“Di dalam hatimu yang penuh cinta, ada aku yang sedang
menenun kebahagiaan.”
Azka
sudah ada di sana menunggunya, ekspresinya tampak cemas. Lelaki itu setengah
berdiri ketika melihat Sani mendekat.
“Sani.”
Gumam Azka menatap Sani dengan penuh kerinduan. Tiba-tiba Sani merasa kasihan
kepada lelaki ini, lelaki yang begitu kuat dan berkuasa. Tetapi sekarang tampak
begitu lelah dan berantakan, apakah itu karena dirinya?
“Sani.”
Azka menatap Sani dalam ketika perempuan itu duduk di depannya, “Terima kasih sudah mau
bertemu denganku dan memberiku kesempatan kedua. Aku.. aku ingin menjelaskan
semuanya padamu..”
Sani
tersenyum lembut pada Azka, “Aku sudah tahu semuanya, Azka.”
“Sudah
tahu semuanya?” Azka mengerutkan keningnya
“Iya.”
Sani menganggukkan kepalanya, “Keenan memberitahuku semuanya tentang kisah
pertunanganmu dengan Celia. Dia meluruskan semua kesalahpahaman.”
Itu
adalah salah satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Azka. Keenan
memberitahu Sani? Semuanya? Apa maksud Keenan? Selama ini Azka masih menyimpan
kecurigaan dan mengira bahwa Keenan juga menyukai Sani. Tetapi dengan
memberitahu Sani dan meluruskan semua kesalahpahaman, bukankah Keenan sama saja
membantu Azka?
“Apa
yang Keenan beritahukan kepadamu?”
“Semuanya.”
Sani menatap Azka dengan lembut, merasa tidak tega ketika menemukan kepedihan
di mata itu. Dia yang menyebabkannya. Kemarahannya waktu itu, ketika dia tidak
mau menerima penjelasan Azka telah membuat lelaki itu menderita.
“Dan
apakah dia mengatakan bahwa aku tidak mencintai Celia sama sekali?” suara Azka
menjadi serak.
Sani
menganggukkan kepalanya, “Maafkan aku Azka atas semua kesalahpahamanku
kepadamu. Aku mengataimu lelaki jahat, aku menganggapmu sama brengseknya dengan
Jeremy. Ternyata kau hanyalah lelaki yang terlalu baik hati.”
Azka
mengernyit pedih. “Dan kebaikan hatiku ternyata membuatku tersiksa. Dulu aku
mengira bisa menjalaninya bersama Celia. Toh pada awalnya aku mencintainya, aku
pikir aku bisa menerima dan memaafkan... Tetapi kemudian seperti katamu, mudah
memang untuk memaafkan, tetapi sulit untuk melupakan...” Azka mendesah, “Setiap
melihat Celia aku merasa muak, membayangkan harus menjalani hidupku bersamanya
membuatku sangat tersiksa... Tapi janji sudah diucapkan dan harus ditepati, aku
bertekad untuk menjalankannya.” Mata Azka menatap Sani dalam-dalam, “Sampai
akhirnya aku bertemu denganmu.”
Sani
membalas tatapan Azka dan membiarkan lelaki itu meraih jemarinya dengan lembut,
Azka
lalu melanjutkan. “Aku tidak pernah menyapa pelanggan manapun sebelumnya,
apalagi seorang perempuan, sama sekali tidak pernah... Tapi kau membuatku tidak
bisa menahan diri, kau dengan tubuh mungilmu dan ekspresi seriusmu ketika
menghadap laptop membuatku melupakan semua aturanku. Aku menyapamu dan kau
membalas sapaanku.” Azka menatap Sani dengan penuh cinta, “Detik itu juga,
ketika kau mengucapkan ‘hello’ kepadaku, kau sudah memiliki hatiku.”
Sebuah
pernyataan yang sangat indah. Mata Sani tiba-tiba terasa panas. Lelaki ini
sungguh tak disangka telah menumbuhkan cinta yang begitu dalam dan tulus
kepadanya.
“Maafkan
aku karena tidak mempercayaimu.” Bisik Sani lemah.
Azka
mengangkat bahunya, “Situasinya seperti itu, aku tidak menyalahkanmu. Aku sendiri
juga salah, tidak menceritakan keadaanku dari awal padamu. Aku pikir aku bisa
melepaskan diri dari masalah ini.”
“Melepaskan
diri?”
“Ya.
Aku sedang berencana melepaskan diri dari Celia.” Azka tampak malu, “Rupanya
aku tidak sebertanggungjawab yang kau kira. Ketika aku jatuh cinta, aku rela
melakukan apapun demi memiliki kekasihku.” Azka tersenyum sedih, “Kau mungkin
merasa aku lelaki yang rendah.”
Bicara
tentang Celia membuat Sani teringat akan kata-kata Keenan, wajahnya berubah
serius,
“Keenan..
dia melakukan sesuatu untuk melepaskanmu dari Celia.”
Azka
tampak terkejut, “Melakukan apa?”
“Dia
bercerita bahwa sebenarnya yang diincar Celia adalah dirinya.”
“Ah
ya.” Azka tersenyum, “Celia mengejarnya setengah mati, tetapi kau tahu Keenan.
Dia tidak serius menanggapi Celia, hingga Celia berpindah padaku. Aku waktu itu
kesepian, masih memendam kesedihan karena harus meninggalkan sekolah kokiku.
Dan Celia menghujaniku dengan perhatiannya, pada akhirnya aku menerima bahwa
dia adalah wanita yang akan berada di sisiku.”
“Keenan
menceritakan pengkhianatan Celia kepadaku.” Gumam Sani dengan wajah prihatin.
“Ya.
Itu juga.” Wajah Azka tampak serius, “Karena itulah aku memahami penderitaanmu.
