Celia
menunggu dengan cemas, Azka memang selalu terlambat datang tetapi dia tidak
pernah mengingkari janjinya. Kedua orang tuanya baru datang dari Paris, dan ini
adalah kali pertama mereka akan berkumpul untuk membicarakan persiapan
pernikahan mewah dan besar mereka yang rencananya akan dilaksanakan delapan
bulan lagi.
Dia
sudah berdandan secantik mungkin dan mulai gelisah karena ini sudah terlambat
hampir satu jam dari waktu yang dijanjikan, tetapi tidak ada kabar dari Azka.
Celia duduk di dekat jendela, menanti dengan cemas.
Lalu ketika mobil itu memasuki gerbang rumah, hampir saja Celia terlonjak bahagia dari duduknya, lupa kalau dia sedang berpura-pura lumpuh. Tidak ada yang tahu selain keluarganya, pelayan kepercayaan mereka di rumah ini, dan dokter pribadi mereka bahwa Celia sebenarnya sudah sembuh jauh di waktu lalu. Dia sudah bisa berjalan normal seperti biasanya. Diagnosa dokter waktu itu ternyata salah, dan kaki Celia tidak apa-apa.
Tetapi
kemudian dia memohon kepada kedua orangtuanya dan dokter mereka untuk
merahasiakannya dan membiarkan Azka tidak tahu. Kepada mereka diceritakannya
betapa takutnya dia kehilangan Azka kalau sampai Azka tahu bahwa dia baik-baik
saja. Yang dimilikinya dari Azka hanyalah rasa tanggung jawab lelaki itu
kepadanya, dan itu semua karena kakinya yang lumpuh.
Kalau
kakinya sudah tidak lumpuh lagi, maka tidak akan ada sesuatupun yang bisa
mengikatkan Azka kepadanya. Lelaki itu sudah pasti akan meninggalkannya.Celia
rela duduk di kursi roda terus sampai dia bisa mengikat Azka di pernikahan.
Setelah mereka terikat secara resmi dan dia sah memiliki Azka, dia sudah
merencanakan untuk berpura-pura sembuh secara bertahap dan kemudian kembali
normal. Azka tidak akan pernah curiga. Dia sudah begitu lama berpura-pura
lumpuh sehingga tampak sangat meyakinkan.
Diliriknya
Azka yang baru turun dari mobil dan hatinya berbunga-bunga melihat ketampanan
lelaki itu. Lelaki itu akan menjadi suaminya, akan dimilikinya sebentar lagi.
Dia hanya harus bersabar.
Azka
melangkah mendekati tangga rumah itu dengan ekspresi lelah. Hari ini banyak
sekali yang harus dikerjakannya, dan yang dia inginkan hanya datang ke Garden
Café. Menanti kedatangan Sani, yang tak kunjung datang lagi setelah peristiwa
ciuman itu.
Azka
tak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa menahan dirinya
untuk mencium Sani. Dialah yang membuat Sani menghindarinya seperti sekarang
ini. Dan sekarang dia tidak bisa berbuat
apa-apa. Yang bisa dilakukannya hanyalah menunggu, dan ternyata menunggu itu
tidak enak, sama sekali tidak enak. Kemudian karena sibuk dengan pekerjaan dan
pikirannya tentang Sani, Azka hampir saja melupakan janji temunya dengan kedua
orang tua Celia yang baru pulang dari Paris. Dia mungkin saja benar-benar lupa
dan tidak akan datang kalau dia tadi tidak melirik tanpa sengaja ke arah
ponselnya yang tergeletak begitu saja di kursi penumpang di sebelahnya, dan
menyadari bahwa ponselnya itu berkedip-kedip oleh karena puluhan pesan dari
Celia.
Kursi
roda Celia muncul di pintu dan perempuan itu menyambutnya dalam senyum bahagia
dan khawatir.
“Kau
tidak membalas pesanku.” Gumam Celia cemas, memeluk Azka ketika lelaki itu
mendekat dan setengah menunduk mengecup dahinya, “Aku takut kau kenapa-kenapa.”
“Maaf
aku terlambat, urusan pekerjaan.” Gumam Azka datar, “Di mana orang tuamu?”
Azka
menyiapkan hatinya untuk malam itu, karena dia harus membicarakan persiapan
pernikahan. Persiapan pernikahan yang bahkan tidak setitikpun ingin
dilakukannya.
