menerima gelar dan warisannya, gelar yang dulu membuat dia dan ibunya ditendang dari kehidupan ayahnya. Ada kepuasan tersendiri ketika membiarkan lelaki tua itu memohon-mohon kepadanya.

Joshua tiba-tiba tersenyum sinis. Otaknya berputar mencari cara, menemukan jalan membalas dendam yang paling menyakitkan untuk ayahnya dan keluarga angkatnya di London.

***
Lelaki itu datang lagi. Kiara mengintip dari balik tirai yang membatasi areal dapur dengan bagian luar cafe. Lelaki itu tampak sangat misterius, selalu datang pada waktu dini hari, kadang hanya merokok dan menikmati secangkir kopi, kadang dia tampak sibuk berkutat dengan laptopnya, dan kemudian baru beranjak ketika pagi menjelang.

Apakah lelaki itu tidak pernah tidur?

"Mengintip apa?" tiba-tiba Irvan muncul di belakangnya, ikut melirik dari balik tirai dan membuat Kiara kaget setengah mati, dia hampir terlompat dan kemudian menatap Irvan dengan jengkel.

"Bisa tidak jangan muncul tiba-tiba di belakangku?" gumam Kiara setengah marah setengah tersenyum. Karena Irvan yang paling baik kepadanya di cafe ini, mereka cukup akrab untuk saling mengejek ataupun bercanda.

Irvan terkekeh dan mengedipkan matanya, menatap ke arah lelaki penyendiri itu,

"Kau mengintip lelaki itu ya?" bisiknya menggoda, "Karena dia sangat tampan?"

Kiara menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Aku hanya penasaran kenapa dia selalu duduk di situ sepanjang malam hingga pagi, apakah dia tidak tidur?"

Irfan mencibirkan bibirnya, "Kalau tida tidak tampan pasti kau juga tidak tertarik."

Pipi Kiara langsung merah padam, tidak bisa berkata-kata. Tidak bisa dipungkiri lelaki itu memang sangat tampan.....  tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang tidak bisa dijelaskan, sesuatu yang tersimpan dalam dan kelam. Dan Kiara memahaminya, batinnya bertanya-tanya, apakah lelaki itu memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan seperti dirinya?

"Jangan hanya berdiri di situ! Bersihkan meja-meja kotor itu!" 

Suara Pak Sony yang galak mengagetkan Kiara dan Irvan, mereka bergegas menuju area cafe dan melaksanakan tugas, menghindar dari semprotan lelaki pemarah itu.

Dengan ragu, Kiara membersihkan meja kotor yang terletak di sudut, dekat dengan lelaki itu. Lelaki itu mengalihkan tatapannya dari laptopnya dan ada sinar di matanya ketika menatap Kiara.

"Kenapa perempuan sepertimu bekerja di shift malam seperti ini?" gumam Joshua dengan suara datar, menatap Kiara dengan seksama dari ujung kaki ke ujung rambutnya. Mereka berada cukup dekat karena meja yang dibersihkan ioleh Kiara ada di dekat meja tempat Joshua duduk, karena itu Joshua bisa bergumam pelan dan bisa didengar oleh Kiara.

Kiara merasa tidak nyaman dengan tatapan yang menelanjangi itu, dan dia tidak menduga lelaki itu akan menyapanya,  dia memalingkan mukanya, 

"Karena memang hanya pekerjaan ini yang bisa saya lakukan."

Joshua kali ini benar-benar mengalihkan perhatiannya seluruhnya kepada Kiara, "Masih banyak pekerjaan lain yang bisa dilakukan perempuan sepertimu."

Apakah lelaki ini adalah jenis lelaki mesum yang menawarkan pekerjaan mesum kepada perempuan lugu seperti dirinya?

Kiara memandang Joshua dengan was-was, "Hanya pekerjaan ini yang mau menerima saya. Saya memang lulusan sebuah SMU di desa, Ketika pergi saya membawa ijazah SMU dan harapan untuk hidup yang lebih baik, tetapi rupanya banyak yang tidak menghargainya di kota ini karena banyak saingan dengan pendidikan lebih tinggi tetapi mau digaji sama.."

"Pergi dari mana?" lelaki itu bertopang dagu, tampak tertarik, mungkin baginya Kiara adalah selingan menarik di sela-sela kegiatan bersantainya.