Bagaimana sakitnya ketika kita dikhianati oleh orang yang kita percayai. Aku
paham sekali bagaimana rasanya, tetapi mungkin aku tidak sesakit dirimu karena
pada akhirnya aku menyadari bahwa aku tidak mencintai Celia sedalam itu. Dan
kurasa Celia juga tidak mencintaiku, mungkin aku hanyalah pelariannya dari
Keenan.”
“Keenan
mengetahui itu Azka, dan dia sudah
bertekad untuk melepaskan Celia dari dirimu. Dia mendatangi Celia dan
melamarnya.”
“Apa?”
Azka terperanjat, menatap Sani dengan kaget, “Apa katamu?”
“Keenan
merasa bahwa ini adalah waktunya dia yang bertanggung jawab untukmu. Dia
berkata bahwa dia sudah begitu egois selama ini, dan membiarkanmu menanggung
semuanya.”
“Keenan
mengatakan itu kepadamu?” Azka sungguh tidak menyangka Keenan yang begitu tidak
peduli kepada apapun mau melakukan ini untuknya.
“Ya
Azka. Dan Celia menerima lamaran Keenan, dia akan membatalkan pertunangannya
denganmu.”
“Oh
Astaga.” Azka tidak tahu bagaimana perasaannya. Di sisi lain dia merasa sangat
lega karena bisa melepaskan diri dari Celia. Tetapi di sisi lain perasaan
bersalah yang amat dalam memukulnya karena itu berarti dia membuat Keenan yang
terjebak bersama Celia selamanya, berakhir bersama orang yang tidak dia cintai.
Keenan akan sangat tersiksa, dan Azka tidak mungkin membiarkan Keenan
menanggung semuanya.
⧫⧫⧫
Azka
mengetuk pintu apartemen Keenan dengan keras, dan butuh sepuluh menit dia
menunggu sampai Keenan membuka pintunya. Adiknya itu tampaknya baru terbangun
dari tidurnya,
“Ada
apa kakak? Kenapa kau kemari tengah malam?” Keenan mengangkat alisnya dan
meminggirkan tubuhnya, memberi jalan Azka untuk masuk.
Azka
melangkah masuk lalu berdiri di tengah ruangan dan menatap Keenan dengan tajam.
“Aku
sudah mendengarnya dari Sani, kau melamar Celia.”
Tidak
ada ekspresi apapun di wajah Keenan, “Oh. Ya kakak, maafkan aku belum
memberitahumu. Tetapi aku dan Celia berencana untuk datang ke kantormu besok
pagi dan mengatakan semuanya.”
“Jangan
berbuat bodoh demi diriku, Keenan.” Azka bergumam pelan, ada kesedihan dan
kesakitan di wajahnya, “Aku tahu kau sama
sekali tidak mencintai Celia, kau akan menyiksa dirimu seperti yang
kulakukan selama ini. Jangan lakukan Keenan, Jangan lakukan demi diriku.”
Keenan
tersenyum, lalu menepuk pundak kakaknya, “Jangan memohon kepadaku seperti itu
kak. Aku tahu kau melakukan segalanya untuk memikul tanggung jawab atas diriku,
dan kurasa kini saatnya aku yang membalas budi.”
“Kau
adikku, dan aku tidak mungkin menjerumuskanmu dalam penderitaan seperti ini.”
Sela Azka keras.
Keenan
mengangkat bahunya, “Dan kau kakakku, aku tidak akan rela kau kehilangan cinta
sejatimu hanya karena sebuah tanggung jawab.”
Azka
kehabisan kata-kata mendengar kata-kata Keenan. Dia tersentuh. Selama ini dia
mengira Keenan egois, berniat menjalani hidup sesukanya dan tidak memikirkan orang lain. Adiknya ini ternyata
sangat menyayanginya.
“Meskipun
aku berterima kasih, aku tetap tidak akan membiarkan kau berakhir dengan
Celia.” Gumam Azka akhirnya.
Keenan
menatap Azka dengan bingung, “Tidak ada cara lain kakak, inilah satu-satunya
cara. Pulanglah, milikilah Sani, dan berbahagialah. Dan aku akan
berusaha menjalankan peranku dengan sebaik-baiknya. Kalau dipikir-pikir Celia
tidak terlalu buruk.” Gumam Keenan sambil tersenyum masam.
Azka
menggelengkan kepalanya, “Kau tidak tahu, aku merencanakan menjauhkan Celia
dengan menggunakan Eric.”
“Eric?
Sahabatmu dari sekolah memasak itu?”
“Ya.
Eric yang itu, aku menyuruhnya untuk mendekati Celia dan merayunya dengan
segala pesonanya.” Pipi Azka tampak merona, sedikit malu, “Yah, memang aku
menggunakan cara pengecut di sini, menusuk Celia dari belakang. Tetapi cara ini
juga bisa menjadi bukti untukku apakah Celia benar-benar setia dan mencintaiku.
Dia pernah mengkhianatiku sekali, dan aku ingin melihat, jika ada kesempatan,
akankah dia mengkhianatiku lagi?”
“Dan
ternyata?” Keenan bertanya meskipun
sepertinya dia sudah tahu jawabannya.
“Dan
dia mengkhianatiku, dia menjalin hubungan dengan Eric, bahkan Eric bilang Celia
tidak menolak ketika dia menciumnya.
Celia mengira aku tidak tahu karena itu dia tetap memaksa melanjutkan
pernikahan ini sambil terus mengungkit rasa tanggung jawabku.”
“Dasar
perempuan jalang.” Keenan mengumpat kasar, lalu mengangkat bahunya meminta maaf
ketika Azka melemparkan pandangan memperingatkan kepadanya, “Maafkan aku kak,
aku sudah sejak awal tidak menyukainya, apalagi ketika pada awalnya dia
mengejarku, lalu mengejarmu, dan kemudian mengkhianatimu.”
