Sabtu, 13 Oktober 2012

Catatan Terahkir Untuk Mas Irwan



Irwan memasukkan pakaian terahkirnya ke dalam tas, lalu menutup resleting tas itu sambil menarik napas panjang. Dia berdiri, membawa tas itu dan hendak melangkah pergi ketika langkahnya terhenti, tangannya terpaku berat di pegangan pintu.

Sekali lagi mendesah, Irwan memutar tubuhnya dan menatap ke sekeliling ruangan mungil berukuran tiga kali empat itu. Setiap detail ditatapnya dan disimpannya dalam-dalam ke dalam ingatannya.

Tidak akan pernah dia lupakan. Tidak akan pernah dia lupakan masa-masa dimana dia mendapatkan pelajaran baru, bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dengan sederhana, dalam ruangan mungil yang penuh berisi cinta..... dan juga perempuan yang dicintainya.

Amara, perempuan itu sekarang tidak ada di sini, tidak kuat menahankan perpisahan, katanya. Jadi pemilik hatinya itu memilih pergi menjauh, supaya yang terkenang di saat terahkirnya hanyalah momen mereka berpelukan bersama, bukan momen ketika irwan melangkah pergi dengan tas pakaian di tangannya, lalu menghilang di balik pintu.

Tiba-tiba mata irwan tertumbuk pada sebuah buku catatan di atas bantal. Dia tidak pernah melihat buku itu sebelumnya, dan itu menarik perhatiannya.Dengan hati-hati diletakkannya tas itu, lalu melangkah menuju tempat tidur, duduk di tepi ranjang dan meraih catatan itu.

Lembar pertama disingkapnya sedikit, ada tulisan Amara di situ, tulisannya yang khas dengan huruf-huruf rapi yang terjalin lurus. Sejenak Irwan merasa bersalah, seperti mengintip rahasia kekasih yang seharusnya tidak boleh dibaca, tetapi sebaris kata menarik perhatiannya. "Untuk Mas Irwan".
 
Dengan ragu dan gelisah Irwan membuka halaman pertama itu, demi menemukan tulisan panjang yang sepertinya khusus dibuat Amara untuk dibacanya, senyum Irwan tanpa sadar muncul di sudut bibirnya, Kekasihnya itu memang selalu lebih mudah mengungkapkan perasaannya dengan tulisan daripada dengan kata-kata. Segera Irwan terseret dalam nuansa halus jalinan kata yang disusun Amara.


============================================================

Bandung, 8 September 2011


Untuk Mas Irwan yang kusayangi,

Kalau mas sudah membaca ini, berarti kita sekarang sudah berada di tahap perpisahan yang selalu kita bicarakan itu ya. Tak apa- apa mas, jangan mencemaskan aku, aku sungguh baik-baik saja. Aku masih perempuan kuat yang kau cintai itu, yang terus berjalan menantang badai meski mas sudah nggak akan berada di sisiku lagi.

Aku menulis surat ini untuk mas Irwan semata-mata agar mas menyadari perasaanku, bahwa semua waktu demi waktu yang aku habiskan bersamamu, semua itu tidak pernah sia-sia. Setiap detik yang aku habiskan bersamamu itu semuanya penuh makna dan membahagiakan, sungguh anugerah Tuhan yang paling indah, yang pernah disisipkannya dalam hidupku yang singkat ini.

Kauingat ketika kita menyesap kopi pada pertemuan pertama kita? di sudut cafe remang-remang di tengah hari, saat aku memandang matamu dan menyadari ada jiwa yang indah di dalam sana. Atau mungkin di saat malam saat kita keluar berdua tanpa rencana? sebuah moment singkat penuh tawa yang menghangatkan hati.

Atau kesan mendalam yang kuresapi bersamamu, ketika kita duduk berdua beralaskan karpet kamarku, dengan secangkir kecil kopi di tangan masing-masing, ngobrol ngalor ngidul dengan semua tema beragam yang pernah ada, lalu tanpa sadar sudah menghabiskan waktu berjam-jam bersama hanya untuk berbicara. Aku tidak pernah merasa bosan bercakap-cakap denganmu, lama kemudian baru kusadari itu :)

Tapi yang paling aku ingat tentu saja saat dimana hatiku mulai bergetar ketika menatap matamu. Malam itu ketika mas Irwan dengan penuh perhatian datang sepulang kerjamu hanya demi menengokku, perempuan manja ini yang sedang sakit. Kehadiran mas Irwan terasa menentramkan jiwaku, dan usapan jemarimu yang lembut dikepalaku saat itu membuatku berpikir betapa beruntungnya perempuan yang boleh bersandar padamu.

