Minggu, 07 April 2013

You've Got Me From Hello Part 10 - End


“Di dalam hatimu yang penuh cinta, ada aku yang sedang menenun kebahagiaan.”


Azka sudah ada di sana menunggunya, ekspresinya tampak cemas. Lelaki itu setengah berdiri ketika melihat Sani mendekat.

“Sani.” Gumam Azka menatap Sani dengan penuh kerinduan. Tiba-tiba Sani merasa kasihan kepada lelaki ini, lelaki yang begitu kuat dan berkuasa. Tetapi sekarang tampak begitu lelah dan berantakan, apakah itu karena dirinya?

“Sani.” Azka menatap Sani dalam ketika perempuan itu duduk di depannya, “Terima kasih sudah mau bertemu denganku dan memberiku kesempatan kedua. Aku.. aku ingin menjelaskan semuanya padamu..”

Sani tersenyum lembut pada Azka, “Aku sudah tahu semuanya, Azka.”

“Sudah tahu semuanya?” Azka mengerutkan keningnya

“Iya.” Sani menganggukkan kepalanya, “Keenan memberitahuku semuanya tentang kisah pertunanganmu dengan Celia. Dia meluruskan semua kesalahpahaman.”

Itu adalah salah satu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Azka. Keenan memberitahu Sani? Semuanya? Apa maksud Keenan? Selama ini Azka masih menyimpan kecurigaan dan mengira bahwa Keenan juga menyukai Sani. Tetapi dengan memberitahu Sani dan meluruskan semua kesalahpahaman, bukankah Keenan sama saja membantu Azka?
“Apa yang Keenan beritahukan kepadamu?”

“Semuanya.” Sani menatap Azka dengan lembut, merasa tidak tega ketika menemukan kepedihan di mata itu. Dia yang menyebabkannya. Kemarahannya waktu itu, ketika dia tidak mau menerima penjelasan Azka telah membuat lelaki itu menderita.

“Dan apakah dia mengatakan bahwa aku tidak mencintai Celia sama sekali?” suara Azka menjadi serak.

Sani menganggukkan kepalanya, “Maafkan aku Azka atas semua kesalahpahamanku kepadamu. Aku mengataimu lelaki jahat, aku menganggapmu sama brengseknya dengan Jeremy. Ternyata kau hanyalah lelaki yang terlalu baik hati.”

Azka mengernyit pedih. “Dan kebaikan hatiku ternyata membuatku tersiksa. Dulu aku mengira bisa menjalaninya bersama Celia. Toh pada awalnya aku mencintainya, aku pikir aku bisa menerima dan memaafkan... Tetapi kemudian seperti katamu, mudah memang untuk memaafkan, tetapi sulit untuk melupakan...” Azka mendesah, “Setiap melihat Celia aku merasa muak, membayangkan harus menjalani hidupku bersamanya membuatku sangat tersiksa... Tapi janji sudah diucapkan dan harus ditepati, aku bertekad untuk menjalankannya.” Mata Azka menatap Sani dalam-dalam, “Sampai akhirnya aku bertemu denganmu.”

Sani membalas tatapan Azka dan membiarkan lelaki itu meraih jemarinya dengan lembut,

Azka lalu melanjutkan. “Aku tidak pernah menyapa pelanggan manapun sebelumnya, apalagi seorang perempuan, sama sekali tidak pernah... Tapi kau membuatku tidak bisa menahan diri, kau dengan tubuh mungilmu dan ekspresi seriusmu ketika menghadap laptop membuatku melupakan semua aturanku. Aku menyapamu dan kau membalas sapaanku.” Azka menatap Sani dengan penuh cinta, “Detik itu juga, ketika kau mengucapkan ‘hello’ kepadaku, kau sudah memiliki hatiku.”

Sebuah pernyataan yang sangat indah. Mata Sani tiba-tiba terasa panas. Lelaki ini sungguh tak disangka telah menumbuhkan cinta yang begitu dalam dan tulus kepadanya.
“Maafkan aku karena tidak mempercayaimu.” Bisik Sani lemah.

Azka mengangkat bahunya, “Situasinya seperti itu, aku tidak menyalahkanmu. Aku sendiri juga salah, tidak menceritakan keadaanku dari awal padamu. Aku pikir aku bisa melepaskan diri dari masalah ini.”

“Melepaskan diri?”

“Ya. Aku sedang berencana melepaskan diri dari Celia.” Azka tampak malu, “Rupanya aku tidak sebertanggungjawab yang kau kira. Ketika aku jatuh cinta, aku rela melakukan apapun demi memiliki kekasihku.” Azka tersenyum sedih, “Kau mungkin merasa aku lelaki yang rendah.”

Bicara tentang Celia membuat Sani teringat akan kata-kata Keenan, wajahnya berubah serius,

“Keenan.. dia melakukan sesuatu untuk melepaskanmu dari Celia.”

Azka tampak terkejut, “Melakukan apa?”

“Dia bercerita bahwa sebenarnya yang diincar Celia adalah dirinya.”

“Ah ya.” Azka tersenyum, “Celia mengejarnya setengah mati, tetapi kau tahu Keenan. Dia tidak serius menanggapi Celia, hingga Celia berpindah padaku. Aku waktu itu kesepian, masih memendam kesedihan karena harus meninggalkan sekolah kokiku. Dan Celia menghujaniku dengan perhatiannya, pada akhirnya aku menerima bahwa dia adalah wanita yang akan berada di sisiku.”

“Keenan menceritakan pengkhianatan Celia kepadaku.” Gumam Sani dengan wajah prihatin.