⧫⧫⧫
“Terima
kasih Azka.” Celia menggenggam kedua jemari Azka dengan penuh sayang, lelaki
itu duduk di depannya dan tampak kaku. Celia berusaha mencairkan suasana dengan
kelembutannya. Biasanya Azka akan melembut juga kalau dia sudah bersikap rapuh.
Tetapi entah kenapa malam ini benak kekasihnya ini seolah-olah tidak ada di
sana, menerawang entah kemana.
“Apakah
kau baik-baik saja?” tanya Celia lagi mencoba memecah keheningan ketika Azka
hanya diam saja, “Kau tampak tidak bahagia..”
Azka
memandang Celia dengan tatapan tidak terbaca, “Kau bicara apa, tentu saja aku
bahagia.” Bibirnya tersenyum, tetapi senyum itu jelas-jelas tidak sampai ke
matanya.
“Aku
memang tahu betapa beruntungnya aku bisa memilikimu.” Celia menundukkan
kepalanya sedih, “Dengan kondisiku yang sekarang, sebenarnya aku tidak pantas
untukmu. Apalagi kejadian di masa lalu itu, aku sungguh malu kalau
mengingatnya.” Jemari lentik Celia yang indah menutup wajahnya, airmatanya
mengalir deras, “Mungkin seharusnya aku mati saja di kecelakaan itu.”
“Sttt.”
Azka menyentuh jemari Celia yang sedang menutup mukanya, dan menariknya dengan
lembut ke dalam genggamannya, “Jangan berkata seperti itu, aku sudah berjanji
akan bertanggung jawab atas dirimu bukan? Aku akan menjagamu, Celia seperti
janjiku.”
Celia
menatap Azka dengan matanya yang basah, “Apakah kau mencintaiku, Azka? Sedalam
aku mencintaimu?”
Kalimat
itu tak sampai untuk keluar dari bibir Azka, dia hanya menganggukkan kepalanya
dan berucap, “Ya Celia.” Dan menyadari betapa beratnya mengatakan ‘aku cinta
kepadamu’ kepada seseorang yang tidak kau cintai.
⧫⧫⧫
Suasana cafe itu tampak remang-remang, di sudut yang berbeda, banyak anak muda yang memanfaatkan suasana malam dengan berkumpul bersama teman-temannya, suara mereka riuh rendah, tetapi untunglah tidak sampai mengganggu konsentrasi Sani.
Sani berhasil menyelesaikan bab klimaks itu dengan gemilang, tokoh utamanya akhirnya menyadari kesalahannya dan mengejar pasangannya. Mereka pada akhirnya berhasil menyelesaikan kesalahpahaman mereka...
Sani berhasil menyelesaikan bab klimaks itu dengan gemilang, tokoh utamanya akhirnya menyadari kesalahannya dan mengejar pasangannya. Mereka pada akhirnya berhasil menyelesaikan kesalahpahaman mereka...
Dia
memundurkan tubuhnya di kursi yang nyaman itu dan membaca ulang tulisannya
lembar demi lembar sambil lalu. Kesha pasti akan sangat senang kalau mengetahui
dia berhasil menyelesaikan bab klimaks
ini. Semula sangat sulit menulis bab klimaks ini, karena setelah pertengkaran,
sesuai draft akan ada permaafan, sesuatu yang tidak pernah bisa dilakukan Sani
terhadap Jeremy.
“Dan
akhirnya kau muncul di sini.” Suara maskulin yang dalam itu menyapanya. Suara
yang membuat jantung Sani langsung berpacu dengan kencang, dia menoleh dan
sosok yang dibayangkannya berdiri di sana.
Lelaki
itu tampak lelah, dengan jas resmi yang sudah dilepas dan disampirkan di
pundaknya. Dasi yang sudah terlepas sepenuhnya dan kancing kemeja atasnya yang
dibuka.
“Hai.”
Gumam Sani, tiba-tiba merasa malu ketika ingatan akan ciuman mereka malam itu
menyeruak di benaknya.
Azka
tampaknya memahami, lelaki itu mengangkat sebelah alisnya lembut,
“Dari
kejauhan kau tampaknya senang. Apakah kau berhasil menyelesaikan tulisanmu?”
Sani
mengangguk, “Bab yang paling sulit sudah kulalui, besok tinggal membereskan
semuanya.”
“Kita
harus merayakannya.” Azka terkekeh, penampilannya yang formal dan sedikit
berbeda dengan biasaya tampak melembut ketika dia tertawa, “Tunggu sebentar ya
aku mandi dulu, aku akan segera menyusulmu kembali.”