Lalu malam berikutnya aku menguji hatiku sendiri, dengan meminta pelukmu, yang kemudian kau berikan tulus tanpa rencana. Pelukan paling memukau yang pernah kurasakan, karena tanpa nafsu, tanpa tendensi apapun. Sarat dengan kasih sayang dan pekat dengan keinginan untuk berbagi yang luar biasa tulus. Detik itulah aku menyadari bahwa aku mencintaimu Mas.

Lalu kebersamaan-kebersamaan kita terjalin begitu saja. Seperti kata orang, bagi dua orang yang saling mencintai, waktu mengalir tanpa rencana melebihi putaran bumi dan langit. Seperti itulah ketika tiba-tiba aku menyadari aku sudah terbenam begitu dalam ke pusaran kasih sayangmu yang tanpa batas. Mencintai sepenuh hati dengan seberani-beraninya hati yang pernah patah ini.

Tahukah mas Irwan, aku masih mengenang perasaan di malam-malam berharga itu, saat kita sama-sama berharap kita bisa menghabiskan malam bersama berpelukan, tetapi tidak bisa. Perasaan penuh harap yang indah itu masih kusimpan di sini, bahkan getarannya tetap terasa ketika aku memejamkan mata dan mencoba memutar balik waktu dalam otakku ini. Saat itu kita tidak diizinkan, tetapi yang namanya orang jatuh cinta, pasti ada cara, aku suka sekali keindahan ketika kita mencuri-curi waktu hanya untuk bisa berpelukan sampai pagi buta lalu terpisah lagi ( pasti mas Irwan mengerti apa maksudku )

Dan Tuhan memang Maha Baik, semoga Dia mengampuni kita, Dia memberikan kita kesempatan untuk menjalani hidup bersama, Kau kemudian secara harafiah menjadi orang terahkir yang kupeluk sebelum aku beranjak tidur di malam hari, dan menjadi orang pertama yang kuberi senyum ketika aku terbangun di pagi hari.

Pada mulanya aku takut hidup denganmu, aku tidak pernah berbagi kehidupan dengan orang lain. Aku takut semua kenikmatan penyendiriku musnah dengan kehadiranmu di sisiku. Tetapi ternyata aku salah, kau membuatku makin bahagia dengan membagi waktu pribadiku bersamamu. Kau membuatku ingin pulang cepat-cepat setiap harinya, karena tahu aku akan bertemu denganmu ketika pulang. Kau merubahku menjadi manusia yang senang berbagi, senang bersama. kau mengubahku menjadi manusia yang lebih baik. Lebih manusiawi. Terimakasih ya. :)

Hidup bersamamu sangat menyenangkan. Aku suka moment dimana kita berbaring dalam diam, dengan buku di tangan masing-masing, hening tetapi penuh pengertian yang pekat, aku suka moment dimana aku menatapmu yang sedang tertidur pulas dengan ekspresi polosmu yang seperti malaikat ( kau pasti tidak menyadarinya).

Aku suka moment dimana tanpa sadar kita saling mencari, bahkan hanya sekedar untuk mengaitkan jemari ketika tidur, seolah-olah kita tetap membutuhkan satu sama lain meskipun pikiran kita sedang terserap ke alam mimpi.

Aku suka moment ketika kita berbaring dalam kegelapan, saling mengungkapkan pemikiran-pemikiran absurd yang kita pikir hanya kita yang paham, membahas dari kehidupan sampai keTuhanan.

Aku suka merawatmu ketika kau sedang sakit dan merapuh, memeluk tubuhmu yang sedang demam sambil berdoa dalam hati untuk kesembuhanmu, Aku suka setiap detik yang kulewatkan bersamamu, setiap sentuhanmu, setiap suaramu, setiap helaan nafasmu, setiap tatapmu, aku tergila-gila dengan itu.

Aku mencintaimu. Mungkin sudah beribu-ribu kali kuungkapkan kepadamu. Tapi entah kenapa tidak ada cukup kata yang bisa mewakili perasaan cintaku yang membuncah untukmu. Tiga kata itu terasa terlalu sederhana untuk mewakili perasaanku yang begitu kompleks ini, mungkin karena itulah aku mengucapkannya berkali-kali sampai kau mungkin merasa bosan mendengarnya.