“Ya. Itu juga.” Wajah Azka tampak serius, “Karena itulah aku memahami penderitaanmu. Bagaimana sakitnya ketika kita dikhianati oleh orang yang kita percayai. Aku paham sekali bagaimana rasanya, tetapi mungkin aku tidak sesakit dirimu karena pada akhirnya aku menyadari bahwa aku tidak mencintai Celia sedalam itu. Dan kurasa Celia juga tidak mencintaiku, mungkin aku hanyalah pelariannya dari Keenan.”

“Keenan mengetahui itu  Azka, dan dia sudah bertekad untuk melepaskan Celia dari dirimu. Dia mendatangi Celia dan melamarnya.”

“Apa?” Azka terperanjat, menatap Sani dengan kaget, “Apa katamu?”

“Keenan merasa bahwa ini adalah waktunya dia yang bertanggung jawab untukmu. Dia berkata bahwa dia sudah begitu egois selama ini, dan membiarkanmu menanggung semuanya.”

“Keenan mengatakan itu kepadamu?” Azka sungguh tidak menyangka Keenan yang begitu tidak peduli kepada apapun mau melakukan ini untuknya.

“Ya Azka. Dan Celia menerima lamaran Keenan, dia akan membatalkan pertunangannya denganmu.”

“Oh Astaga.” Azka tidak tahu bagaimana perasaannya. Di sisi lain dia merasa sangat lega karena bisa melepaskan diri dari Celia. Tetapi di sisi lain perasaan bersalah yang amat dalam memukulnya karena itu berarti dia membuat Keenan yang terjebak bersama Celia selamanya, berakhir bersama orang yang tidak dia cintai. Keenan akan sangat tersiksa, dan Azka tidak mungkin membiarkan Keenan menanggung semuanya.
⧫⧫⧫

Azka mengetuk pintu apartemen Keenan dengan keras, dan butuh sepuluh menit dia menunggu sampai Keenan membuka pintunya. Adiknya itu tampaknya baru terbangun dari tidurnya,

“Ada apa kakak? Kenapa kau kemari tengah malam?” Keenan mengangkat alisnya dan meminggirkan tubuhnya, memberi jalan Azka untuk masuk.

Azka melangkah masuk lalu berdiri di tengah ruangan dan menatap Keenan dengan tajam.

“Aku sudah mendengarnya dari Sani, kau melamar Celia.”

Tidak ada ekspresi apapun di wajah Keenan, “Oh. Ya kakak, maafkan aku belum memberitahumu. Tetapi aku dan Celia berencana untuk datang ke kantormu besok pagi dan mengatakan semuanya.”

“Jangan berbuat bodoh demi diriku, Keenan.” Azka bergumam pelan, ada kesedihan dan kesakitan di wajahnya, “Aku tahu kau sama  sekali tidak mencintai Celia, kau akan menyiksa dirimu seperti yang kulakukan selama ini. Jangan lakukan Keenan, Jangan lakukan demi diriku.”

Keenan tersenyum, lalu menepuk pundak kakaknya, “Jangan memohon kepadaku seperti itu kak. Aku tahu kau melakukan segalanya untuk memikul tanggung jawab atas diriku, dan kurasa kini saatnya aku yang membalas budi.”

“Kau adikku, dan aku tidak mungkin menjerumuskanmu dalam penderitaan seperti ini.” Sela Azka keras.

Keenan mengangkat bahunya, “Dan kau kakakku, aku tidak akan rela kau kehilangan cinta sejatimu hanya karena sebuah tanggung jawab.”

Azka kehabisan kata-kata mendengar kata-kata Keenan. Dia tersentuh. Selama ini dia mengira Keenan egois, berniat menjalani hidup sesukanya dan tidak  memikirkan orang lain. Adiknya ini ternyata sangat menyayanginya.

“Meskipun aku berterima kasih, aku tetap tidak akan membiarkan kau berakhir dengan Celia.” Gumam Azka akhirnya.

Keenan menatap Azka dengan bingung, “Tidak ada cara lain kakak, inilah satu-satunya cara. Pulanglah, milikilah Sani, dan berbahagialah. Dan aku akan berusaha menjalankan peranku dengan sebaik-baiknya. Kalau dipikir-pikir Celia tidak terlalu buruk.” Gumam Keenan sambil tersenyum masam.

Azka menggelengkan kepalanya, “Kau tidak tahu, aku merencanakan menjauhkan Celia dengan menggunakan Eric.”

“Eric? Sahabatmu dari sekolah memasak itu?”

“Ya. Eric yang itu, aku menyuruhnya untuk mendekati Celia dan merayunya dengan segala pesonanya.” Pipi Azka tampak merona, sedikit malu, “Yah, memang aku menggunakan cara pengecut di sini, menusuk Celia dari belakang. Tetapi cara ini juga bisa menjadi bukti untukku apakah Celia benar-benar setia dan mencintaiku. Dia pernah mengkhianatiku sekali, dan aku ingin melihat, jika ada kesempatan, akankah dia mengkhianatiku lagi?”

“Dan ternyata?” Keenan bertanya  meskipun sepertinya dia sudah tahu jawabannya.

“Dan dia mengkhianatiku, dia menjalin hubungan dengan Eric, bahkan Eric bilang Celia tidak menolak ketika dia  menciumnya. Celia mengira aku tidak tahu karena itu dia tetap memaksa melanjutkan pernikahan ini sambil terus mengungkit rasa tanggung jawabku.”

“Dasar perempuan jalang.” Keenan mengumpat kasar, lalu mengangkat bahunya meminta maaf ketika Azka melemparkan pandangan memperingatkan kepadanya, “Maafkan aku kak, aku sudah sejak awal tidak menyukainya, apalagi ketika pada awalnya dia mengejarku, lalu mengejarmu, dan kemudian mengkhianatimu.”