Ketika
Azka pergi, Sani membaca ulang kisah yang baru saja ditulisnya. Sudah jelas tokoh
wanita dalam novel buatannya tergila-gila kepada sang tokoh lelaki, dia
digambarkan selalu berbunga-bunga ketika tokoh lelaki itu ada di benaknya.
Berbunga-bunga?
Sani
tiba-tiba menyadari sesuatu, selama ini dia selalu menuliskan deskripsi
perasaan dalam bentuk tulisan dengan lancar. Tetapi ketika menelaah perasaannya
sendiri dia benar-benar kebingungan.
Apakah
dia sedang merasakan berbunga-bunga ketika bersama Azka? Sani menggelengkan
kepalanya. Bagaimana mungkin sebuah perasaan begitu kuat muncul kepada
seseorang yang tidak begitu kita kenal?
Azka
turun lagi hampir dua puluh menit kemudian. Rambutnya basah dan dia mengenakan
baju santai, celana jeans, dan kaos berkerah yang semakin menonjolkan bentuk
tubuhnya yang bagus,
Seolah
sudah biasa, lelaki itu langsung mengambil tempat duduk di seberang Sani. Dia
memberi isyarat kepada pelayan untuk membawakannya minuman.
Dalam
waktu singkat, pelayan itu meletakkan secangkir kopi hitam pekat di depan
mereka berdua,
Suasana
cafe cukup ramai ketika itu, padahal waktu sudah hampir beranjak tengah malam.
Sekelompok pemuda yang baru datang tampaknya memilih menikmati malam sambil mengobrol di tempat
yang paling ujung sebelah sana menambah keriangan suasana, sedangkan beberapa pengunjung yang lain memilih untuk mencicipi
hidangan dalam suasana intim yang elegan berduaan.
“Mau
makan sesuatu?” Azka melirik ke arah buku menu dan tersenyum kepada Sani,
“Aku
sudah makan tadi sore.” Sani tersenyum, kemudian melirik cangkir kopi di depannya, “Tetapi secangkir kopi tidak akan
kutolak, “ gumamnya dalam senyum.
“Aku
lapar.” Azka menekuri buku menu dan merenung, dia sudah makan di rumah Celia
tadi, tapi dia hampir tidak bisa menelan makanannya, “Mungkin aku akan meminta
sup ini.” Azka memanggil pelayan lagi dan menyebutkan pesanannya.
Setelah
pelayan pergi, Azka memajukan tubuhnya dan menopang dagunya dengan kedua siku
di meja, tatapannya tajam dan intens,
“Kau
tidak kemari lama sekali.”
Apakah Azka setiap hari
menunggunya? Sani melirik gelisah ke arah Azka, bingung harus
bersikap bagaimana.
“Apakah
karena kejadian waktu itu? Ciuman waktu itu?” sambung Azka lagi, dengan tatapan
penuh tanya.
Sani
membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kalimat yang
keluar. Suaranya seakan tertelan di tenggorokannya.
Azka
mengamati Sani, lalu tertawa, “Untuk seseorang yang penghidupannya berasal dari
rangkaian kata-kata, kau tampak sulit sekali mengeluarkan sepatah kata sekalipun.”
Pipi
Sani memerah, dan dia memalingkan muka, tidak tahan ditatap setajam itu. Tetapi
kemudian pertanyaan di hatinya mendesaknya,
“Kenapa
waktu itu kau menciumku?”
Azka
langsung tersenyum lembut, “Karena aku merasakan sesuatu yang lebih kepadamu.”
Gumamnya, “Aku tidak pernah bermaksud merendahkanmu dengan menciummu, itu
terjadi begitu saja.” Azka mendesah, “Setelah itu kau bahkan tidak mau muncul
di cafe, aku panik.... dan berpikir kau mungkin marah kepadaku.” Tatapan Azka
melembut, “Sani, mungkin ini memang terlalu cepat, kita baru bertemu beberapa
kali, belum mengenal satu sama lain. Tetapi ada perasaan nyaman yang kurasakan
ketika bersamamu, bahkan ketika pertama kali kau menyapaku. Perasaan nyaman
yang membuatku meyakini bahwa aku harus mencoba untuk lebih dekat bersamamu.”
“Oh.”
Sani bergumam pelan membuat Azka tergelak,
“Oh?”