Kiara mendongakkan dagunya, "Dari panti asuhan." dia melirik tidak nyaman kepada Joshua, karena sungguh tidak lazim seorang pelanggan bercakap-cakap dengan pelayan cafe seperti ini, bahkan pak Sony tampak menatap mereka tanpa malu-malu. "Saya harus pergi."

"Tunggu." Joshua meraih tangan Kiara, dan menggenggamkan sesuatu di tangannya, "Jangan kembalikan, karena aku cukup kaya dan aku tidak butuh ini."

Kiara segera melepaskan diri dari cekalan tangan Joshua dan melangkah memasuki area belakang dapur, karena pak Sony menatapnya dengan tatapan mencemooh yang tajam, mungkin lelaki itu mengiranya sedang merayu pelanggan.

Ketika sampai di area belakang dapur yang sepi, dekat tempat cuci piring, Kiara membuka kepalan tangannya dan menatap sesuatu yang dijejalkan lelaki itu dalam genggaman tangannya.

Selembar uang merah seratus ribuan....

Kiara bergegas melangkah ke depan untuk mengembalikan uang itu. Lalu dia tertegun.

Kursi tempat lelaki itu biasa duduk sudah kosong. Lelaki itu sudah tidak ada....


Bersambung ke Part 2

56 komentar:

  1. Wah, penasaran nih sama kelanjutannya. Ditunggu part 2nya ya mbak! Makasih :)

    BalasHapus
  2. YAYY!! Chapter 1 udah diposting :DD

    banyak typo mbak~ :p
    makasie ya mb Santhy~~ :))

    BalasHapus
  3. Lima tahun lalu, Joshua dan ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan, meninggalkan Joshua benar-benar sendirian di dunia ini ...

    mba shanty maaf koreksi dikit hehe itu "Nathan dan ibunya" ya yang meninggal bukan Joshua hehe ...

    Joshua memiliki masa lalu yang tragis kasihan sekali *trenyuh*

    Semangattt mb Shanty di segala aktivitasnya, semoga sehat selalu *aamiin* :) :) :)

    BalasHapus
  4. makasi mbaaaaaa ^^ *jingkrakjingkrak sambil koprol*
    makasi kadonya..<3 kuraang mba hehe *dkasih hati minta jantung* :* :* peluk peluk mba san^^

    BalasHapus
  5. Horray.... \(^_^)/
    *ketjoep betjek mba sayang*

    BalasHapus
  6. gak sabar part 2 nya
    nmakasih mbak santhy

    BalasHapus
  7. º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º ya mba san
    D tgu bab slanjutnya :D

    BalasHapus
  8. mbak santhy, kapan ini dijadiin novel? Aku sdh g sbr beli??? Kisah tentang pangeran tampan dan gadis biasa selalu membuatku tertarik ;)
    thank u *lope*

    BalasHapus
  9. makasih mba sann, semangat yaaa..

    aduh jadi penasaran joshua mau balas dendam apa ya hmm

    BalasHapus
  10. Susah bgt mba mau komen, daritadi ga bisa2 :(

    Mbak Shan....
    Suer deh, seneng bgt bikin orang penasaran ya.? ckck. Aku berharap Joshua disini kayak Azka :D hawkhawk..
    Kiara... hidupnya dia sulit bgt keliatannya, kasian mbak.
    Haduh, Kiara sma Joshua nikah aja biar saling melengkapi gitu...
    wkwkwk *abaikan*
    Makasih buat cerbungnya mbak :D

    BalasHapus
  11. Woaa keren
    Sama2 punya masa lalu yg kelam
    Makin penasaran hihihi
    Makasih mb san :D

    BalasHapus
  12. kalau aku jadi joshua jg akan murka sama keluarga ayah kandung yg dengan gampangnya mambuang dia dan ibunya, dan sekarng malah mau mengakui anak, kasian kiara yg selalu di omelin pak sony, lanjuttt pensaran apa yg akan terjadi pda mreka ^_^

    BalasHapus
  13. 2 jempol deh buat mbak santhy >>>!!!
    keren bgt....

    BalasHapus
  14. Mbak santyyyyy Sumpah Kiara nya keren. Dia menjawab diplomatis sekali..Waaaa Next chap, i'll be here for you beibh,,

    BalasHapus
  15. makasih mbak san semoga sehat selalu ^^

    BalasHapus
  16. The new story is begin └(^o^)┘
    Keep spirit mbak!