Azka tersenyum lembut, “Dan kau dengan sukarela mau mengorbankan hidupmu untuk berakhir dengannya, hanya demi kakakmu ini.”

“Bukan ‘hanya’. Kaulah satu-satunya keluargaku yang tersisa di dunia ini. Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia.” Gumam Keenan pelan.

Mata Azka berkaca-kaca, “Dan aku akan melakukan semuanya juga, untuk membuatmu bahagia, Keenan.”

Kedua kakak beradik itu berpelukan, lalu Azka melepaskan pelukannya dengan canggung, karena sudah lama sekali dia tidak memeluk adiknya. Dia mengangkat alisnya dan menatap Keenan ingin tahu, “Tantangan untuk memperebutkan Sani dulu itu, kau sengaja ya?”

Keenan terkekeh, “Aku hanya ingin sedikit mendorongmu.”

“Sudah kuduga.” Azka mencibir, “Walaupun aku sempat sangat marah padamu, kau pandai sekali berakting.”

“Dan kau sangat pencemburu, aku hampir tidak kuat untuk menyembunyikan tawa geliku waktu melihatmu marah dan mulai mengancamku.” Keenan akhirnya tertawa.

Azka tersenyum malu, “Lakukan semua seperti rencanamu Keenan, kurasa aku akan menggunakan Eric untuk menyelamatkanmu.”

“Bagaimana caranya?” Keenan menatap Azka bingung.

“Kita akan menemukan cara.” Azka menghela napas panjang. Dia harus menemukan cara, karena dia tidak mungkin tega membiarkan Keenan menanggung semuanya untuknya.
⧫⧫⧫

“Keenan mengorbankan diri untukmu? Sungguh tidak terduga,” Eric terkekeh, “Bersyukurlah Azka berarti kau sangat disayangi.”

Azka melemparkan pandangan serius kepada Eric, “Tetapi aku masih membutuhkanmu untuk menyelamatkan Keenan, bagaimana hubunganmu dengan Celia akhir-akhir ini?”

Wajah Eric tampak masam, “Dia menghindariku akhir-akhir ini, kurasa dia mulai serius dengan Keenan.” Eric mengangkat alisnya menatap Azka, “Sepertinya kali ini dia sungguh-sungguh ingin memiliki Keenan.”

Gawat. Azka menghela napas panjang, kalau begini caranya, rencananya untuk menggunakan Eric sebagai senjata tidak dapat digunakan.

“Tetapi aku punya satu pemikiran untukmu.” Eric bergumam misterius, membuat Azka langsung memperhatikaannya. “Pemikiran yang mungkin harus kau selidiki Azka, karena kupikir Celia membohongi kalian semua.”

“Membohongi kami?” Azka mengernyitkan keningnya, “Apa maksudmu?”

“Aku punya seorang nenek yang sudah tua di panti jompo, dia tidak dapat berjalan dan harus berada di kursi roda. Beliau hidup bersama kami di rumah keluarga kami dan aku menghabiskan banyak waktuku untuk merawatnya.” Eric memajukan tubuhnya, “Dari pengalamanku itu, sepatu atau sandal yang dipakai oleh orang yang lumpuh biasanya solnya masih bagus seperti baru, karena sama sekali tidak pernah dipakai. Tetapi... kau tahu aku sering berkunjung ke tempat Celia, dan dia memakai sandal rumahnya di dalam... aku beberapa kali menggendongnya dan membantunya berpindah tempat. Dan aku sempat melihat, sol sandalnya sudah tidak seperti baru lagi dan sedikit aus... seperti sering dipakai berjalan-jalan.”

Azka tertegun, pemikiran itu sama sekali tidak pernah terbersit olehnya. Dia mendengar sendiri diagnosa dari dokter rumah sakit bahwa Celia akan lumpuh selamanya. Dan dia mempercayainya sampai saat ini. Tetapi mungkinkah Celia membohonginya? Batinnya langsung mengiyakan, yah, mungkin sekali Celia membohonginya, kelumpuhan itu adalah satu-satunya pengikat rasa tanggung jawab Azka terhadap Celia. Dan jika Celia tidak lumpuh lagi, sudah pasti Azka akan meninggalkannya.

“Mungkin kau bisa menghubungi dokter pribadi Celia dan meminta informasi.” Eric bergumam memberi usul.

Azka sudah pasti akan melakukannya, dan jika sampai dokter itu berbohong, dia pasti akan menyesalinya. Azka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan kebenaran.
⧫⧫⧫

Untunglah ketika resepsionisnya mengabarkan bahwa Keenan datang mengunjunginya bersama Celia, Eric sudah meninggalkan kantor itu. Kalau tidak semuanya akan berubah menjadi drama yang buruk di antara mereka.

Azka mempersilahkan dua orang itu masuk, berakting sebaik-baiknya seolah-olah dia tidak tahu apa-apa.

“Hai kakak.” Keenan masuk sambil mendorong kursi roda Celia, sempat-sempatnya dia mengedipkan mata kepada Azka, membuat Azka tersenyum masam.

“Hai Keenan.” Azka menatap Keenan dan Celia bergantian, “Kau tidak bilang akan kemari, Celia, dan sungguh tidak disangka aku melihat kalian berdua datang bersama. Apakah kalian memang datang bersama, atau kalian bertemu di depan?”

“Kami memang datang bersama, Azka.” Celia tampak gugup, Azka tampak begitu mendominasi di ruangan kantornya yang formal ini, dan tiba-tiba Celia merasa takut. Dia sudah pernah mengkhianati Azka sekali dan dia melakukannya lagi, bahkan kali ini dengan adik kembar Azka sendiri. Tetapi Keenan sudah meyakinkannya bahwa Azka tidak akan marah, karena dia tahu pasti bahwa Azka tidak mencintainya. Dan lagipula, Celia berpikir bahwa dia berhak memiliki cinta sejatinya. Keenanlah cinta sejatinya, lelaki yang sangat diimpikannya sejak dulu, dan sekarang ketika akhirnya bisa memiliki Keenan di tangannya, Celia tidak akan pernah melepaskannya.