Aku mencintai segalamu, aku mencintai ketika kau kadang-kadang bisa sangat romantis, menatap mataku dalam-dalam lalu bergumam aku tak akan terganti. Aku mencintaimu ketika kau sedang begitu manja, seperti anak-anak yang merajuk kepada ibunya.

Aku mencintaimu ketika kau tiba-tiba menjadi begitu jahil, bertingkah begitu lucu yang bisa membuatku tertawa terbahak-bahak. AKu bahkan mencintaimu ketika kau marah padaku, ketika kau sedang berusaha menahan kesabaranmu atas sikapku, ketika kau menangis di pelukanku. Bahkan aku tetap mencintaimu ketika ada lapisan kebohongan putih yang terkuak di mataku darimu.

Aku mencintai baik dan burukmu, aku mencintai sakit dan bahagiamu, aku mencintai segalamu. Dan Cintaku ini bukan cinta biasa, karena aku tidak ingin menuntut apa-apa darimu. Hanya ingin mencintaimu sebanyak-banyaknya selagi aku diizinkan.

Lalu aku belajar untuk menjadi dewasa, bersamamu. Kau membimbingku dengan kedewasaan sikapmu. Aku tidak egois lagi, aku tidak keras kepala lagi. Aku tidak antipati lagi untuk meminta maaf, aku tidak sombong lagi. Semua itu aku dapat darimu, pribadi yang rendah hati dan begitu sabar menghadapi aku, kekasihmu yang kadang-kadang susah mengontrol emosi hati ini. Mungkin kau bahkan tidak menyadarinya betapa kau telah membaikkanku. Mungkin baru sekarang kau menyadarinya, tapi aku yakin kau bisa merasakannya.

Kita berdua pernah mengalami segala kebahagiaan sampai pada tingkat yang aku bahkan tidak berani membayangkannya sebelumnya. Kita berdua pernah juga mengalami badai yang bahkan sampai menimbulkan luka hati yang luar biasa dalam, yang kadangkala membuat mata ini tak henti-hentinya mengalirkan airmata kepedihan, Tetapi hebatnya, bersamamu, semua itu bisa kulalui dengan baik. Bersamamu aku lebih cepat menyembuhkan diri.

Tidak ada yang akan kusesali dari setiap detik yang aku habiskan bersamamu mas, tak ada. Semua begitu berharga, semua begitu luar biasa, semua begitu membaikkan. Di dalam hatiku yang paling dalam, jauh di sana, akan selalu ada saat-saat ini yang kusimpan dengan hati-hati layaknya mutiara berharga yang tak terganti. Kenangan antara aku, kamu dan kebersamaan kita.

Tetapi dari awal aku sudah tahu, bahagia kita ini ada tenggat waktunya. Kebersamaan kita ini adalah sesuatu yang salah.... aku tidak mau menyebutnya 'salah' karena aku tidak merasa ada yang salah antara dua hati yang saling mencintai.

Mungkin aku akan menyebutnya kebersamaan yang terlarang? Ah tidak, aku tidak mau menggunakan kata 'terlarang' seolah-olah kebersamaan kita itu suatu dosa yang menjijikkan. AKu akan menyebut kebersamaan kita sebagai sesuatu yang tidak diizinkan. Kau bukan lelaki yang bebas. Aku tahu itu dari awal, dan dengan egoisnya aku tidak peduli.

Tetapi sekarang mungkin sudah waktuku untuk peduli. AKu mencintaimu. tetapi aku tidak akan bisa bertahan bila terus begini. Kadangkala hatiku menangis mas, karena aku tidak bisa mengakuimu, dan kamu tidak bisa mengakuiku.

Kadangkala hatiku pedih mas, karena aku merasa seperti perempuan murahan yang mengemis cinta dari lelaki yang sudah beristri, Kadangkala hatiku hancur mas, membayangkan kebersamaanmu dengan isterimu itu saat kau sedang tidak disampingku, dan kesakitan itu kadang aku lampiaskan kepadamu dengan kecemburuan tidak masuk akal dan kemurungan tiba-tiba - yang tentu saja selalu kauhadapi dengan kesabaran dan penerimaan yang luar biasa.