Lelaki itu mengulangi gumaman Sani, “Aku berusaha setengah mati menjelaskan
perasaanku ini kepadamu dan tanggapanmu hanya ‘Oh’ ?” Lalu jemari lelaki itu
meraih jemari Sani dari seberang meja dan menggenggamnya lembut, “Sani, aku
tahu ini terlalu cepat, kau masih sakit karena perbuatan Jeremy dan berusaha
menyembuhkan dirimu, tapi aku hanya ingin bersamamu, ada di dekatmu, dan
berusaha lebih mengenalmu. Aku berharap kau juga bisa mengenalku lebih dekat
dan mungkin kita bisa melihat bersama-sama akan di bawa kemana perasaan ini.”
Semua
ini terlalu cepat, Sani membatin dalam hati, dia bahkan tidak tahu apapun
tentang Azka dan begitu juga sebaliknya. Tetapi ajakan Azka untuk berjalan
bersama dan menelaah arti dari kebersamaan mereka terasa begitu menggoda.
“Sani?”
Azka memanggil lagi, mulai tidak sabar dengan kediaman Sani, dia butuh jawaban,
segera. Setelah itu dia bisa bertindak cepat, meluruskan semua rencananya.
Sani
menatap Azka, melihat kesungguhannya di situ, Azka memang luar biasa tampan,
tetapi lelaki itu tampaknya tidak pernah sadar menebarkan pesonanya ke
orang-orang, tidak seperti Jeremy. Dan Azka juga baik, lembut, serta
menghormatinya, mungkin Sani bisa mencobanya. Dengan lebih sering bersama Azka,
mencoba mengenalnya lebih dekat dan kemudian memutuskan apakah akan membuka
hatinya ke dalam hubungan yang lebih serius dengan Azka atau tidak.
Sani
menganggukkan kepalanya, “Aku bersedia mencobanya, Azka. Tetapi hanya itu, kita
bersama-sama berusaha untuk lebih saling mengenal. Dan mengenai hasil akhirnya
mungkin bisa kita lihat nanti.”
Sinar
kemenangan muncul di mata Azka, tetapi lelaki itu dengan cepat menutupinya,
membuat wajahnya tampak lembut, “Terima kasih atas kesempatan yang kau berikan
ini Sani.
⧫⧫⧫
Pagi
harinya, Azka yang sedang duduk di ruangannya di kantor pusat kedatangan tamu.
Tamu yang sudah sangat di tunggunya. Seorang lelaki yang sangat tampan, dan
juga sahabatnya.
“Jadi
kau meminta bantuanku?” Eric menatap
Azka sambil tersenyum manis.
“Kaulah
satu-satunya orang yang kupercaya bisa melakukannya.
Eric
tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya, “Mungkin di dunia ini, hanya kaulah
satu-satunya orang yang meminta sahabatnya untuk merayu tunangannya,” Tatapannya
berubah serius, “Apakah kau yakin ini akan berhasil? Celia kelihatannya sangat
mencintaimu dan dia sudah akan menikah denganmu. Mungkin saja dia sangat setia
kepadamu dan susah dirayu?”
Mata
Azka bersinar dingin dan kejam, “Dia sudah pernah mengkhianatiku sekali karena
aku kurang memberinya perhatian. Aku yakin dia akan melakukannya lagi kalau ada
kesempatan.”
⧫⧫⧫
“Hai.”
Azka sudah menunggu di depan lobi apartemen Sani, mereka berjanji untuk
menghabiskan hari sabtu ini bersama-sama. Memberi kesempatan kepada diri mereka
untuk saling mengenal lebih dekat.
“Hai
juga.” Sani berdiri gugup di depan Azka, menyadari penampilannya yang sederhana
jika dibandingkan dengan penampilan Azka yang begitu gaya. Oh, lelaki itu tidak
berpakaian macam-macam, dia hanya memakai celana jeans warna hitam pekat dan
T-shirt polo bergaris, tetapi entah kenapa keseluruhan penampilannya begitu
luar biasa. Bahkan beberapa orang yang berlalu lalang di lobi apartemen pasti
menoleh dua kali untuk meliriknya.
Tetapi
bukan hanya penampilan fisik sebenarnya yang membuat Sani tertarik kepada Azka.
Aura lelaki itu yang misterius di balik sikap lembutnya, membuat Sani ingin
mendekat dan ingin tahu.
Apakah dia akan seperti ngengat
yang menjadi korban karena tidak bisa menahan ketertarikannya terhadap api yang
menyala? Sani
mendesah dalam hati. Setidaknya dia sudah mempersiapkan diri, memasang pagar di
hatinya agar dia tidak terjun bebas, jatuh ke dalam pesona Azka dan kemudian
terluka parah.
“Kita
akan kemana?” Sani melangkah bersama Azka keluar. Mobil Azka sudah disiapkan,
diparkir di depan apartemennya.