“Kami datang untuk mengatakan sesuatu kepadamu. Dan kami harap kau tidak marah.” Keenanlah yang angkat bicara, lalu dia meremas pundak Celia dengan lembut dan menenangkan Celia. “Katakan kepada Azka, Celia.”

Azka menatap Celia dan Keenan berganti-ganti, “Mengatakan apa?”

Celia meletakkan kotak cincin di meja di dekat Azka, dia merasa mantap sekarang. “Aku ingin mengembalikan cincin pertunangan ini.” Gumamnya.

Azka mengangkat alisnya, “Mengembalikan cincin pertunangan? Apa maksudmu, Celia?”

Celia melirik ke arah Keenan dan tersenyum ketika melihat Keenan menatapnya penuh cinta dan memberi semangat, “Aku tidak mencintaimu Azka, kurasa aku tidak pernah mencintaimu. Ketika Keenan melamarku, aku baru sadar bahwa selama ini aku hanya menganggapmu sebagai pengganti Keenan.”

Kurang Ajar. Meskipun sudah tahu, tetap saja Azka tidak bisa menahan diri untuk mengumpat dalam hatinya. Celia menganggapnya sebagai pengganti tetapi dia dengan egoisnya menahan Azka untuk dimilikinya. Bahkan Celia bertekad membawa hubungan mereka ke pernikahan. Wanita ini memang egois dan licik... sangat licik dan Azka harus berhati-hati menghadapinya. Dia harus memikirkan informasi Eric tadi dengan baik dan bertindak dengan hati-hati pula. Kalau memang yang dikatakan Eric benar, itu akan menjadi senjata besar untuk menyelamatkan Keenan.

“Kau melamar Celia?” Azka berpura-pura terkejut, menatap Keenan yang tampaknya berusaha menyembunyikan senyum gelinya,

“Aku melamarnya kak. Karena aku tahu kau tidak mencintainya, dan Celia tidak mencintaimu. Celia mencintaiku dan aku pikir dia berhak untuk bahagia bersamaku.”

“Aku sangat mencintai Keenan, Azka. Aku harap kau mengerti.” Celia menyela dengan bersemangat, “Aku ingin menikah dengan Keenan dan hidup bersamanya selamanya.”

Azka tidak melewatkan ekspresi muak yang sempat terlintas di wajah Keenan, tetapi kemudian adiknya itu menutupinya dengan baik.

Well kurasa kalian berdua serius, aku bisa berbuat apa?” Azka mengangkat bahunya, “Kurasa aku harus mengucapkan selamat.”

Celia hampir memekik kegirangan karena jawaban Azka itu. Dia lalu mendongak dan menatap Keenan dengan senyuman penuh kemenangan.
⧫⧫⧫

“Jadi begitu ceritanya.” Azka bergumam lembut kepada Sani. Mereka sedang berpelukan di sofa apartemen Sani, setelah memakan makan malam yang khusus dimasakkan Azka untuk Sani. Setelah itu mereka melewatkan malam dengan bersantai dan menonton TV. Azka bercerita panjang lebar tentang pertemuannya dengan Keenan, pertemuannya dengan Eric, dan kedatangan Keenan bersama Celia ke tempatnya untuk mengembalikan cincin pertunangannya.

Azka menunduk lalu mengecup dahi Sani yang meringkuk di dalam pelukannya dengan lembut, “Aku lelaki bebas sekarang Sani, Lelaki bebas yang bisa kau miliki.”

Sani menenggelamkan tubuhnya di dada Azka yang bidang dan memeluknya semakin erat,

“Aku senang bisa memilikimu, aku bahagia Azka.”

“Aku akan selalu menjadi milikmu Sani, sekarang ataupun nanti.” Azka mendongakkan dagu Sani, lalu mengecup bibirnya dengan lembut dan intens. “Dan semua impian kita akan terwujud, kau akan menjadi perempuan pertama yang kupuja di pagi hari ketika aku membuka mataku, dan menjadi yang terakhir kupeluk di malam hari ketika aku beranjak tidur.”

“Kau sangat romantis.” Sani terkekeh ketika Azka melepaskan kecupannya, “Dan aku suka.”

Azka tertawa, “Aku tidak pernah seperti ini dengan perempuan manapun. Kau tahu... semua orang menganggapku kaku.” Azka tersenyum malu, “Bahkan kadang aku merasa iri kepada Keenan yang dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata puitis untuk merayu seseorang.”

Sani tertawa, “Kau cukup puitis untukku kok.” Dia memeluk Azka dengan manja, lalu teringat sesuatu dan dahinya berkerut, “Jadi, apa yang akan kau lakukan selanjutnya, Azka?”
“Mengenai Celia?” Azka mengangkat bahunya, “Well aku menganggap info dari Eric perlu ditindaklanjuti. Aku sudah menceritakan kepada Keenan dan dia setuju untuk bersama-sama menemui dokter pribadi Celia besok.”

“Kalau Celia memang berbohong, berarti dokter pribadi Celia ikut membantunya membohongimu.” Gumam Sani merenung.

