Senin, 22 April 2013

Permohonan Terakhir


Malam mengalun lembut dan kegelapan mulai merasuki mimpi setiap orang. Aku mulai keluar dari persembunyianku dan berjalan dalam keheningan, menjaga langkahku sehalus mungkin hingga seolah melayang. Tatapanku menerawang, mengintip wajah-wajah polos yang tenggelam dalam tidurnya, lelah setelah menikmati cahaya terang. 

Duniaku tentu saja berbeda dengan mereka, duniaku gelap dan pekat, tak ada cahaya. Kadangkala dalam kesepianku aku merindukan masa-masa itu, dimana aku bisa menikmati indahnya surga, yang penuh dengan alunan musik lembut menenangkan hati. Bahkan kadangkala jika aku memejamkan mata dan berusaha, masih bisa kunikmati aroma manis dan harum itu, aroma nirwana, tempat mereka yang beruntung bisa menari dan berbahagia selamanya.

Sekarang.... yang selalu kudengarkan hanyalah jeritan roh yang tercabik-cabik, dan kesakitan jiwa-jiwa yang dihukum.....mereka semua kotor... sekotor aku.

Malam ini tugasku menemui anak perempuan itu. Akhirnya. Hanya satu kata itu yang terucap dalam benakku ketika membaca daftar itu, hari ini jadwalku cuma satu nama. Malam ini aku harus berusaha cepat dan rapi seperti biasanya. Mungkin hal ini tidak sesulit yang kubayangkan.

Aku menelusuri lorong rumah sakit yang dingin dan senyap, dan kemudian aku melihat anak perempuan itu, dia terbaring dengan pucat dan membisu di atas ranjang rumah sakit. Penyakit kanker telah menggerogotinya begitu lama hingga dia menjadi terlalu rapuh untuk hidup. 

Aku berdiri di ambang pintu, sejenak meragu. Tetapi entah karena aku bersuara, atau karena hembusan angin, anak perempuan itu tiba-tiba membuka matanya, dan menoleh, tatapannya terpaku kepadaku, dan tiba-tiba senyuman manis muncul di bibirnya.

Apakah senyuman itu untukku? Aku meragu, Meskipun tiba-tiba kurasakan semangat meluap-luap mengaliri tubuhku, semangat yang telah lama kukira hilang dan meninggalkanku.

"Hai... akhirnya kau datang juga." Sapanya ramah

Aku mengernyit, lalu melangkah masuk tanpa suara, berdiri di tepi ranjangnya,

"Kau tahu aku akan datang?"

Anak perempuan itu menganggukkan kepalanya,

"Aku sudah lama menunggu-nunggumu." lalu dia tercenung dengan sedih, "Aku sudah berusaha kuat begitu lama, demi mama dan papa, tetapi ternyata ragaku tidak sekuat tekadku, ragaku sudah ingin menyerah...." suaranya bergetar, "Mungkin memang sudah saatnya aku menyerah."

"Apakah kau sudah siap menyerah?"

"Tidak pernah ada yang siap bukan?" tatapanya semakin sedih dibalik senyumannya, lalu dia memejamkan matanya, pasrah.

Aku termenung menatapnya. Tertahan. Kubayangkan masa dulu ketika aku menunggunya terlahir ke dunia ini. Betapa bahagianya aku dulu ketika Sang Maha Bijaksana menugaskan aku menjadi malaikat pelindungnya. Aku dengan sayapku yang putih dan lebar ini menjaganya dengan sekuat hati.... Sampai kemudian aku melakukan hal terlarang yang tidak boleh dilakukan oleh seorang malaikat pelindung. Aku jatuh cinta kepada anak perempuan itu.

Konsekuensi harus diterima, sayapku dilepas dan ketampananku dihapuskan, seluruh kesempurnaan ragawiku dicabut, berganti dengan wajah tengkorak, jubah hitam panjang yang kelam, dan sebuah tongkat sabit yang mengerikan. Kekelaman selalu mengikutiku sejak saat itu, menggerogoti hatiku sampai aku merasa sudah tak punya hati.

Dan ternyata hukumanku belum cukup. Aku tersenyum sinis. Apakah ini sebuah ujian bagiku? Kenapa aku ditugaskan mencabut nyawanya, lalu melemparkan rohnya ke dalam dunia gelap yang tak tertahankan? ini tidak adil baginya. Dia tidak berdosa. 