Azka
mengangkat bahunya, “Terserah, kemana saja, mungkin nonton, jalan-jalan,
bersantai, apapun itu asal bersamamu.”
Azka
mengucapkan kata-katanya dengan santai, tidak menyadari bahwa dia membuat pipi
Sani memerah.
⧫⧫⧫
Mereka
melakukan apapun yang dilakukan orang-orang untuk bersantai di akhir pekan,
nonton, makan, jalan-jalan. Setiap detiknya terasa menyenangkan, mereka
mengobrol tanpa henti, sangat cocok dalam pembicaraan apapun dan menyadari
bahwa mereka punya banyak sekali kesamaan minat.
Bersama
Azka seharian pun terasa begitu sekejap saking menyenangkannya.
Tanpa
sadar hari sudah beranjak malam. Ketika mereka mengendarai mobil hendak pulang,
Sani menyandarkan tubuhnya dengan santai di kursi penumpang, menatap Azka dalam
senyuman.
“Terima
kasih atas hari yang sangat menyenangkan ini.”
Azka
menoleh sedikit dan tersenyum simpul, “Sama-sama Sani, aku juga bahagia bisa
menghabiskan waktu denganmu, itu sangat menyenangkan.” Lelaki itu meremas
jemari Sani dengan sebelah tangannya, lembut. “Minggu depan kita lakukan lagi
ya.”
“Iya.”
Dada Sani membuncah dipenuhi oleh perasaan berbunga-bunga yang pekat. Oh ya,
gawat! Seharian ini dia sudah berusaha memasang pagar di hatinya, tetapi Azka
sudah menerobos pagar itu, membuatnya tidak bisa menahan lelaki itu. Sani
sepertinya sudah jatuh cinta kepada Azka.
⧫⧫⧫
Celia
sedang duduk di dalam mobil, dalam perjalanan menuju butik langganan
keluarga, dan merenung. Ini semakin lama
semakin menakutkan, hari pernikahannya dengan Azka sudah menjelang. Keluarganya
sudah mempersiapkan semuanya terutama menyangkut gaun pengantinnya. Karena
selain hal itu, untuk masalah persiapan pesta seperti dekorasi, gedung,
catering, dan lain-lain mereka tidak akan perlu mencemaskannya. Azka memiliki
jaringan perusahaan di bidang resor, perhotelan, dan restoran. Lelaki itu
tinggal menjentikkan jarinya dan sebuah pesta yang megah pasti akan disiapkan
dengan mudah.
Tetapi
perasaan Celia terasa semakin tidak nyaman. Hari demi hari hubungan mereka
merenggang, dan semakin dekat ke hari pernikahan mereka, Azka semakin jarang
muncul. Lelaki itu kadang hanya membalas pesan singkatnya sekenanya, tidak
pernah mengangkat telepon ketika dia mencoba meneleponnya. Dan lelaki itu tidak
pernah datang ke rumahnya lagi.
Sudah
sebulan berlalu, bahkan kedua orangtuanya mulai menanyakan kenapa Azka tidak
pernah muncul dan dengan senyum palsunya Celia menjelaskan bahwa semua
baik-baik saja, hanya saja Azka memang sedang sangat sibuk. Tetapi Azka tidak
pernah seperti ini sebelumnya, dulu meskipun sibuk, lelaki itu selalu
menyempatkan menemuinya meskipun sebentar di akhir pekan.
Celia
tahu bahwa Azka mungkin tidak mencintainya lagi. Sejak dia mengaku
pengkhianatannya yang dilakukannya dengan Edo karena begitu haus perhatian dari
Azka, yang membuatnya terjerumus terlalu jauh lalu hamil, cinta itu sudah
musnah di mata Azka. Tatapan Azka kepanya sudah berbeda, datar dan tanpa
perasaan meskipun laki-laki itu selalu bersikap lembut kepadanya.
Tetapi
Celia bisa dibilang sangat mensyukuri kecelakaan itu, kecelakaan yang
membuatnya didiagnosa tidak akan bisa berjalan lagi. Yang membuat Azka sangat
menyesal dan pada akhirnya memutuskan untuk bertanggungjawab kepada Celia.