Azka mendesah, “Mau bagaimana lagi, dokter itu adalah dokter pribadi Celia selama bertahun-tahun. Dia adalah sahabat dekat kedua orang tua Celia, mungkin persahabatannya itulah yang menjadi alasan utamanya membantu menutupi kebohongan Celia. Tetapi bagaimanapun juga, aku dan Keenan akan membuatnya bicara.”
⧫⧫⧫

“Dari awal saya sebenarnya sudah tidak setuju dengan kebohongan ini.” Tanpa diduga dokter pribadi keluarga Celia langsung mengungkapkan semuanya tanpa menutupi apapun. “Tetapi ayah Celia memohon kepada saya, dia meminta saya tidak memberitahukan kepada anda, bahwa Celia sudah bisa berjalan... Dia menangis dan mengatakan bahwa Celia akan bunuh diri kalau sampai anda meninggalkannya.” Dokter itu mengangkat bahunya dengan menyesal. “Saya minta maaf atas kebohongan ini, saya memang bersalah. Tetapi pada waktu itu, saya memandang Celia seperti putri saya, dan saya tidak tega menghancurkan hidupnya.”

Keenan dan Azka saling melempar pandangan. Sekarang semua sudah jelas, Celia selama ini membohongi mereka dengan berpura-pura lumpuh.

Mereka bisa saja membawa semua bukti ini ke depan Celia, melemparnya ke mukanya, dan membuatnya malu. Tetapi itu tidak akan membuat Celia menyesal. Itu tidak akan membuat Celia membayar setimpal kebohongan yang telah dengan tega dilakukannya dengan kejam.
⧫⧫⧫

Keenan menjemput Celia untuk makan malam bersama, Celia sudah berdandan secantik mungkin dan menunggu di kursi rodanya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan, dan di mobil Celia menoleh kepada Keenan dengan tatapan manja,

“Memangnya kita mau ke mana Keenan?” tanyanya mesra.

Keenan tersenyum, matanya mengarah ke jalan di depannya, wajahnya tidak terbaca, “Kita akan makan di salah satu cafe milik Azka, kau tidak keberatan kan? Makanan di cafe itu sangat enak dan suasananya romantis.”

“Apakah Azka akan ada di sana?" Celia mengeryitkan keningnya. Pasti suasana makan malam yang romantis akan rusak kalau Azka ada di sana.

Keenan melirik sedikit dan tersenyum, “Cafe itu miliknya, mungkin saja dia akan ada di sana, mungkin juga tidak.”
⧫⧫⧫

Mereka lalu memasuki Garden Cafe itu, sebuah cafe yang indah dengan pepohonan hijau yang memenuhi sekelilingnya. Dindingnya dibatasi oleh kaca bening yang menampilkan pemandangan taman yang luar biasa indahnya. Cafe itu cukup bagus, meskipun Celia sedikit kecewa.

Bukankah keluarga Azka dan Keenan memiliki banyak rumah makan bintang lima? Kenapa Keenan malah mengajaknya merayakan pertunangan mereka di cafe biasa seperti ini? Padahal dia sudah memakai gaun terbagusnya dan berdandan semewah mungkin karena mengira Keenan akan membawanya makan malam di hotel yang mewah. Celia mengenakan gaun berwarna putih dengan hiasan renda keemasan di kerah dan lengannya. Gaun ini sangat mahal, pesanan khusus, tetapi tentu saja gaun ini sangat pantas dipakai di perayaan pertunangannya dengan Keenan. Celia melirik cincin di tangannya dengan bahagia.

Cafe itu cukup ramai, kelihatan dari luar. Beberapa orang memilih duduk-duduk bergerombol dan bercakap-cakap. Beberapa orang duduk dan menikmati minumannya di bar yang kelihatan dari kaca yang bening.  Setelah membantunya turun dari mobil dan duduk di kursi rodanya, Keenan mendorong kursi roda Celia dengan hati-hati memasuki cafe.

Mereka memilih meja di sudut yang sepi, Keenan menyingkirkan kursi dan mengatur kursi roda Celia supaya pas di sana. Dan Albertlah yang melangkah mendekati mereka.

“Selamat malam Tuan Keenan, makan malam istimewa yang tuan minta sudah disiapkan.” Dengan sopan Albert menyalakan lilin di tengah meja, menampilkan cahaya temaram yang indah dan sangat romantis. Pipi Celia memerah karena bahagia dan dia menatap Keenan dengan penuh cinta.

“Kau menyiapkan makan malam istimewa untukku?” bisiknya mesra.

Keenan tersenyum misterius, “Tentu saja sayang, dan aku harap kau akan menyukai setiap detiknya.”

Makan malam berlangsung romantis dan nikmat, meskipun Keenan tampaknya tidak banyak bicara. Ketika saat terakhir, Keenan menawarkan kepada Celia,

“Kau mau kopi untuk penutup?”

“Apa?” sebenarnya Celia sudah kenyang, dan dia tidak menginginkan kopi, karena kopi membuatnya susah tidur di malam hari. Tetapi Keenan tampaknya punya maksud tersendiri.
“Malam kita tidak hanya akan berakhir di makan malam ini Celia, aku punya rencana supaya kita menghabiskan malam di rumahku.” Keenan mengedipkan matanya, “Dan itu bukan untuk tidur. Jadi kurasa kau butuh kopi.”

Pipi Celia memerah ketika memahami maksud Keenan. Dia dan Keenan akan bermesraan, batinnya bersemangat. Memang Keenan berbeda dengan Azka, Azka sangat dingin. Jangankan bermesraan, lelaki itu jarang menyentuhnya kecuali hanya memegangnya lembut, atau memberinya kecupan di dahi. Padahal Celia sangat haus akan perhatian laki-laki. Karena itulah dia tidak menolak perhatian yang dilimpahkan Eric kepadanya. Bahkan ketika Eric menciumnya dulu, Celia tidak menolak dan malahan menikmatinya. Sayangnya Eric masih kalah kalau dibandingkan dengan Keenan, Celia akhirnya memilih menjauhi Eric karena tidak mau lelaki itu menjadi penghalang hubungannya dengan Keenan.