Aku takut jika aku terus begini, perlahan-lahan cinta yang kurasakan berkobar-kobar padamu itu perlahan padam, digantikan oleh kebencian. Benci karena kau tidak memilihku, benci karena kau tidak memperjuangkanku, benci karena kau milikku tetapi aku harus rela membagimu dengan isterimu, benci karena aku tidak berhak atasmu, benci karena sepertinya hanya aku yang punya keinginan memilikimu tapi kamu tidak sebaliknya.

Benci karena melihatmu memakai cincin bertuliskan nama perempuan itu di jari manismu, Benci karena selalu meragu apakah kau mencintaiku atau aku mungkin hanya pelarian sesaat atas kecewamu pada perempuan lain. Aku takut mas, harap kau paham dengan keputusanku ini. Jika bisa, jika mungkin, aku ingin mengahkirinya selagi semuanya membahagiakan.

Tetapi ingin kukatakan kepadamu aku mengerti. Aku mengerti kenapa kau tidak bisa meninggalkan isterimu untuk bersamaku. Dia wanita hebat pilihan ibumu, dan kau adalah anak paling berbakti yang pernah aku kenal di dunia ini. Aku mengerti bagaimana kita mencintai orang tua dan ingin menjalankan amanat sebaik-baiknya.

Lagipula dia yang lebih berhak atasmu, dia memilikimu, dia memakai cincinmu di jarinya, dan begitu juga sebaliknya, menyatakan klaim bahwa kalian saling memiliki. Dan dia adalah wanita yang dulunya, bahkan sampai sekarang masih amat sangat kau cintai, yang aku yakin juga bisa membahagiakan hatimu selain diriku .

Aku mengerti mas. meskipun aku sebagai manusia tidak pernah bisa menahan impian untuk menjadi milikmu, bermimpi aku bisa meneriakkan bahwa aku berhak atasmu, bermimpi bahwa aku bisa memakai cincin bertuliskan namamu di jariku begitu pula sebaliknya mengikatkan cincin tanda kepemilikanku di jarimu, bermimpi akan ada saat-saat pertama dimana aku bisa mempersembahkan kepadamu kehormatan yang selama ini kujaga baik-baik hanya untukmu sebagai suamiku,

Bemimpi betapa bahagianya jika aku bisa mengandung anak-anakmu lalu mensyukuri indahnya ada bagian dirimu yang tumbuh di dalam perutku, bermimpi bisa menggenggam tanganmu saat aku kesakitan ketika melahirkan anak pertama kita kedunia lalu berpelukan penuh airmata haru ketika mendengar tangisan pertama anak kita, bermimpi selalu berjalinan tangan denganmu dalam susah dan senang, dan saling berjanji akan membesarkan anak-anak yang kita miliki dengan penuh cinta dan tanggung jawab sebagai orangtua. bermimpi bisa menua bersamamu dan jika aku beruntung, bisa menghembuskan nafas terahkirku di pelukanmu. 

Itu mimpiku. Tapi aku sudah sampai pada suatu tahap menyadari bahwa manusia tidak selalu bisa mendapatkan apa yang diimpikannya. Dulu aku pernah berharap bahwa akulah puteri dalam cerita dongeng yang berahkir indah itu,ternyata memang bukan aku. AKu sudah terima.

Lagipula aku juga mengerti bahwa bukan hanya aku yang kesakitan di sini. Kau juga sakit, kau juga pedih menahan rasamu, aku mengerti rasanya mas. Seandainya bisa kurenggut pedihmu itu dan kubebankan ke pundakku untuk kutanggung sendiri. Tapi aku tak mampu. Kau pedih, aku pedih. Kita sama-sama pedih. Kepedihan yang dibalut kebahagiaan karena saling mencintai.

Karena itu izinkanlah aku pergi sambil membawa kenangan tentangmu. Aku sudah menyerah berharap padamu. Harapan itu dulu pernah ada, pernah bertumbuh dan kupelihara dalam diam. Tetapi insiden di suatu malam itu membuatku menyadari sesuatu, bahwa mungkin kau tidak merasakan hal yang sama padaku, bahwa mungkin aku sedang berharap sendirian dan kau tidak. bahwa aku tidak mungkin punya harapan mendapat tempat dalam kehidupanmu saat ini, atau bahkan nanti.

Aku lalu mematikan harapanku pelan-pelan. Tetap mencintaimu dan bersedia mencurahkan cintaku selagi bisa, tetapi tak pernah lagi berharap. Semua impianku untuk memilikimu sudah kupadamkan meskipun siraman airnya bagaikan air garam yang membasahi luka hatiku yang makin bernanah ini.