Ya,
Celia tahu dia memanfaatkan rasa bersalah Azka, tetapi dia mencintai Azka dan
tidak bisa membayangkan kalau harus ditinggalkan oleh lelaki itu. Pengkhianatan
yang dilakukannya dengan Edo semata-mata karena pelarian, dia membutuhkan
kekasih yang hangat dan penuh kasih sayang, yang selalu ada di dekatnya. Tetapi
Azka tidak bisa melakukannya, lelaki itu waktu itu sedang sibuk membangun
bisnisnya, sehingga hanya punya waktu sedikit bersamanya. Dan dalam kondisi
emosi yang labil, Edo datang dan semua hal buruk itupun terjadi. Semua yang
Celia lakukan adalah untuk mengikat Azka supaya bersamanya. Dia bahkan rela
bertingkah seperti orang invalid, hanya agar Azka bertahan bersamanya.
Kelumpuhan ini adalah satu-satunya pengikatnya dengan Azka, dan Celia rela
kesulitan seperti ini, hanya bisa berjalan ketika dia berada di dalam rumah dan
hanya di depan orang-orang yang dipercayanya, semua demi memiliki Azka.
Dia
meremas kedua jemarinya kuat-kuat, Sebentar
lagi... desahnya dalam hati. Dia hanya perlu bersabar sebentar lagi dan
Azka akan menjadi miliknya sepenuhnya. Dia akan menjadi istri Azka dan lelaki
itu tidak akan punya alasan untuk tidak memperhatikannya.
⧫⧫⧫
Butik
itu cukup ramai, milik seorang desainer baju pernikahan yang sangat terkenal.
Pegawai Celia mendorong kursi rodanya memasuki butik itu. Celia sudah membuat
janji dengan Joshua, sang perancang sekaligus pemilik butik itu.
“Hai
cantik.” Joshua langsung menyapanya ketika pegawainya mendorong kursi rodanya
memasuki ruangan Joshua. Celia memberikan isyarat kepada pegawainya untuk
menunggunya di luar.
“Hai
Joshua, kau sudah menerima pesanku untuk deskripsi gaun pengantinku?”
“Sudah
sayang, Joshua mengedipkan sebelah matanya. “Sungguh deskripsi yang sangat
spesfik, kau ingin gaunmu bertaburan dengan kristal yang mahal dan berkilauan
ya? Untung saja tunanganmu kaya. Jadi kau bisa meminta gaun apapapun yang kau
inginkan, aku akan mengukur dulu badanmu ya, baru aku terapkan ke beberapa desain dan nanti kau tinggal memilih
yang mana” Joshua melirik ke arah pintu, “Ngomong-ngomong, tunanganmu yang tampan
itu tidak mengantarmu?”
“Dia
sibuk.” Gumam Celia sambil lalu, “Aku ingin gaun ini yang terbaik, Joshua,
harus yang paling indah dan paling cantik... Ini akan menjadi pernikahan yang
pertama dan satu-satunya untukku.”
“Tentu
saja sayang.” Joshua terkekeh, lalu menyuruh pegawainya untuk mengukur badan
Celia.
Tentu
saja mereka kesulitan karena Celia berada di kursi roda dan tidak bisa berdiri.
Celia sendiri merasa gemas karena sebenarnya dia bisa berdiri, tetapi dia tidak
bisa melakukannya, karena semua sandiwaranya bisa ketahuan.
“Mungkin
kita harus mengukur tubuhmu kalau Azka sudah bisa datang bersamamu, sayang.”
Joshua menatap Celia dengan menyesal, dia juga laki-laki tapi tubuhnya ramping
dan gemulai jadi dia tidak bisa membantu Celia supaya punya tumpuan untuk
berdiri. Sementara itu kebanyakan pegawainya adalah perempuan, “Jadi Azka bisa membantumu untuk berdiri.”
“Mungkin
aku bisa membantu.” Sebuah suara yang maskulin dan begitu dalam muncul dari
pintu, membuat Celia dan Joshua menoleh bersamaan. Di pintu itu berdiri seorang
lelaki yang amat sangat tampan. Darah asing sudah jelas mendominasi
penampilannya, lelaki itu tinggi, sempurna dengan rambut cokelat muda keemasan,
dan setelan tiga potong yang dijahit sempurna, menempel ketat dan seksi ke
tubuhnya,
Joshualah
yang kemudian memecah suasana, dia berteriak kegirangan dan hampir melompat
mendekati lelaki itu. “Oh Ya Ampun! Eric, kau sudah pulang dari Paris?”
Bersambung ke part 7
thank u mbak santhy, semoga azka segera menghentikan pertunanganx dngn celia... Lngsung putuz aja gak perlu eric ngegodain
BalasHapussama2 sayaaang hehehe akhirnya aku bisa komen di blog lagi yaaaayyy hihihihi azka kan mutusinnya pake cara halus dan licik ternyata hihihi
Hapusmbaaaaa makacih makacih udah posting yg ini. Peluk sayang buat mba shanty,..