“Kurasa aku mau secangkir kopi.” Gumamnya malu-malu.

Keenan terkekeh, lalu memberi isyarat kepada Albert, “Dua cangkir kopi.” Gumamnya sambil mengedipkan mata, Albert menganggukkan kepalanya dan melangkah pergi.

Tak lama kemudian Albert datang membawa nampan berisi dua cangkir kopi yang masih mengepul panas.

“Hmm kopi ini aromanya nikmat, Albert dan sangat panas, aku yakin aku akan menikmatinya.” Keenan bergumam ketika Albert mendekat, sementara itu Albert tertawa menanggapinya. Sayangnya karena tertawa dan terlalu memperhatikan Keenan, nampan di piringnya oleng dan gelas kopinya jatuh miring tumpah ke samping ke arah Celia,

Keenan langsung berteriak memperingatkan, “Celia! Menyingkir, kopinya sangat panas!” serunya.

Dan dengan gerakan refleks Celia menyingkir, menghela napas panjang karena lega ketika cairan kopi yang mengepul panas itu tidak mengenai dan melukainya, dia bergidik membayangkan luka bakar yang akan dideritanya kalau terkena cairan panas itu. Untunglah gerakan refleknya cukup bagus.

Celia menoleh untuk tersenyum lega kepada Keenan, ketika menyadari bahwa Keenan dan Albert sedang tertegun dan menatapnya dengan tajam.

Celia menundukkan kepalanya dan kemudian menyadari bahwa dia sudah berbuat kesalahan yang luar biasa fatal... Karena dia terlalu panik menghindari kopi panas itu, tanpa sadar dia sudah melompat berdiri dari kursi rodanya.

“Aku bisa menjelaskan..." Celia berseru panik ketika melihat ekspresi jijik muncul di wajah Keenan. Bahkan pelayan setengah baya sialan yang tidak bisa memegang nampan dengan benar itupun  ikut memandanginya dengan mencela.

“Menjelaskan apa Celia? Bahwa kau selama ini membohongi kami? Membohongi Azka, aku dan semua orang?’

“Bukan begitu....” Celia meninggikan suaranya, keringat dingin muncul di keningnya. Dia gugup dan ketakutan, tidak menyangka bahwa pada akhirnya dia akan ketahuan, “Aku melakukannya karena aku mencintaimu Keenan, aku mencintaimu, bukankah kau juga mencintaiku?”

Keenan bersedekap, menatap Celia dengan dingin, “Karena mencintaiku? Aku tidak percaya.” Lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan jijik, “Kau melakukan kebohongan ini ketika kau masih bersama Azka. Jelas sekali bahwa kau berpura-pura lumpuh bukan karena mencintaiku, tetapi karena keegoisanmu ingin memanfaatkan rasa bersalah Azka, karena obsesimu untuk memiliki Azka.”

“Ya. Aku memang melakukannya!” Celia berteriak dengan frustrasi karena dia sudah kepalang basah, “Tetapi itu semua sudah tidak penting lagi. Kau mencintaiku dan aku mencintaimu. Tidakkah ini membuatmu bahagia? Aku yang bisa berjalan disisimu dan membuatmu bangga? Kita saling mencintai bukan, Keenan?” Celia mulai gemetaran, “Kita akan menikah dan berbahagia kan Keenan? Aku akan memilikimu, bukan?”

Keenan mencibir, “Kau hanya bisa memilikiku dalam mimpimu Celia.” Lalu lelaki itu melemparkan bom kejam itu kepada Celia, “Aku sama sekali tidak pernah mencintaimu. Aku melamarmu dan sebagainya karena ingin melepaskan Azka dari cengkeraman perempuan licik sepertimu. Kakakku itu terlalu baik hati untuk menyingkirkanmu secara langsung dan kau memanfaatkan kebaikan hatinya tanpa tahu malu. Sekarang kau harus menyingkir dari kehidupan kami, Celia.”

Air mata meleleh dari wajah Celia, dia menatap Keenan dengan shock dan sedih, “Kau tidak akan melakukannya kepadaku kan Keenan? Aku mencintaimu!!”

Keenan memalingkan mukanya dan berdiri, “Pergilah Celia sebelum aku marah dan lebih mempermalukanmu lagi. Kau dan keluargamu telah menipu kami. Aku dan kakakku bisa saja melakukan pembalasan kejam kepadamu dan keluargamu, tetapi kalau kau menyingkir sekarang, kami tidak akan melakukannya.”

“Keenan....” Celia berusaha memanggil dan memohon, tetapi wajah Keenan tampak dingin dan penuh kebencian.

“Supir di luar akan mengantarmu pulang, kau bisa mendorong kursi roda itu sendiri bukan?” Lelaki itu melirik Celia dengan tatapan merendahkan. “Dan omong-omong, cincin itu bisa kau tinggalkan sebelum pergi.”

Lalu Keenan melenggang pergi, meninggalkan Celia yang berdiri dan menangis histeris memanggil-manggil namanya.
⧫⧫⧫

Azka berada di ruangan kerjanya yang berdinding kaca, mengamati semua kejadian itu. Ketika akhirnya Celia pergi ke luar dengan di antar Albert yang membantu mendorong kursi rodanya, menuju sopir dan mobil yang sudah menunggu, Azka memejamkan matanya dengan lega.

Selesailah sudah.

Tubuhnya menegang selama mengawasi Keenan datang dan mengajak Celia makan malam. Dia takut rencana mereka tidak akan berhasil, dia takut bahwa kopi itu akan menumpahi Celia yang memilih tidak bergerak dari kursi rodanya dan melukainya. Mereka mengambil resiko yang cukup besar dengan rencana ini. Dan itu semua sepadan. Celia sudah pergi dari kehidupan mereka selamanya. Dia dengan rencana licik egoisnya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mengganggu kehidupannya.