Azka
tersenyum lembut, “Dan kau dengan sukarela mau mengorbankan hidupmu untuk
berakhir dengannya, hanya demi kakakmu ini.”
“Bukan
‘hanya’. Kaulah satu-satunya keluargaku yang tersisa di dunia ini. Aku akan
melakukan apapun untuk membuatmu bahagia.” Gumam Keenan pelan.
Mata
Azka berkaca-kaca, “Dan aku akan melakukan semuanya juga, untuk membuatmu
bahagia, Keenan.”
Kedua
kakak beradik itu berpelukan, lalu Azka melepaskan pelukannya
dengan canggung, karena sudah lama sekali dia tidak memeluk adiknya. Dia
mengangkat alisnya dan menatap Keenan ingin tahu, “Tantangan untuk
memperebutkan Sani dulu itu, kau sengaja ya?”
Keenan
terkekeh, “Aku hanya ingin sedikit mendorongmu.”
“Sudah
kuduga.” Azka mencibir, “Walaupun aku sempat sangat marah padamu, kau pandai
sekali berakting.”
“Dan
kau sangat pencemburu, aku hampir tidak kuat untuk menyembunyikan tawa geliku
waktu melihatmu marah dan mulai mengancamku.” Keenan akhirnya tertawa.
Azka
tersenyum malu, “Lakukan semua seperti rencanamu Keenan, kurasa aku akan
menggunakan Eric untuk menyelamatkanmu.”
“Bagaimana
caranya?” Keenan menatap Azka bingung.
“Kita
akan menemukan cara.” Azka menghela napas panjang. Dia harus menemukan cara,
karena dia tidak mungkin tega membiarkan Keenan menanggung semuanya untuknya.
⧫⧫⧫
“Keenan
mengorbankan diri untukmu? Sungguh tidak terduga,” Eric terkekeh, “Bersyukurlah
Azka berarti kau sangat disayangi.”
Azka
melemparkan pandangan serius kepada Eric, “Tetapi aku masih membutuhkanmu untuk
menyelamatkan Keenan, bagaimana hubunganmu dengan Celia akhir-akhir ini?”
Wajah
Eric tampak masam, “Dia menghindariku akhir-akhir ini, kurasa dia mulai serius
dengan Keenan.” Eric mengangkat alisnya menatap Azka, “Sepertinya kali ini dia
sungguh-sungguh ingin memiliki Keenan.”
Gawat.
Azka menghela napas panjang, kalau begini caranya, rencananya untuk menggunakan
Eric sebagai senjata tidak dapat digunakan.
“Tetapi
aku punya satu pemikiran untukmu.” Eric bergumam misterius, membuat Azka
langsung memperhatikaannya. “Pemikiran yang mungkin harus kau selidiki Azka,
karena kupikir Celia membohongi kalian semua.”
“Membohongi
kami?” Azka mengernyitkan keningnya, “Apa maksudmu?”
“Aku
punya seorang nenek yang sudah tua di panti jompo, dia tidak dapat berjalan dan
harus berada di kursi roda. Beliau hidup bersama kami di rumah keluarga kami
dan aku menghabiskan banyak waktuku untuk merawatnya.” Eric memajukan tubuhnya,
“Dari pengalamanku itu, sepatu atau sandal yang dipakai oleh orang yang lumpuh
biasanya solnya masih bagus seperti baru, karena sama sekali tidak pernah
dipakai. Tetapi... kau tahu aku sering berkunjung ke tempat Celia, dan dia
memakai sandal rumahnya di dalam... aku beberapa kali menggendongnya dan
membantunya berpindah tempat. Dan aku sempat melihat, sol sandalnya sudah tidak
seperti baru lagi dan sedikit aus... seperti sering dipakai berjalan-jalan.”
Azka
tertegun, pemikiran itu sama sekali tidak pernah terbersit olehnya. Dia
mendengar sendiri diagnosa dari dokter rumah sakit bahwa Celia akan lumpuh
selamanya. Dan dia mempercayainya sampai saat ini. Tetapi mungkinkah Celia
membohonginya? Batinnya langsung mengiyakan, yah, mungkin sekali Celia
membohonginya, kelumpuhan itu adalah satu-satunya pengikat rasa tanggung jawab
Azka terhadap Celia. Dan jika Celia tidak lumpuh lagi, sudah pasti Azka akan
meninggalkannya.
“Mungkin
kau bisa menghubungi dokter pribadi Celia dan meminta informasi.” Eric bergumam
memberi usul.
Azka
sudah pasti akan melakukannya, dan jika sampai dokter itu berbohong, dia pasti
akan menyesalinya. Azka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan kebenaran.
⧫⧫⧫
Untunglah
ketika resepsionisnya mengabarkan bahwa Keenan datang mengunjunginya bersama
Celia, Eric sudah meninggalkan kantor itu. Kalau tidak semuanya akan berubah
menjadi drama yang buruk di antara mereka.
Azka
mempersilahkan dua orang itu masuk, berakting sebaik-baiknya seolah-olah dia
tidak tahu apa-apa.
“Hai
kakak.” Keenan masuk sambil mendorong kursi roda Celia, sempat-sempatnya dia
mengedipkan mata kepada Azka, membuat Azka tersenyum masam.
“Hai
Keenan.” Azka menatap Keenan dan Celia bergantian, “Kau tidak bilang akan
kemari, Celia, dan sungguh tidak disangka aku melihat kalian berdua datang
bersama. Apakah kalian memang datang bersama, atau kalian bertemu di depan?”