BalasHapussama2 sayaang :)) hehehehe *balas pelukannya*
Hapusmksih mbak santhy.MH nya kpn ya d pos lg
BalasHapusMH lagi dikebut sayaang gara2 kemarau hihihihi jdnya terbengkalai heeee
Hapusaih aih.. Azka g' cuma tampan dan pinter tp licik ja.. Tp tak pa2 lah.. Toh celia jg bohong ini..
BalasHapusAzka - Sani! Smangadhh :)
Mba san mksih *peluk erat*
hihihihi iyaaa habis Celia tukang boong, jadi harus dihadapi dengan cerdik hihihihihi
Hapussama2 sayaaang *balas pelukan*
kak shan kentaaaang.. tmbh lg dunk... iiiiihhhhh gemes gemes gemes... kulakukan apapun utk membuatmu posting chapt 7 kak shan.. °˚˚°Âş≍<3нëнëнë<3≍Âş°˚˚°Âş :-P :D ◦°◦◦°◦°◦◦°°˚˚
BalasHapushehehehehe waaaa mau melakukan apapuun? aku mau minta traktir bakso siomay batagor bubur ayam, roti, sate semua makanaaaannn hehehehe *tatapan ala preman yang kelaparan*
Hapusakhirnya mba di posting jga ..wow kjutan yah azka udah punya rncana lain toh ... siip deh !!!
BalasHapusdi tunggu postingan yang lain nya mba !!semangattt !!!
hehehehehe siaap sayaaang aku akan semangattt
HapusAzka ternyata ga kalah cerdik dibanding celia yah hihihihi
kak, e-mail aku kok beleum di balas ?? :(
BalasHapuswaaaaaa tunggu sayaang emailnya keselip kayaknya bentar yaah aku nanti balas langsung :D
Hapusya kak ^^
HapusMbak.. gag cuma ngegodain aja, benar2 berharap eric sm celia saling jatuh cinta..
BalasHapusJadi azka sm Sani gag ad yg gangguin.. Keenan gag terlalu d perhitungkn.. Hehe
hihihihihihi kasihan nanti eric dapatnya celia yang menipunya :D hehehe waaah kasihan keenan ga diperhitungkan *sambil usap2 keenan yang nangis di pojokan* hehehe
Hapussalam kenal mbak san. slama ini cuma jd silent reader
BalasHapusaku ud baca dari yg serena sampe ftds. SE sama PH jg udh. skrg lagi nunggu kiriman boxset. hehe
critamu bagus2 mbak.
makin penasaran sama si azka sama si leo
makasih ya mbak. hehe
salam kenal sayaaang makasih yah sudah suka mampir disini, huhuhuhu maapkan aku krn internet eror kmrin susah banget balas komen di sini jdnya terlambat balasnya :D
Hapusiyaaa boxsetnya sedang proses cetak, semoga bisa lekas beres yaah :))
makasih yah sayaaang aku akan semangatt ^__^
iya mbak lg nungguin ni dr olshop. heheh. mudah2an cpt beres. biar bisa baca
Hapusoke mbak shannn good luck buat cerita berikutnya di pornov yaa
Dan eric pun mulai beraksi hehe
BalasHapusDi tunggu postingan nya lg mbak syg
Makasi mbak san-san
^_^
hihihihi ayoooo semangat eriiic bantu Azka hehehehe
Hapus:D
sama2 sayaang ;))
sebenarnya kasin jg sma celia sihh..tp mau gmn lg..smga celia bsa sma eric aja deh, kn asalnya celia gk jhat..semua krna cinta..
BalasHapuscihuuuuu;p
hihihihihihi waaa jd pada ngejodohin Celia ama eric nih hihihi kira2 eric mau enggak yaah :D
Hapusmb san keren
BalasHapushihihihihi *senyum malu2 sambil intip2 dari pungunggnya Azka*
Hapusmakash mb santhy
BalasHapussama2 sayaaang :))
HapusMksh mba shanty
BalasHapuskutunggu postinganmu lagi dan lagi dan lagi
Ouwh azka dirimu dibohongi...sadarlah
hehehehehe iyaa Azka terlalu baik siiih jd gampang diboongi huhhuhuhu
Hapushehe Cellia boleh aja licik booingin Azka, tapi Azka Rajanya orang Licik. Bravo Bro.
BalasHapusSani? Yes!! Cellia? No way wkwk :D
Ayo Eric tunjukan pesonamu. Taklukan Cellia biar Azka bisa cepat minta putus and mesra sama Sani.