Azka melangkah mundur dan langsung menghubungi Sani. Suara Sani yang menyahut lembut di seberang sana langsung menyejukkan perasaanya.

“Hallo?”

Azka tersenyum, “Semua sudah selesai, Sayang. Aku akan segera kesana.”
⧫⧫⧫

Azka melihat Keenan yang sedang bercanda dengan Albert di bar ketika dia menuruni tangga. Dia mendekati mereka.

“Hai kak.” Senyum Keenan tampak lebar, “Kau melihatnya tadi?”

Azka menganggukkan kepalanya, “Terimakasih Keenan, kau membuat semuanya menjadi mudah untukku.”

“Aku akan mengirimkan tagihannya nanti.” Keenan mengedipkan sebelah matanya menggoda, “Mungkin aku akan meminta makanan gratis di sini setiap hari sebagai bayarannya.”

Azka melemparkan tatapan mata mencela, “Silahkan kalau kau tidak tahu malu.” Lelaki itu lalu terkekeh, sebuah tawa yang terdengar menyenangkan karena sekarang hatinya benar-benar ringan, “Aku akan ke tempat Sani.”

Keenan dan Albert saling bertukar pandang dan tersenyum penuh arti ketika melihat Azka berjalan dengan sedikit tergesa dan penuh kebahagiaan keluar dari cafe. Pundaknya tampak tegak tanpa beban, seakan semua kesakitannya yang berat telah disingkirkan dari dirinya.
⧫⧫⧫

“Saat ini aku merasa begitu ringan.” Azka menatap Sani dan tersenyum lebar, “Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.”

Sani menatap kekasihnya yang tampak begitu bahagia itu dengan terharu. Azka memang telah menanggung beban berat begitu lama, karena menanggung beban demi kebahagiaan orang lain. Dan sekarang, lelaki itu layak untuk bahagia. Sani berjanji dalam hati dia akan membahagiakan Azka sebisanya. Sedapat mungkin untuk menebus segala beban dan penderitaan yang selama ini ditanggung oleh Azka.

Dengan senang dia memeluk Azka yang langsung membalas pelukannya dengan sayang. Lelaki itu mengecup dahinya dan menatapnya lembut,

“Terimakasih Sani.” Bisiknya penuh cinta,

“Untuk apa?’

“Karena  muncul di hidupku dan mengubah segalanya untukku. Kau membuatku berani melanggar semua prinsipku dan mengejar kebahagiaanku. Kau memberiku kebahagiaan yang dulu bahkan tidak pernah berani aku impikan.” Mata Azka berkaca-kaca, lelaki itu mengungkapkan perasaannya dengan sepenuh hatinya.

Mata Sani sendiri terasa panas, menyadari betapa besarnya cinta yang diberikan Azka kepadanya. Lelaki ini benar-benar tulus kepadanya sejak awal, seorang lelaki yang dipenuhi kebaikan hati yang luar biasa. Dan Sani memilikinya, mereka saling memiliki.

“Aku mencintaimu Azka.” Sani berbisik pelan, menutup matanya yang penuh air mata, membiarkan kekasihnya itu mengecup sudut matanya yang basah, lalu dahinya, lalu ujung hidungnya dan kemudian bibirnya. Mereka berciuman dengan penuh cinta kemudian, bibir mereka bertaut mencicipi kemanisan satu sama lain.

Ketika Azka mengangkat kepalanya dia menatap Sani dengan serius,

“Kurasa aku tidak ingin berlama-lama lagi,”

“Berlama-lama untuk apa?” Sani mendongak, menatap Azka dengan penuh ingin tahu,

“Untuk menikah.” Lelaki itu mengeluarkan kotak cincin di saku celananya dengan gugup, “Aku.. eh aku membelinya sejak kemarin... “

Sani tertegun, kotak itu sudah pasti sebuah cincin, dan itu berarti Azka melamarnya. Dia tidak menyangka Azka akan melakukannya secepat itu. Tetapi apalagi yang perlu ditunggu? Mereka sangat pas bersama, mereka saling melengkapi satu sama lain, dan mereka sangat bahagia bersama.

Mata Sani kembali basah oleh air mata ketika Azka membuka kotak cincin itu dan berbisik parau kepada Sani,

“Maukah kau menikahiku sayang? Maukah kau menjadi yang pertama kulihat ketika bangun di pagi hari, dan menjadi yang terakhir kupeluk ketika aku menutup mata di malam hari?”

Tentu saja Sani mau, dia menganggukkan kepalanya, tidak mampu berkata-kata karena perasaan bahagia yang membuncah memenuhi rongga dadanya. Sani menganggukkan kepalanya sambil berurai air mata, dan Azka mengecup dahinya dengan lembut,

Lelaki itu lalu memasangkan cincin itu di jari manis Sani dan memeluk kekasihnya erat-erat. Rasanya tidak ada yang lebih membahagiakan daripada memeluk sang pujaan hati dalam rengkuhan lengannya, menyadari bahwa mereka akan bersama selamanya, menjelang hari demi hari sambil bergandengan tangan.

The end


37 komentar:

  1. Balasan
    1. halo sayaang maafkan akuu lama sekali ga online T__T
      semoga menikmati yaah hehehe

      Hapus
  2. sayang kurang sadis tuhh ke celia >.< udah nipu berapa lama cuma digituin doank sama si keenan, happy end sani & azka ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. xixixixi iya juga yah, enaknya kita apain yah celia ini hehehehe
      :D

      Hapus
  3. Balasan
    1. halooo sayaaaang whuaaa maapkan akuu lama postingnyaa huhuhuhu

      Hapus
  4. mbak novel nya udah keluar blm? Aku mau beli :DD

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang mana sayaang hehehe semua sudah ada sayaang cari di nulisbuku.com search santhy agatha
      nanti pesannya bisa email langsung ke admin@nulisbuku.com dear :))

      Hapus
    2. sipoke mbak :) aku mau pesen yg Perjanjian hati :) tpi mbak, gak ada buku yg dijual lsng di gramedia yah? Harus beli online gtu mbak?

