Selasa, 23 April 2013

Suatu Hari di Tengah Hujan Deras


"Jangan sampai terlambat lagi." Nayla menatap Rendy dengan tatapan mata merajuk, "Kemarin aku bengong lama di halte dan sudah hampir digoda preman."

Rendy menatap Nayla menyesal, "Maafkan aku Nayla. Suer tidak akan telat jemput lagi." Dengan lucu lelaki itu menyilangkan jarinya di depan Nayla, meluruhkan seluruh kejengkelan Nayla dan membuatnya tidak bisa menahan senyum.

Rendy tersenyum juga ketika menyadari kemarahan Nayla sudah reda, "Sudah tidak marah lagi kan?"

Nayla menggelengkan kepalanya meskipun jengkel, siapa pula yang bisa marah lama-lama kepada Rendy? kekasihnya yang begitu baik hati dan lembut? Nayla tidak akan tega marah kepada Rendy lama-lama. Meskipun semalam Rendy sudah begitu keterlaluan kepadanya. Bayangkan, lelaki itu terlambat menjemputnya dua jam! Hampir dua jam Nayla menunggu sepulang dari tempat kerjanya di sebuah departement store yang buka sampai jam sembilan malam. Sebenarnya setelah satu jam menunggu, Nayla sudah hendak menghentikan taxi, tetapi kemudian dia merasa ragu dan takut, sudah jam sepuluh lebih dan dia sendirian, berita-berita tentang berbagai tindakan kriminal di atas taxi yang menimpa perempuan yang sedang sendirian terasa menakutkannya. Pada akhirnya, Nayla memutuskan untuk menunggu, sambil berusaha menghubungi telepon Randy yang tidak aktif. 

Dan kemudian Randy baru muncul pukul setengah sebelas malam, dengan wajah pucat dan cemas luar biasa.

Lelaki itu bilang dia ketiduran. Ketiduran! ya ampun, Nayla benar-benar kesal malam itu sampai-sampai dia tidak mampu berkata apa-apa hanya menatap Rendy dengan marah, dan tidak membalas ucapan-ucapan permintaan maaf dari lelaki itu.

Tetapi kemudian lelaki itu datang pagi-pagi sekali keesokan harinya, dan seperti biasanya berhasil mengambil hati mamanya untuk membujuknya supaya turun dan menemui Rendy. Dan seperti biasanya, Rendy berhasil meluluhkan hatinya, mereka berbaikan lagi.

Dan pagi itu ketika Rendy mengantarkannya ke tempat kerjanya seperti biasanya, Nayla berkali-kali berpesan kepada Rendy supaya jangan terlambat datang.

"Kalau sampai kau terlambat datang, lebih baik kita tidak usah bertemu lagi selamanya!" gumam Nayla dengan tatapan mengancam.

Rendy mengangkat alisnya lagi dengan gerakan khasnya, "Selamanya?" dia terkekeh, seperti biasa menganggap remeh ancaman Nayla karena tidak pernah terwujud.  Nayla tidak mungkin marah lama-lama kepada Rendy. Cinta Nayla begitu besar kepada lelaki itu, begitupun sebaliknya, meskipun Rendy kadang teledor dan terlalu cuek karena pembawaannya memang begitu.

"Selamanya." Nayla berusaha serius, menatap Rendy dengan tatapan tajam, "Malam ini kesempatan terakhirmu."

Rendy menganggukkan kepalanya sambil tersenyum meluluhkan hati, "Oke tuan puteri, aku akan menunggu di sini nanti malam, bahkan sebelum kau keluar dari tempat kerjamu."

***

Ternyata omongan lelaki memang tidak bisa dipegang. Nayla menggigit bibirnya yang gemetar, menahankan tangisannya. Hujan  turun dengan derasnya mengguyur tubuhnya, tetapi Nayla tidak peduli. Dia tetap berdiri di pinggir jalan, menatap ujung jalan yang lengang karena orang yang dinantinya tak kunjung datang. Dan Nayla terlalu marah untuk berteduh, pikiran bawah sadarnya menyuruhnya untuk membiarkan dirinya kehujanan, syukur-syukur dia sakit keesokan harinya, jadi dia bisa menyalahkan Rendy dan membuat lelaki itu benar-benar menyesal esok pagi.