Maafkan aku memutuskan semua hubungan yang ada di antara kita dengan tiba-tiba ini. Aku hanya ingin semuanya mudah untukmu. Kau tidak akan pernah bertemu denganku lagi, entah di dunia nyata, entah di dunia maya.

Aku akan menghilang dari hidupmu. Akan kuhapus diriku sendiri bahkan yang tersisa sekecil-kecilnya dari seluruh kehidupanmu. Buanglah aku dari sana, anggap saja aku sedikit makna yang pernah diberikan Tuhan pada hidupmu. Terimakasih atas setiap detik, setiap helaan nafas, setiap waktu yang kau bagi bersamaku. Bahagialah dengan isterimu, dengan anak-anak kalian nanti. Bahagialah terus, selamanya. sampai nanti

Dalam setiap helaan nafasku akan kuhembuskan doa sepenuh hati, semoga kau bahagia mas Irwan, semoga... dan selalu.

Mencintaimu Selalu,
Amara

=============================================================
Irwan mengusap bening yang mengalir di sudut matanya. Dadanya terasa sesak oleh rasa haru, rasa cinta yang sekaligus digurati oleh keperihan menyengat. Dengan lunglai dia berdiri, masih mendekap buku catatan itu di dadanya. lalu melangkah bangkit dari pinggiran ranjang. Ditatapnya tas-nya yang penuh dengan pakaiannya, lalu dengan haru dimasukkannya buku catatan dari Amara itu kesana.

Sekali lagi Irwan berdiri terpaku menatap setiap detail yang ada di ruangan itu. Semua kenangan itu berputar-putar di kepalanya. Kenangan indah bersama sang pemilik hatinya di ruangan kecil itu, tempat mereka melewatkan waktu berdua dalam bahagia. Dengan pilu Irwan memejamkan mata.

"Aku mencintaimu Amara, dengan caraku sendiri, kuharap kau mengerti",

dalam benaknya terbayang senyum penuh pengertian Amara untuknya, dan hatinya dibanjiri oleh perasaan hangat yang luar biasa. Dibukanya matanya, sekali lagi dia menarik nafas panjang, lalu dengan enggan dia melangkah meraih handle pintu,

"Selamat tinggal Amara, selamat tinggal pemilik hatiku"

Irwan membuka pintu kamar itu dan melangkah keluar, menutup pintu dibelakangnya dan melangkah gontai menuju mobilnya yang diparkir di pelataran. Sekejap kemudian hp-nya bergetar, dan otomatis Irwan meraihnya, dibacanya pesan singkat yang tertulis di sana.

-Ayah, Nanti malam pulang telat lagi nggak? kalau enggak Bunda boleh minta dijemput jam lima?-

Dari isterinya.

Irwan mendesah, lalu membalas pesan singkat itu.

-Enggak Bunda. Ayah sudah tidak akan lembur lagi. Ayah akan selalu pulang cepat mulai saat ini. Nanti Ayah jemput ya jam lima.-

Di kliknya tombol Send, dan memasukkan hp itu ke kantongnya.

*******


Senja nan muram di temaramnya hari, ketika mobil putih itu berjalan pergi, menghilang di tikungan jalan. Sebuah mata mengamati dari tempat tersembunyi, mata perempuan yang penuh air mata tapi berjuang tegar demi kekasihnya, menikmati saat-saat terahkir dia bisa melihat pria yang paling dicintainya itu.

"Bahagialah mas, bahagialah.... ", demikianlah sebuah harapan singkat terjalin dalam doa Amara yang sepenuh hati.


Selesai

26 komentar:

  1. mba ga diterusin nii?? km sll membuatqu menangis :((

    BalasHapus
  2. iya ada terusannya..dan happy ending hehehe, tunggu yaa

    BalasHapus
  3. mba....tanggung jawab nih,abis baca,aku meweknya ga brenti2 hiks2... :"(
    endingnya gimana mba *kepo*

    BalasHapus
    Balasan
    1. endingnya happy ending kok :) heeee baru dalam proses pembuatan. nanti pasti diposting ;)

      Hapus
  4. hiks hiks . . malam minggu kelabu de.. #mewek#

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaa jangaaan, hiks maafkan akuu..
      ini ayro yang namanya ganteng itu yah? *otomatis langsung genit* hihihihi