AZKA & SANI lebih cocok kemana-mana dicetak dlm Undangan pernikahan. dari pada AZKA & CELLIA.
btw part 7 jangan lama2 yo mba Santhi cantik :*
"AZKA & SANI lebih cocok kemana-mana dicetak dlm Undangan pernikahan. dari pada AZKA & CELLIA."
Hapussenyum2 sendiri baca komennya dear yang ini hihihihihi siaaap sayaaang tungguin yaaaaah :D
Âş°˚˚°Âş♏:)Ä„:)K:)Ă„:)§:)ÇŹ:)♓Âş°˚˚°Âş ya mba san
BalasHapussama2 sayaaang :))
Hapusah Mbak Santh,,,
BalasHapusuntung aku m'buka blogmu pagi nie,,shingga aku tak perlu ktinggalan lebih lama...
Makasiih Mbak Santh,,,aq pilih ERIC !
hihihihi riskaaaa kangeeeennnn *peluk2 sambil bergulingan di rerumputan* #eeeh hihihihii
Hapusooohhh mba santhy kau sudah kembali posting you've got from hello...*meniru gaya josua
BalasHapusmakasih mba cantikk...
hihihihihi *ketawa ala joshua juga* :p
Hapussama2 sayaaaaang hehhehe
Makasih mba santhy, Azka Sani y dah di post lgi
BalasHapussaya suka dg cerits ini
keyen ~••~
hehehehe sama2 sayaaang ^___^V
Hapusoh.. Mbak Shanty... rere ikla lahir bathin, luar dalam kalau Azka sama Sany, Erik beneran jadi dengan Celia. sumpah gemes banget ama tuh cewek pengen narik dia dari kursi roda di hadapan Azka buat nunjukkin kalau dia sudah SEMBUH. *Gigit keyboard komputer*
BalasHapushueeeee kasihan keyboard komputernya hihihihihi
Hapusiya tuh celia ternyata licik yah untung Azka punya cara licik juga buat menyingkirkannya, semoga berhasil yah sayang ;D
Gemes pake banget aja celia...
BalasHapusTq mba san...
Btw, menghitung hujan mana mba??
Lg kemarau ya?? Hehehe..
hihi.. padahal sekarangkan lagi musim ujan ya etha..
Hapusiya mbak.. ayo diposting.. ^_^
dibandung udah jarang hujan sayang huee sekalinya hujan pas lagi di jalan hihihihihi T___T nanti yaaah tungguiin akan aku kebut sambil nyalain kran kenceng2 dikamar mandi, biar berasa hujan hihihiihi
HapusGak rela ah kalau celia ma eric, kasihan khan eric dpt cewek ga jujur, Azka ma sani pasangan yg serasi...MH kapan mbak kangen;-)
BalasHapusMH semoga weekend ini bisa kepegang yah sayaang nanti pasti dipostingkan :D
Hapushehehehe iyaa tp kita doakan semoga eric berhasil menggoda celia yah ;D
makasih mbak santhy.. selalu dinantikan kelanjutannya.. *peluk sayang ^_^
BalasHapussama2 sayaaang hehehehe :D
HapusOh Eric sang malaikatnya ayank Azka ..
BalasHapusMakasih mbak Shanty :)
Yeaayyy,,untung Azka ada ide ntuh,,
BalasHapusTp knp g kmbarannya ajjah ntuh??
Si Keenan yakz nmny(smg g slh nm)??
Umm,,iyh Menghitung Hujan lm g nongol,,hehehe
Keyeeennnn..smg Celia g brtgkh aneh2 lg
Smg Sani g benci Azka bgtu tw Azka mw nkah sm Celia(brhrp Prnkhn mrk btal dluan sblm Sani tw) hehehe
Amiinnn
Mksh Mba Santhy..
Aku suka nOvelnya, tp aku gak suka menungGu, ternyata menungGu benar2 tidak enak.
BalasHapusHahaha. . . Tanks mbk. . !
mb, yang menghitung hujan kok nggak dilanjutin lagi sih?
BalasHapusAsyiikkk.. Licik vs Licik kuadrat..
BalasHapusSeru nich..
sangat ditunggu kelanjutannya mbak santhy cantikk..
Makasih dah diposting..
Semangat..
peluk erat mbak santhy cantikk..
kemana kemana kemana rimbanya rimbanya kemana kak shanti tercinta tak posting 4hari lama ku menunggu *dgn lagu ayu tong tong*
BalasHapus