Teganya Rendy! Malam ini dia membuat Nayla menunggu lagi, bahkan ini sudah lebih dari dua jam lamanya Nayla menunggu, hampir sama seperti kemarin. Nayla berusaha menghubungi ponsel Rendy, tetapi ponsel itu tidak aktif, hal itu benar-benar membuat Nayla marah, Rendy pasti ketiduran seperti semalam!

Oh astaga! Lama-lama kesabaran Nayla habis kalau harus terus-terusan menghadapi keteledoran dan ketidakpedulian lelaki itu. Nayla sudah berusaha bersabar selama ini, tetapi dia sudah tidak tahan lagi, apalagi sama sekali tidak tampak ada niat dari Rendy untuk berubah.

Dengan penuh emosi, dia menundukkan kepalanya, melindungi ponselnya dari guyuran hujan yang menerpa kepalanya,

== Kau memang jahat! Lelaki paling jahat dan paling tidak pedulian di dunia! Aku benci kamu! Benci sekali! Kita putus! Aku bahagia tidak usah bertemu denganmu lagi selamanya! ==

Kemudian Nayla menekan tombol sent dan menggeram kesal karena pesannya pending. Yah setidaknya lelaki itu akan membacanya ketika bangun nanti, dan Nayla bertekad tidak akan menyerah kepada permintaan maaf Rendy lagi. Cukup sudah! Kesabaran manusia ada batasnya!

Setelah mengirimkan sms itu, Nayla berjalan menembus hujan berusaha mencari taxi. Sampai kemudian dia melihat sebuah mobil mendekat, dia mengenali mobil itu. Itu mobil orangtua Rendy, kenapa Rendy datang memakai mobil? biasanya lelaki itu akan menjemputnya dengan motor kesayangannya.

Tetapi bagaimanapun juga, tidak akan ada maaf untuk lelaki itu. Enak saja datang menjemputnya setelah terlambat dua jam dan membiarkannya kehujanan!

Nayla sudah bersiap untuk menyemprot Rendy dengan kemarahannya, ketika mobil itu berhenti di depannya,  pintu terbuka dan yang keluar bukanlah Rendy melainkan Kak Aldo, kakak Rendy.

"Kak Aldo?" semua kata-kata yang hendak tertumpah dari mulut Nayla terhenti seketika, dia menatap kak Aldo dengan kebingungan, kenapa malahan kak Aldo yang datang kemari? dimana Rendy?

"Nayla." Kak Aldo menatap Nayla dengan tatapan sedih, matanya berkaca-kaca, "Maafkan aku baru menjemputmu, aku... aku baru tahu kalau kau menunggu Rendy di sini."

"Maksud kakak?" Nayla kebingungan, tiba-tiba sebuah firasat menyergapnya, "Dimana Rendy?"

"Rendy mengalami kecelakaan tiga jam lalu Nayla... kami semua menungguinya di rumah sakit, dia sempat sadar sejenak dan kata-kata terakhirnya adalah  "Menjemput Nayla.", aku baru menyadari bahwa sebelum kecelakaan, dia sedang dalam perjalanan menjemputmu."

Kaki Nayla berusaha bergetar, dia mencoba menelaah penjelasan kak Aldo, "Maksud kak Aldo?" Apa maksud kak Aldo dengan 'kata-kata terakhir'? apakah.....tidak! Nayla menggelengkan kepalanya, "Apakah Rendy ada di rumah sakit?"

Aldo menatap Nayla dengan pedih, menyadari bahwa dia akan menghancurkan hati Nayla... kekasih adiknya.