      Hapus
  5. Haduh, kenapa cerita selingkuh (lagi) sih... Saya nggak suka perselingkuhan.. Tapi karena tulisannya menarik, saya tetap baca sampe akhir..
    Kenapa bisa terjadi perselingkuhan.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi tp dibaca juga yah
      iya faril, biasanya kita kan mengungkap sisi perselingkuhan dari sang isteri
      nah aku pingin mengungkap dr sisi kekasih gelapnya ini
      mala lahirlah cerpen ini ;)

      Hapus
    2. iya dibaca sampe akhir karena baru tau kalo ini cerita perselingkuhan di akhir sih..
      Emang jos kamu bikin cerita. Cerita di blog ini udah jadi dalam bentuk buku?

      Hapus
    3. @faril :
      kalo yang cerpen ini belum ada bukunya, nanti kalo dah dikumpulin semua, rencananya mau dibuat 1 buku kumpulan cerpen ;)
      Heee makasih Farill :) padahal inti ceritanya dr sebuah surat yah ;D

      Hapus
  6. awalnya g mw nangis tpi lama kelamaan air matanya ngalir sendiri, mba santhy bikin aku nangis hikss hikss hikss....
    lanjutannya segera y mba, hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heee iya Fathy, kebiasaan aku kalo bikin cerpen beginian pasti sambil nangis hiks, ini salah satu percobaan mengambil sudut pandang bukan dari sang isteri tp dr sang 'wanita kedua' :)

      Hapus
  7. Mba yg ngarang aja nangis apalgi kita yg baca? hehehehe
    mereka yg menjadi org kedua biasanya menjadi org yg disalahkan akibat dari rusaknya hubungan rumah tangga org lain padahal kan blom tentu...
    tak da wanita yg ingin melihat wanita lain hancur,,, hiks hiks hiks....
    ngalir lagi deh air matanya.... :"(

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul setuju banget, kadang penghakiman pada orang ke dua itu pasti terjadi, karena dianggap merusak sesuatu yg sudah terjalin baik
      *bukannya aku mendukung perusak sesuatu yg sudah terjalin baik ya* heeee
      tapi kadangkala ada kisah2 tersendiri, dimana menjadi orang kedua itu kadang juga menyedihkan, karena cinta bisa datang kapan saja, kepada siapa saja :)
      seperti pepatah, jika kau mencintai orang yang sudah dimiliki orang lain, maka hanya ada dua pilihan, larilah sejauh mungkin, atau cintailah tanpa mengharapkan apapun, maka Allah yang akan menunjukkan jalan :)

      Hapus
    2. ya mba... bagaimanapun kita hidup dengan culture kalo orang kedualah yg salah apalagi kalo cewe yg jd org kedua, betapa jeleknya mereka dimata masyarakat tpi apapun tanggepan mereka, kita cuma bisa menghargainya aja mba, g bisa menyalahkan apapun penilaian dari mereka...
      berdoa untuk orang2 yg mempunyai masalah seperti cerpen mba, smoga mereka diberikan yang terbaik sama ALLAH :))

      Hapus
    3. @fathy : betul fathy,,,, amiiin doanya, semoga dilema sebuah cinta segitiga akan menemukan jalannya pada ahkirnya, mungkin hikmahnya, jika berpasrah sama Allah, semua jalan sebenarnya sudah disiapkan :)

      Hapus
  8. Mba... nangiiissss.... kenapa begini ceritanya??huaaaaaaaa
    lanjutannya harus happy ending mba... kasian Amara
    tapi jangan-jangan lanjutannya ntar bukan nyeritain ttg bagaimana Amara setelah Irwan pergi.. tapi tentang istri nya Irwan yang ditinggal selingkuh sama Irwan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ariniiii.... sebenarnya ide lanjutan cerita ini tertuang dalam cerpen : Setelah sepuluh tahun :)
      sedih ya rin, kalau kita kadang menguak kisah dr sudut pandang perempuan kedua :)

      Hapus
  9. yah aku mewek trus kalo baca tulisan mbak santhy
    huuhuhuhu T_T

    BalasHapus
  10. hiks hiks mana ini terusannya T.T

    BalasHapus
  11. Mba ......
    Kmana dirimu....
    Lama nian perginya

    BalasHapus
  12. Mbak Santhy aku ketemu orang seperti Mas Irwan..saat membaca ini aku sedang memcarimu mbak merindukanmu

    BalasHapus