    BalasHapus
  17. The new story is begin └(^o^)┘
    Keep spirit mbak!

    BalasHapus
  18. The new story is begin └(^o^)┘
    Keep spirit mbak!

    BalasHapus
  19. The new story is begin └(^o^)┘
    Keep spirit mbak!

    BalasHapus
  20. Sukaaa... banget setiap karya Mba Santhy....(terutama ARSAS, ga bosen2)
    Tetap semangat n jaga kesehatan ya Mba San......

    BalasHapus
  21. Aggghhhh....penasaran.... makasih mbak San...

    BalasHapus
  22. wah, cerita baru.. terima kasih mbak santhy.. selalu dinantikan kelanjutannya.. ^_^

    BalasHapus
  23. Kelar baca part 1, menunggu
    kelanjutan part 2
    makasih ya mba santhy :)

    BalasHapus
  24. Makasih mbak Santhy, gak sabar nunggu part 2 nya :)

    BalasHapus
  25. penasaran part selanjutnya mba shanty. ditunggu :)

    BalasHapus
  26. jgn2 joshua blas demdam dgn mnikahi gadis biasa..
    yg mna gdis biasanya kiara.. , *sotoy dikit.. ,

    mksi mba shan.. ,^^
    *bighug

    BalasHapus
  27. horeeee,part 1 udah muncul(?),nggak sabar nunggu part 2nya,

    BalasHapus
  28. Akhiry di post juga
    Saya udah bolak- balik lok mba shanty ke blog nii ingn membc lanjuty
    ,,dan akhiry bisa membc juga
    Thanks mba shanty,,

    BalasHapus
  29. asyiiikkk udah mulai di post,bab pertama aja udah seru...
    Peluk erat buat Mba Shanty, thankz bgt ya mba.
    di tunggu part 2 nya ya Mba.hihihi:)

    BalasHapus
  30. Penasaran mba...
    Mksh mba shan

    BalasHapus
  31. Makasih mbak Shanty

    btw hbd ya siapa aja YG ulang taun , moga bahagia :)

    BalasHapus
  32. omigat ceritanya menarik utnuk disimak lagi..... kyaaaaaaaaaaaaa lanjut ><~

    BalasHapus
  33. wah bagus bgt ceritanya :)
    semoga bisa liat ceritanya mbak santhy yg lain deh yah :))

    BalasHapus
  34. yeahhh, chapter 1 udh di posting, makasih y mba

    BalasHapus
  35. Wah, sepertinya aku tertarik nih sama Joshua..hehe

    BalasHapus
  36. Mb posting lanjutanx mlm ni donk mumpung malming menghbr yg g' poex pasangan . . .:D

    *sunjauhformbsanty:-**

    BalasHapus
  37. siapa yg ultah hri ini? Siapa tau mbak santhy nanti berbaik hati ngasih part 2x? (m0dus)
    hehehe
    mbak santhy semoga selalu sehat dan semangat!? Thank u karena mau membagi cerita mengagumkan ini ;)

    BalasHapus
  38. mb.. kapan nie part selanjutnya diposting??
    ga sabar nie pengen tau kelanjutannya :)

    BalasHapus
  39. cerita yang sanggup membuatku pengen lagi hehehe,..
    ditunggu mbak kelanjutannya,,,...

    BalasHapus
  40. sehat slalu mba..
    cpt lanjutn part dua y mba~~
    gk sbr...

    BalasHapus
  41. aduhhhhhh teteh cantik keren banged.entah kenapa aku masuk banged ama karakter joshua bikinan teteh.ngejleb deh,ayo dilanjut donkkk ga sabar :D

    BalasHapus
  42. moga2 mbak santy msh mau lanjutin.........

    BalasHapus
  43. Wah Joshua baik hati jg ya..?! Hemmm

    makasih mbak Shanty :)

    BalasHapus
  44. Penasaran ma novel ni. Mbak kapan muncul lagi CIR part 2 nya?

    BalasHapus
  45. helloooo mba, masih sibuuk ya, kapan muncul lagi, kangen nih

    BalasHapus
  46. penasaran dengan cerita selanjutnya. . . .

    BalasHapus
  47. Joshua ada rencana apa tuh???
    Penasaran
    Lanjut

    BalasHapus