“Kami
memang datang bersama, Azka.” Celia tampak gugup, Azka tampak begitu
mendominasi di ruangan kantornya yang formal ini, dan tiba-tiba Celia merasa
takut. Dia sudah pernah mengkhianati Azka sekali dan dia melakukannya lagi,
bahkan kali ini dengan adik kembar Azka sendiri. Tetapi Keenan sudah
meyakinkannya bahwa Azka tidak akan marah, karena dia tahu pasti bahwa Azka
tidak mencintainya. Dan lagipula, Celia berpikir bahwa dia berhak memiliki
cinta sejatinya. Keenanlah cinta sejatinya, lelaki yang sangat diimpikannya
sejak dulu, dan sekarang ketika akhirnya bisa memiliki Keenan di tangannya,
Celia tidak akan pernah melepaskannya.
“Kami
datang untuk mengatakan sesuatu kepadamu. Dan kami harap kau tidak marah.”
Keenanlah yang angkat bicara, lalu dia meremas pundak Celia dengan lembut dan
menenangkan Celia. “Katakan kepada Azka, Celia.”
Azka
menatap Celia dan Keenan berganti-ganti, “Mengatakan apa?”
Celia
meletakkan kotak cincin di meja di dekat Azka, dia merasa mantap sekarang. “Aku
ingin mengembalikan cincin pertunangan ini.” Gumamnya.
Azka
mengangkat alisnya, “Mengembalikan cincin pertunangan? Apa maksudmu, Celia?”
Celia
melirik ke arah Keenan dan tersenyum ketika melihat Keenan menatapnya penuh
cinta dan memberi semangat, “Aku tidak mencintaimu Azka, kurasa aku tidak
pernah mencintaimu. Ketika Keenan melamarku, aku baru sadar bahwa selama ini
aku hanya menganggapmu sebagai pengganti Keenan.”
Kurang Ajar. Meskipun sudah tahu,
tetap saja Azka tidak bisa menahan diri untuk mengumpat dalam hatinya. Celia
menganggapnya sebagai pengganti tetapi dia dengan egoisnya menahan Azka untuk
dimilikinya. Bahkan Celia bertekad membawa hubungan mereka ke pernikahan.
Wanita ini memang egois dan licik... sangat licik dan Azka harus berhati-hati
menghadapinya. Dia harus memikirkan informasi Eric tadi dengan baik dan
bertindak dengan hati-hati pula. Kalau memang yang dikatakan Eric benar, itu
akan menjadi senjata besar untuk menyelamatkan Keenan.
“Kau
melamar Celia?” Azka berpura-pura terkejut, menatap Keenan yang tampaknya
berusaha menyembunyikan senyum gelinya,
“Aku
melamarnya kak. Karena aku tahu kau tidak mencintainya, dan Celia tidak
mencintaimu. Celia mencintaiku dan aku pikir dia berhak untuk bahagia
bersamaku.”
“Aku
sangat mencintai Keenan, Azka. Aku harap kau mengerti.” Celia menyela dengan
bersemangat, “Aku ingin menikah dengan Keenan dan hidup bersamanya selamanya.”
Azka
tidak melewatkan ekspresi muak yang sempat terlintas di wajah Keenan, tetapi
kemudian adiknya itu menutupinya dengan baik.
“Well kurasa kalian berdua serius, aku
bisa berbuat apa?” Azka mengangkat bahunya, “Kurasa aku harus mengucapkan
selamat.”
Celia
hampir memekik kegirangan karena jawaban Azka itu. Dia lalu mendongak dan
menatap Keenan dengan senyuman penuh kemenangan.
⧫⧫⧫
“Jadi
begitu ceritanya.” Azka bergumam lembut kepada Sani. Mereka sedang berpelukan
di sofa apartemen Sani, setelah memakan makan malam yang khusus dimasakkan Azka
untuk Sani. Setelah itu mereka melewatkan malam dengan bersantai dan menonton
TV. Azka bercerita panjang lebar tentang pertemuannya dengan Keenan,
pertemuannya dengan Eric, dan kedatangan Keenan bersama Celia ke tempatnya
untuk mengembalikan cincin pertunangannya.
Azka
menunduk lalu mengecup dahi Sani yang meringkuk di dalam pelukannya dengan
lembut, “Aku lelaki bebas sekarang Sani, Lelaki bebas yang bisa kau miliki.”
Sani
menenggelamkan tubuhnya di dada Azka yang bidang dan memeluknya semakin erat,
“Aku
senang bisa memilikimu, aku bahagia Azka.”
“Aku
akan selalu menjadi milikmu Sani, sekarang ataupun nanti.” Azka mendongakkan
dagu Sani, lalu mengecup bibirnya dengan lembut dan intens. “Dan semua impian
kita akan terwujud, kau akan menjadi perempuan pertama yang kupuja di pagi hari ketika aku
membuka mataku, dan menjadi yang terakhir kupeluk di malam hari ketika aku
beranjak tidur.”
“Kau
sangat romantis.” Sani terkekeh ketika Azka melepaskan kecupannya, “Dan aku
suka.”
Azka
tertawa, “Aku tidak pernah seperti ini dengan perempuan manapun. Kau tahu...
semua orang menganggapku kaku.” Azka tersenyum malu, “Bahkan kadang aku merasa
iri kepada Keenan yang dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata puitis untuk
merayu seseorang.”
Sani
tertawa, “Kau cukup puitis untukku kok.” Dia memeluk Azka dengan manja, lalu
teringat sesuatu dan dahinya berkerut, “Jadi, apa yang akan kau lakukan
selanjutnya, Azka?”
“Mengenai
Celia?” Azka mengangkat bahunya, “Well aku menganggap info dari Eric perlu
ditindaklanjuti. Aku sudah menceritakan kepada Keenan dan dia setuju untuk
bersama-sama menemui dokter pribadi Celia besok.”
“Kalau
Celia memang berbohong, berarti dokter pribadi Celia ikut membantunya
membohongimu.” Gumam Sani merenung.
Azka
mendesah, “Mau bagaimana lagi, dokter itu adalah dokter pribadi Celia selama
bertahun-tahun. Dia adalah sahabat dekat kedua orang tua Celia, mungkin persahabatannya
itulah yang menjadi alasan utamanya membantu menutupi kebohongan Celia. Tetapi
bagaimanapun juga, aku dan Keenan akan membuatnya bicara.”