      Hapus
  5. Wawwwwwww,,, kereeeeeeennn,, rasaiin tuh celia,,,, kena kn akibatx,,,

    BalasHapus
  6. Azka.....dirimu tidak dingin
    dirimu romantis bgt....mau donk
    mksh mba shan...jd aku tunggu yg lainny
    sambil duduk manis dn melipat tangan di meja

    BalasHapus
  7. Sbenernya qu pengen celia mati kecelaka'an. . Biar kapok tU anak.

    BalasHapus
  8. aahh. . . seneng bgt sama akhir critany. . .
    thanx k'santhy. . . semangat untuk terus melahirkan. . . cerita2 romansa yg keren2. :)

    BalasHapus
  9. senengnya akhirnya Sani dan Azka bisa bener2 bersama, dan Keenan bisa terlepas dari mangsanya Celia. Seneng juga waktu ngeliat Celia dibuat matiku dengan rencana Keenan dalam membuka kedok kebohongannya. jujur aku pengen banget Celia beneran kena siraman Kopi panas, sebagai hukuman karena udah menjerat Azka selama ini.

    mba Santhy kan semua cerita udah berending Bahagia. apa setelah ini akan ada cerita cinta yang romantis lagi. aku pengen bisa baca karya2 mba santhy yang lainnya. sejak membaca ARSAS aku udah menjadi Fans berat karya2 mba. aku tunggu kisah2 selanjutnya. makasih :D

    BalasHapus
  10. Mak shan...
    Kangen lho...
    Sehat selalu kan???

    Gak sabar nunggu karya slanjutnya mbak..

    Anyway..
    Thanks banyak2 bergoni2...

    #peluk hangat mbak shan

    BalasHapus
  11. " kau akan menjadi perempuan pertama yang kupuja di pagi hari ketika aku membuka mataku, dan menjadi yang terakhir kupeluk di malam hari ketika aku beranjak tidur.”

    wowo suka kata2 ini...
    happy ending :)

    tiap hari kerjaannya bukain blognya mb santhy hehe

    BalasHapus
  12. huaaa,,, tamaaattt... msih lumz ikhlas psah sm Azka...
    celia hrsny dkrjain lbih lg Mba San *dendam*
    xixixi....
    mksh Mba Santhyyy.....

    BalasHapus
  13. ngebayang.in kalo aq yang jadi sani,pasti bahagia deh *ngarep

    BalasHapus
  14. salam kenal mba santhy...ku mau tanya kapan cerita dating with the dark ada di portal novel,gak sabaran pengen bacanya, aku penggemar setia mu loh...

    BalasHapus
  15. trims mba...crta ya bgus...hepi end. so sweet de

    BalasHapus
  16. Kok kayak Θî paksakan gini Ўª ceritnya.. Ъќ>:/ sebagus part sebelumnya.. Azkanya ga dαρατ romatisnya.. Keenan prasaan ga prnh mggil kakak k azka.. Pkkx crtnya datar skali Θäπ Θî paksakan berakhir.. Kyak amatiran gitu loh..

    BalasHapus
  17. akhirnya di posting jga...
    mkasih mbk... happy Ending :)

    BalasHapus
  18. Hwuaaaaaa.... kangen sm mba Shanty....
    celia melas bgt sie...
    mba ada kisah cintanya kenan g????

    BalasHapus
  19. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  20. Makasih mbak Santhy, ceritanya bagus :)
    Dulu waktu mas Irawan ngelamar bilang apa mbak? Hehehehe #edisi kepo

    BalasHapus
  21. Makasih mbak Santhy, ceritanya bagus :)
    Dulu waktu mas Irawan ngelamar bilang apa mbak? Hehehehe #edisi kepo

    BalasHapus
  22. Aku pengen liat dia nikah mba... wkwks. Kebayang Azka gantengnya naujibilaah, wkwks.
    Makasih yaa mba, udh publish part ini :D

    BalasHapus
  23. Seneng akhirnya happy ending

    Makasih mbak santhy.....

    BalasHapus
  24. Aku sangat suka karya anda, mbak santhy.. Terimakasih sudah ngepost tulisan yang sangat bagus :)

    BalasHapus
  25. aku suka banget karya mbak santy......bener2 keren

    BalasHapus
  26. Huaaaaa bahagiannya diriku mbak ;') akhirnya mereka happy ending juga. Terima kasih mba santhy atas ceritamu yg amat sangat keren! :D

    BalasHapus
  27. woww awsome!
    unpredictable story. if i can make a story of love like you did mbaaaa.
    mengundangggg harapan bangett ini ceritanya :'D hahahaha

    BalasHapus
  28. haiii...aku baru nemuin nih blog + baca novelnya kemarin pas donlot ebooknya di android .
    trus q baca & akhirnya jatuh cinta cama ceritanya ...heheheh..
    gw suka bgt dehh novelnya.. :))
    maksih uadah nyedian ebook gratis + online..^^

    BalasHapus
  29. karya kak santhy agatha keren banget
    aku suka novel pembunuh cahaya, dating with the dark dan sleep with the devil..
    ceritanya ada unsur misteri, teka-teki dan bumbu yang bikin novel ini bercita rasa tinggi kisah cinta didalamnya yang dramatis
    semoga kakak terus berkarya dengan gemilang...

    BalasHapus