Aku letakkan sabitku, dan benda itu tiba-tiba melebur, berubah menjadi asap dan menghilang. Kutundukkan tubuhku dan kukecup keningnya lembut, matanya masih terpejam dan aku senang seperti itu. Tak sedetikpun aku tega membiarkannya menatap wajah tengkorakku yang mengerikan terlalu dekat.

"Kau akan diselamatkan." bisikku parau. Lalu tanpa melihat reaksinya lagi, aku berbalik arah, melanggar tugasku dan menerima konsekuensi kedua yang sudah pasti akan kuterima. Seorang malaikat pencabut nyawa tidak boleh gagal, karena ketika dia gagal, maka seluruh suratan takdir akan berubah. Hukumannya berat, api akan membakar tubuhku. Neraka selamanya.

"Tak apa, asal Kau selamatkan dia." bisikku sebelum ragaku habis ditelan api. Memohonkan sebuah permohonan terakhir kepada Sang Maha Bijaksana yang aku tahu sedang mengamatiku dari atas.

...Dan kubayangkan betapa bahagianya orang tua anak perempuan itu ketika menemukan bahwa besok pagi, anak perempuan itu sudah sembuh sempurna. Kubuang kesedihanku karena tak sempat melihat anak perempuan itu menemukan cinta sejatinya, menimang buah hatinya yang aku yakin akan secantik dirinya, dan kemudian hidup bahagia selama-lamanya.....

END

20 komentar:

  1. ceritanya menarik mbak...beautifull... hehe. isenk2 buka blog mbak eh ada postingn bru. trims ya mba...

    BalasHapus
  2. bagusss... :-*

    mb santhy.. novel unforgiven hero,sleep with devil, ARSAS, and form the darkerts side.. ituu  ada versi ebook pdf ta mb..!!??

    BalasHapus
  3. huh sedihnya
    nangis jadinya
    makasih ya mbak?

    BalasHapus
  4. Huuaa mba walaupun singkat tapi banyak yang tersirat KEREN ! Thanks somuch mba :*

    BalasHapus
  5. Mbak, demi apa? ini pendek!
    beneran pendek! tapi kenapa aku tanpa terasa malah meneteskan air mata?
    Tanggung jawab mbak! hueeeeeee....#lap ingus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu karena kamunya yang masih kecil. Jadi nangisnya keluar ingus.

      Makanya cepat tumbuh besar ya, dek. (-_-)>

      Banyak-banyak minum susu >,<


      ANAK KECEBONGG!!!

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Huhuhuhu sediiihhhhh :'(
    Tapi keren mb san
    Makasih yaaa *hug*

    BalasHapus
  8. cantik seperti biasanya....
    Makasiih mbak Santh...loph ya..
    Mmuuaaccchhhh...

    BalasHapus
  9. Mbaaak bagusss critanyaa, sedih bacaanyaa.
    Makasih mbak santhy yg cantik *hugs

    BalasHapus
  10. pengorbanan selalu membuat orang lain bahagia ^^ tpi untuk kita sendiri?? tah lah

    BalasHapus
  11. @ Kyu❤Min

    yak!!! si KyuMin KyuMin ini siapa pula?? ngajak berantem eoh?!
    tadi kalau diliat(?) dari bau2nya nie kayaknya si Dilla bersayap.

    yah udah tua ya tua aja. banyak doa banyak merenung, berbuat yang baik2 biar gimana caranya bisa dapat tempat yg nyaman di alam sana.

    berat badanku udah naik 2kg eon... jangan kawatir aku banyak minum susu...

    buat Mbak Shanti, maaf udah ngerusuh di blognya mbak. kalau bisa si Dilla ini di black list aja di blognya mbak ya, biar nggak bisa ngerusuh lagi.

    wkwkwkwkwkwkwk#kabur

    BalasHapus
  12. Sedihny.. Hiks.. Ksian bgt..:(

    BalasHapus
  13. ttehhhhh...... memang selalu keren!!!!!!

    BalasHapus
  14. keren ceritanya..
    sama kayak yang lainnya
    bguss

    BalasHapus
  15. mba, salam kenal aku jadi fans selanjutnya atas semua tulisan mba, sumpah keren" serasa baca baca fanfiction yang biasa aku baca, tapi ini lebih seru ;)

    BalasHapus
  16. Mbak cerita nya bagus" banget.

    BalasHapus