⧫⧫⧫
“Dari
awal saya sebenarnya sudah tidak setuju dengan kebohongan ini.” Tanpa diduga
dokter pribadi keluarga Celia langsung mengungkapkan semuanya tanpa menutupi
apapun. “Tetapi ayah Celia memohon kepada saya, dia meminta saya tidak
memberitahukan kepada anda, bahwa Celia sudah bisa berjalan... Dia menangis dan
mengatakan bahwa Celia akan bunuh diri kalau sampai anda meninggalkannya.”
Dokter itu mengangkat bahunya dengan menyesal. “Saya minta maaf atas kebohongan
ini, saya memang bersalah. Tetapi pada waktu itu, saya memandang Celia seperti
putri saya, dan saya tidak tega menghancurkan hidupnya.”
Keenan
dan Azka saling melempar pandangan. Sekarang semua sudah jelas, Celia selama
ini membohongi mereka dengan berpura-pura lumpuh.
Mereka
bisa saja membawa semua bukti ini ke depan Celia, melemparnya ke mukanya, dan
membuatnya malu. Tetapi itu tidak akan membuat Celia menyesal. Itu tidak akan
membuat Celia membayar setimpal kebohongan yang telah dengan tega dilakukannya
dengan kejam.
⧫⧫⧫
Keenan
menjemput Celia untuk makan malam bersama, Celia sudah berdandan secantik
mungkin dan menunggu di kursi rodanya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan,
dan di mobil Celia menoleh kepada Keenan dengan tatapan manja,
“Memangnya
kita mau ke mana Keenan?” tanyanya mesra.
Keenan
tersenyum, matanya mengarah ke jalan di depannya, wajahnya tidak terbaca, “Kita
akan makan di salah satu cafe milik Azka, kau tidak keberatan kan? Makanan di
cafe itu sangat enak dan suasananya romantis.”
“Apakah
Azka akan ada di sana?" Celia mengeryitkan keningnya. Pasti suasana makan
malam yang romantis akan rusak kalau Azka ada di sana.
Keenan
melirik sedikit dan tersenyum, “Cafe itu miliknya, mungkin saja dia akan ada di
sana, mungkin juga tidak.”
⧫⧫⧫
Mereka
lalu memasuki Garden Cafe itu, sebuah cafe yang indah dengan pepohonan hijau
yang memenuhi sekelilingnya. Dindingnya dibatasi oleh kaca bening yang menampilkan
pemandangan taman yang luar biasa indahnya. Cafe itu cukup bagus, meskipun
Celia sedikit kecewa.
Bukankah
keluarga Azka dan Keenan memiliki banyak rumah makan bintang lima? Kenapa
Keenan malah mengajaknya merayakan pertunangan mereka di cafe biasa seperti
ini? Padahal dia sudah memakai gaun terbagusnya dan berdandan semewah mungkin
karena mengira Keenan akan membawanya makan malam di hotel yang mewah. Celia
mengenakan gaun berwarna putih dengan hiasan renda keemasan di kerah dan
lengannya. Gaun ini sangat mahal, pesanan khusus, tetapi tentu saja gaun ini
sangat pantas dipakai di perayaan pertunangannya dengan Keenan. Celia melirik
cincin di tangannya dengan bahagia.
Cafe
itu cukup ramai, kelihatan dari luar. Beberapa orang memilih duduk-duduk bergerombol
dan bercakap-cakap. Beberapa orang duduk dan menikmati minumannya di bar yang
kelihatan dari kaca yang bening. Setelah
membantunya turun dari mobil dan duduk di kursi rodanya, Keenan mendorong kursi
roda Celia dengan hati-hati memasuki cafe.
Mereka
memilih meja di sudut yang sepi, Keenan menyingkirkan kursi dan mengatur kursi
roda Celia supaya pas di sana. Dan Albertlah yang melangkah mendekati mereka.
“Selamat
malam Tuan Keenan, makan malam istimewa yang tuan minta sudah disiapkan.”
Dengan sopan Albert menyalakan lilin di tengah meja, menampilkan cahaya temaram
yang indah dan sangat romantis. Pipi Celia memerah karena bahagia dan dia
menatap Keenan dengan penuh cinta.
“Kau
menyiapkan makan malam istimewa untukku?” bisiknya mesra.
Keenan
tersenyum misterius, “Tentu saja sayang, dan aku harap kau akan menyukai setiap
detiknya.”
Makan
malam berlangsung romantis dan nikmat, meskipun Keenan tampaknya tidak banyak
bicara. Ketika saat terakhir, Keenan menawarkan kepada Celia,
“Kau
mau kopi untuk penutup?”
“Apa?”
sebenarnya Celia sudah kenyang, dan dia tidak menginginkan kopi, karena kopi
membuatnya susah tidur di malam hari. Tetapi Keenan tampaknya punya maksud
tersendiri.
“Malam
kita tidak hanya akan berakhir di makan malam ini Celia, aku punya rencana supaya
kita menghabiskan malam di rumahku.” Keenan mengedipkan matanya, “Dan itu bukan
untuk tidur. Jadi kurasa kau butuh kopi.”
Pipi
Celia memerah ketika memahami maksud Keenan. Dia dan Keenan akan bermesraan,
batinnya bersemangat. Memang Keenan berbeda dengan Azka, Azka sangat dingin.
Jangankan bermesraan, lelaki itu jarang menyentuhnya kecuali hanya memegangnya
lembut, atau memberinya kecupan di dahi. Padahal Celia sangat haus akan
perhatian laki-laki. Karena itulah dia tidak menolak perhatian yang dilimpahkan
Eric kepadanya. Bahkan ketika Eric menciumnya dulu, Celia tidak menolak dan
malahan menikmatinya. Sayangnya Eric masih kalah kalau dibandingkan dengan
Keenan, Celia akhirnya memilih menjauhi Eric karena tidak mau lelaki itu
menjadi penghalang hubungannya dengan Keenan.