"Rendy sudah meninggal Nayla.... kami sudah mengambil jenazahnya dari rumah sakit, untuk diistirahatkan di rumah sebelum dimakamkan besok." Lelaki itu dengan sigap menahan pundak Nayla yang mulai limbung, hujan deras masih mengguyur tubuh mereka, tetapi mereka berdua bahkan tidak memperhatikannya, "Ayo Nayla." Aldo bergumam lembut sekali lagi ketika Nayla hanya berdiri di sana dengan wajah shock dan pucat pasi, "Kita pulang ke rumah. Aku sudah menghubungi ayah dan ibumu, mereka juga ada di sana, ayo kita mendoakan Rendy sama-sama."

Seketika itu juga, Nayla kehilangan ketegarannya dan air matanya mengalir, jebol bagaikan air bah. Hatinya hancur berkeping-keping dan penyesalan menyeruak ke dalam jiwanya yang perih, Nayla mengingat sms kasar yang barusan dikirimkannya di saat mungkin kekasihnya sedang meregang nyawa....di saat kata-kata terakhir kekasihnya adalah ingin menjemputnya.....

Rendy tidak terlambat menjemputnya malam ini, kekasihnya menepati janji.

Oh Astaga... Rendy... Rendynya... kekasihnya yang baik hati telah tiada untuk selamanya.....

Tubuh Nayla langsung limbung jatuh tak sadarkan diri.

Masih teringat jelas di benak Nayla percakapan mereka tadi pagi....


"Kalau sampai kau terlambat datang, lebih baik kita tidak usah bertemu lagi selamanya!" gumam Nayla dengan tatapan mengancam.

Rendy mengangkat alisnya lagi dengan gerakan khasnya, "Selamanya?"


Ternyata memang selamanya...... 


END




26 komentar:

  1. Jd merinding bca jam 1,37.mksh mbak santhy

    BalasHapus
  2. hyaaaa~~ nyesek bacanya >.<

    btw..kak, e-mail dari aku belum kakak baca yah ? ._.

    BalasHapus
  3. Pagi2 di bikin nangis sama mb Santhy :'(

    BalasHapus
  4. kata kata itu seperti doa...mudah2an kita selalu bisa menjaga ucapan.

    BalasHapus
  5. Luluh lantak mba bacanya x_x thanks mba sansan

    BalasHapus
  6. Luluh lantak mba bacanya x_x thanks mba sansan

    BalasHapus
  7. sumpeh mrinding bacanya
    mbak santhy pagi" dah bikin saya nangis huhu
    tanggung jawab mbak heheheheh

    makasih mbak santhy

    BalasHapus
  8. hmm meskipun bisa nebak endingnya gmn, tapi tetep menyentuh

    BalasHapus
  9. Huaaa nyeseeek :'(

    Makasih mbak santhy :)

    BalasHapus
  10. Huhuhuhu mb saann
    Sedih banget ih
    Nyeseeeekkkk
    :'(

    BalasHapus
  11. ya ampunnn sedih bgt ceritanya,,,jadi merinding.

    Thankz ya mba shan :)

    BalasHapus
  12. jadi pelajaran buat kita biar berhati" dalam berucap, kita tidak tahu kata" yg kita anggap main" bisa jadi kenyataan, penyesalan tak terkira buat nayla :(

    BalasHapus
  13. Sdih bgt sih mbak..:'(
    Mbak lgi galau ya? Smpe bwt cerpen galau gni.. Hiks

    BalasHapus
  14. Dah lama kok gak update,,, kangen sama menghitung hujan,,, :)

    BalasHapus
  15. OMG! Aq merinding bacanya.ada pepatah nih "ucapan mu adalah doaku" jd hrs hati2 dalam berucap.
    Makasih mba santhy.. love u full :D

    BalasHapus
  16. Duh..aku benci Sad ending!!! Cerpen ini mengingatkan Q ma tunanganQ yg kalo janjian selalu ngaret.
    ( Salam kenal mbak Shanty. Q pengemar mbak low)

    BalasHapus
  17. hiks hiks hiks :'(
    Mba saaaaan tanggung jawab bkin aq nangis T.T
    Sedih :(

    Jdi hrus jaga2 ucpan, jgn smp melontarkan ucpan yg negatif.

    BalasHapus