“Kurasa
aku mau secangkir kopi.” Gumamnya malu-malu.
Keenan
terkekeh, lalu memberi isyarat kepada Albert, “Dua cangkir kopi.” Gumamnya
sambil mengedipkan mata, Albert menganggukkan kepalanya dan melangkah pergi.
Tak
lama kemudian Albert datang membawa nampan berisi dua cangkir kopi yang masih
mengepul panas.
“Hmm
kopi ini aromanya nikmat, Albert dan sangat panas, aku yakin aku akan
menikmatinya.” Keenan bergumam ketika Albert mendekat, sementara itu Albert
tertawa menanggapinya. Sayangnya karena tertawa dan terlalu memperhatikan
Keenan, nampan di piringnya oleng dan gelas kopinya jatuh miring tumpah ke
samping ke arah Celia,
Keenan
langsung berteriak memperingatkan, “Celia! Menyingkir, kopinya sangat panas!”
serunya.
Dan
dengan gerakan refleks Celia menyingkir, menghela napas panjang karena lega
ketika cairan kopi yang mengepul panas itu tidak mengenai dan melukainya, dia
bergidik membayangkan luka
bakar yang akan dideritanya kalau terkena cairan panas itu. Untunglah gerakan
refleknya cukup bagus.
Celia
menoleh untuk tersenyum lega kepada Keenan, ketika menyadari bahwa Keenan dan
Albert sedang tertegun dan menatapnya dengan tajam.
Celia
menundukkan kepalanya dan kemudian menyadari bahwa dia sudah berbuat kesalahan
yang luar biasa fatal... Karena dia terlalu panik menghindari kopi panas itu,
tanpa sadar dia sudah melompat berdiri dari kursi rodanya.
“Aku
bisa menjelaskan..." Celia berseru panik ketika melihat ekspresi jijik
muncul di wajah Keenan. Bahkan pelayan setengah baya sialan yang tidak bisa
memegang nampan dengan benar itupun ikut
memandanginya dengan mencela.
“Menjelaskan
apa Celia? Bahwa kau selama ini membohongi kami? Membohongi Azka, aku dan semua
orang?’
“Bukan
begitu....” Celia meninggikan suaranya, keringat dingin muncul di keningnya.
Dia gugup dan ketakutan, tidak menyangka bahwa pada akhirnya dia akan ketahuan,
“Aku melakukannya karena aku mencintaimu Keenan, aku mencintaimu, bukankah kau
juga mencintaiku?”
Keenan
bersedekap, menatap Celia dengan dingin, “Karena mencintaiku? Aku tidak
percaya.” Lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan jijik, “Kau melakukan
kebohongan ini ketika kau masih bersama Azka. Jelas sekali bahwa kau
berpura-pura lumpuh bukan karena mencintaiku, tetapi karena keegoisanmu ingin
memanfaatkan rasa bersalah Azka, karena obsesimu untuk memiliki Azka.”
“Ya.
Aku memang melakukannya!” Celia berteriak dengan frustrasi karena dia sudah
kepalang basah, “Tetapi itu semua sudah tidak penting lagi. Kau mencintaiku dan
aku mencintaimu. Tidakkah ini membuatmu bahagia? Aku yang bisa berjalan
disisimu dan membuatmu bangga? Kita saling mencintai bukan, Keenan?” Celia
mulai gemetaran, “Kita akan menikah dan berbahagia kan Keenan? Aku akan
memilikimu, bukan?”
Keenan
mencibir, “Kau hanya bisa memilikiku dalam mimpimu Celia.” Lalu lelaki itu
melemparkan bom kejam itu kepada Celia, “Aku sama sekali tidak pernah
mencintaimu. Aku melamarmu dan sebagainya karena ingin melepaskan Azka dari
cengkeraman perempuan licik sepertimu. Kakakku itu terlalu baik hati untuk
menyingkirkanmu secara langsung dan kau memanfaatkan kebaikan hatinya tanpa
tahu malu. Sekarang kau harus menyingkir dari kehidupan kami, Celia.”
Air mata meleleh dari
wajah Celia, dia menatap Keenan dengan shock dan sedih, “Kau tidak akan
melakukannya kepadaku kan Keenan? Aku mencintaimu!!”
Keenan
memalingkan mukanya dan berdiri, “Pergilah Celia sebelum aku marah dan lebih
mempermalukanmu lagi. Kau dan keluargamu telah menipu kami. Aku dan kakakku
bisa saja melakukan pembalasan kejam kepadamu dan keluargamu, tetapi kalau kau
menyingkir sekarang, kami tidak akan melakukannya.”
“Keenan....”
Celia berusaha memanggil dan memohon, tetapi wajah Keenan tampak dingin dan
penuh kebencian.
“Supir
di luar akan mengantarmu pulang, kau bisa mendorong kursi roda itu sendiri
bukan?” Lelaki itu melirik Celia dengan tatapan merendahkan. “Dan omong-omong,
cincin itu bisa kau tinggalkan sebelum pergi.”
Lalu
Keenan melenggang pergi, meninggalkan Celia yang berdiri dan menangis histeris
memanggil-manggil namanya.
⧫⧫⧫
Azka
berada di ruangan kerjanya yang berdinding kaca, mengamati semua kejadian itu.
Ketika akhirnya Celia pergi ke luar dengan di antar Albert yang membantu
mendorong kursi rodanya, menuju sopir dan mobil yang sudah menunggu, Azka
memejamkan matanya dengan lega.
Selesailah sudah.
Tubuhnya
menegang selama mengawasi Keenan datang dan mengajak Celia makan malam. Dia
takut rencana mereka tidak akan berhasil, dia takut bahwa kopi itu akan
menumpahi Celia yang memilih tidak bergerak dari kursi rodanya dan melukainya.
Mereka mengambil resiko yang cukup besar dengan rencana ini. Dan itu semua
sepadan. Celia sudah pergi dari kehidupan mereka selamanya. Dia dengan rencana
licik egoisnya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mengganggu
kehidupannya.
Azka
melangkah mundur dan langsung menghubungi Sani. Suara Sani yang menyahut lembut
di seberang sana langsung menyejukkan perasaanya.
“Hallo?”
Azka
tersenyum, “Semua sudah selesai, Sayang. Aku akan segera kesana.”
⧫⧫⧫
Azka
melihat Keenan yang sedang bercanda dengan Albert di bar ketika dia menuruni
tangga. Dia mendekati mereka.
“Hai
kak.” Senyum Keenan tampak lebar, “Kau melihatnya tadi?”
Azka
menganggukkan kepalanya, “Terimakasih Keenan, kau membuat semuanya menjadi
mudah untukku.”
“Aku
akan mengirimkan tagihannya nanti.” Keenan mengedipkan sebelah matanya
menggoda, “Mungkin aku akan meminta makanan gratis di sini setiap hari sebagai
bayarannya.”
Azka
melemparkan tatapan mata mencela, “Silahkan kalau kau tidak tahu malu.” Lelaki
itu lalu terkekeh, sebuah tawa yang terdengar menyenangkan karena sekarang
hatinya benar-benar ringan, “Aku akan ke tempat Sani.”
Keenan
dan Albert saling bertukar pandang dan tersenyum penuh arti ketika melihat Azka
berjalan dengan sedikit tergesa dan penuh kebahagiaan keluar dari cafe.
Pundaknya tampak tegak tanpa beban, seakan semua kesakitannya yang berat telah
disingkirkan dari dirinya.
⧫⧫⧫
“Saat
ini aku merasa begitu ringan.” Azka menatap Sani dan tersenyum lebar, “Aku
tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.”
Sani
menatap kekasihnya yang tampak begitu bahagia itu dengan terharu. Azka memang
telah menanggung beban berat begitu lama, karena menanggung beban demi
kebahagiaan orang lain. Dan sekarang, lelaki itu layak untuk bahagia. Sani
berjanji dalam hati dia akan membahagiakan Azka sebisanya. Sedapat mungkin untuk
menebus segala beban dan penderitaan yang selama ini ditanggung oleh Azka.
Dengan
senang dia memeluk Azka yang langsung membalas pelukannya dengan sayang. Lelaki
itu mengecup dahinya dan menatapnya lembut,
“Terimakasih
Sani.” Bisiknya penuh cinta,
“Untuk
apa?’
“Karena muncul di hidupku dan mengubah segalanya
untukku. Kau membuatku berani melanggar semua prinsipku dan mengejar
kebahagiaanku. Kau memberiku kebahagiaan yang dulu bahkan tidak pernah berani
aku impikan.” Mata Azka berkaca-kaca, lelaki itu mengungkapkan perasaannya
dengan sepenuh hatinya.
Mata
Sani sendiri terasa panas, menyadari betapa besarnya cinta yang diberikan Azka
kepadanya. Lelaki ini benar-benar tulus kepadanya sejak awal, seorang lelaki
yang dipenuhi kebaikan hati yang luar biasa. Dan Sani memilikinya, mereka
saling memiliki.
“Aku
mencintaimu Azka.” Sani berbisik pelan, menutup matanya yang penuh air mata,
membiarkan kekasihnya itu mengecup sudut matanya yang basah, lalu dahinya, lalu
ujung hidungnya dan kemudian bibirnya. Mereka berciuman dengan penuh cinta
kemudian, bibir mereka bertaut mencicipi kemanisan satu sama lain.
Ketika
Azka mengangkat kepalanya dia menatap Sani dengan serius,
“Kurasa
aku tidak ingin berlama-lama lagi,”
“Berlama-lama
untuk apa?” Sani mendongak, menatap Azka dengan penuh ingin tahu,
“Untuk
menikah.” Lelaki itu mengeluarkan kotak cincin di saku celananya dengan gugup,
“Aku.. eh aku membelinya sejak kemarin... “
Sani
tertegun, kotak itu sudah pasti sebuah cincin, dan itu berarti Azka melamarnya.
Dia tidak menyangka Azka akan melakukannya secepat itu. Tetapi apalagi yang
perlu ditunggu? Mereka sangat pas bersama, mereka saling melengkapi satu sama
lain, dan mereka sangat bahagia bersama.
Mata
Sani kembali basah oleh air mata ketika Azka membuka kotak cincin itu dan
berbisik parau kepada Sani,
“Maukah
kau menikahiku sayang? Maukah kau menjadi yang pertama kulihat ketika bangun di
pagi hari, dan menjadi yang terakhir kupeluk ketika aku menutup mata di malam
hari?”
Tentu
saja Sani mau, dia menganggukkan kepalanya, tidak mampu berkata-kata karena
perasaan bahagia yang membuncah memenuhi rongga dadanya. Sani menganggukkan
kepalanya sambil berurai air mata, dan Azka mengecup dahinya dengan lembut,
Lelaki
itu lalu memasangkan cincin itu di jari manis Sani dan memeluk kekasihnya
erat-erat. Rasanya tidak ada yang lebih membahagiakan daripada memeluk sang
pujaan hati dalam rengkuhan lengannya, menyadari bahwa mereka akan bersama
selamanya, menjelang hari demi hari sambil bergandengan tangan.
The end
Suprise dr mbak santhy.mksh
BalasHapushalo sayaang maafkan akuu lama sekali ga online T__T
Hapussemoga menikmati yaah hehehe
sayang kurang sadis tuhh ke celia >.< udah nipu berapa lama cuma digituin doank sama si keenan, happy end sani & azka ^^
BalasHapusxixixixi iya juga yah, enaknya kita apain yah celia ini hehehehe
Hapus:D
hallo M Santhy ;)
BalasHapushalooo sayaaaang whuaaa maapkan akuu lama postingnyaa huhuhuhu
Hapusmbak novel nya udah keluar blm? Aku mau beli :DD
BalasHapusyang mana sayaang hehehe semua sudah ada sayaang cari di nulisbuku.com search santhy agatha
Hapusnanti pesannya bisa email langsung ke admin@nulisbuku.com dear :))
sipoke mbak :) aku mau pesen yg Perjanjian hati :) tpi mbak, gak ada buku yg dijual lsng di gramedia yah? Harus beli online gtu mbak?
HapusWawwwwwww,,, kereeeeeeennn,, rasaiin tuh celia,,,, kena kn akibatx,,,
BalasHapushihihihihihi iyaaa celia dibalas yaah yaayyy :D
HapusAzka.....dirimu tidak dingin
BalasHapusdirimu romantis bgt....mau donk
mksh mba shan...jd aku tunggu yg lainny
sambil duduk manis dn melipat tangan di meja
hihihihihi ikutan duduk di sebelah richa hehehe :D
HapusSbenernya qu pengen celia mati kecelaka'an. . Biar kapok tU anak.
BalasHapusaahh. . . seneng bgt sama akhir critany. . .
BalasHapusthanx k'santhy. . . semangat untuk terus melahirkan. . . cerita2 romansa yg keren2. :)
senengnya akhirnya Sani dan Azka bisa bener2 bersama, dan Keenan bisa terlepas dari mangsanya Celia. Seneng juga waktu ngeliat Celia dibuat matiku dengan rencana Keenan dalam membuka kedok kebohongannya. jujur aku pengen banget Celia beneran kena siraman Kopi panas, sebagai hukuman karena udah menjerat Azka selama ini.
BalasHapusmba Santhy kan semua cerita udah berending Bahagia. apa setelah ini akan ada cerita cinta yang romantis lagi. aku pengen bisa baca karya2 mba santhy yang lainnya. sejak membaca ARSAS aku udah menjadi Fans berat karya2 mba. aku tunggu kisah2 selanjutnya. makasih :D
Mak shan...
BalasHapusKangen lho...
Sehat selalu kan???
Gak sabar nunggu karya slanjutnya mbak..
Anyway..
Thanks banyak2 bergoni2...
#peluk hangat mbak shan
" kau akan menjadi perempuan pertama yang kupuja di pagi hari ketika aku membuka mataku, dan menjadi yang terakhir kupeluk di malam hari ketika aku beranjak tidur.”
BalasHapuswowo suka kata2 ini...
happy ending :)
tiap hari kerjaannya bukain blognya mb santhy hehe
huaaa,,, tamaaattt... msih lumz ikhlas psah sm Azka...
BalasHapuscelia hrsny dkrjain lbih lg Mba San *dendam*
xixixi....
mksh Mba Santhyyy.....
ngebayang.in kalo aq yang jadi sani,pasti bahagia deh *ngarep
BalasHapussalam kenal mba santhy...ku mau tanya kapan cerita dating with the dark ada di portal novel,gak sabaran pengen bacanya, aku penggemar setia mu loh...
BalasHapustrims mba...crta ya bgus...hepi end. so sweet de
BalasHapusKok kayak Θî paksakan gini Ўª ceritnya.. Ъќ>:/ sebagus part sebelumnya.. Azkanya ga dαρατ romatisnya.. Keenan prasaan ga prnh mggil kakak k azka.. Pkkx crtnya datar skali Θäπ Θî paksakan berakhir.. Kyak amatiran gitu loh..
BalasHapusakhirnya di posting jga...
BalasHapusmkasih mbk... happy Ending :)
Hwuaaaaaa.... kangen sm mba Shanty....
BalasHapuscelia melas bgt sie...
mba ada kisah cintanya kenan g????
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMakasih mba Shanty <3
BalasHapusMakasih mbak Santhy, ceritanya bagus :)
BalasHapusDulu waktu mas Irawan ngelamar bilang apa mbak? Hehehehe #edisi kepo
Makasih mbak Santhy, ceritanya bagus :)
BalasHapusDulu waktu mas Irawan ngelamar bilang apa mbak? Hehehehe #edisi kepo
Aku pengen liat dia nikah mba... wkwks. Kebayang Azka gantengnya naujibilaah, wkwks.
BalasHapusMakasih yaa mba, udh publish part ini :D
Seneng akhirnya happy ending
BalasHapusMakasih mbak santhy.....
Aku sangat suka karya anda, mbak santhy.. Terimakasih sudah ngepost tulisan yang sangat bagus :)
BalasHapusaku suka banget karya mbak santy......bener2 keren
BalasHapusHuaaaaa bahagiannya diriku mbak ;') akhirnya mereka happy ending juga. Terima kasih mba santhy atas ceritamu yg amat sangat keren! :D
BalasHapuswoww awsome!
BalasHapusunpredictable story. if i can make a story of love like you did mbaaaa.
mengundangggg harapan bangett ini ceritanya :'D hahahaha
haiii...aku baru nemuin nih blog + baca novelnya kemarin pas donlot ebooknya di android .
BalasHapustrus q baca & akhirnya jatuh cinta cama ceritanya ...heheheh..
gw suka bgt dehh novelnya.. :))
maksih uadah nyedian ebook gratis + online..^^
karya kak santhy agatha keren banget
BalasHapusaku suka novel pembunuh cahaya, dating with the dark dan sleep with the devil..
ceritanya ada unsur misteri, teka-teki dan bumbu yang bikin novel ini bercita rasa tinggi kisah cinta didalamnya yang dramatis
semoga kakak terus berkarya dengan gemilang...