Lelaki
tampan hanya tersenyum tenang, tampak sedikit geli menghadapi kehebohan Joshua
yang menyambutnya. Dia melirik ke arah Celia dan menganggukkan kepalanya dengan
sopan ke arah Celia, membuat Celia menyadari bahwa dia telah terpesona kepada
lelaki itu. Memang Azka tampan dan tetap nomor satu baginya, tetapi Azka sangat
jarang tersenyum, sedangkan lelaki ini, dia begitu murah senyum dan tampak
sangat tulus secerah matahari,
“Sepertinya
kau dan nona ini menghadapi masalah. Mungkin aku bisa membantu.”
Joshua
melirik Celia masih tersenyum lebar, ‘”Ini Eric, dia adalah salah satu investor
butik dan salon kami. Kau tidak keberatan Celia kalau Eric membantumu?”
Siapa yang tidak keberatan kalau
dibantu berdiri oleh lelaki setampan itu? Celia berpikir bahwa kadang-kadang
berpura-pura lumpuh ada untungnya juga...
“Celia
ingin membuat gaun pernikahan yang indah, Eric. Kami sedang akan mengukur
gaunnya.”
Eric
melemparkan pandangan dalam ke arah Celia, “Sayang sekali kau sudah akan
menikah, aku iri kepada lelaki beruntung itu.” Gumamnya penuh arti membuat pipi
Celia merona.
Joshua
menepuk pundak Eric sambil tertawa, “Jangan merayu Celia, Eric. Dia sudah punya
tunangan dan akan menikah, mungkin kau bisa mengalihkan sasaranmu kepada gadis
lain.”
Eric
tampak tidak mempedulikan perkataan Joshua, dia masih memandang tajam ke arah
Celia. Ia lalu mendekat dan mengulurkan tangannya lembut,
“Aku
akan membantumu berdiri, maafkan ya.” Bisiknya lembut di dekat telinga Celia,
“Sini, letakkan tanganmu di pundakku.”
Celia
merasakan jantungnya berdebar keras, aroma maskulin itu langsung melingkupinya,
membuatnya bergetar.
Dengan
tangannya yang kuat, Eric menarik Celia berdiri, lalu menopang pinggangnya.
Tangan Celia berpegangan erat ke pundak Eric, lalu melingkarkan lengannya di sana,
sementara itu dia berakting sekuat tenaga untuk melemaskan kakinya, menumpukan
beban tubuhnya di pundak Eric.
“Nah
tunggu sebentar, kami akan mengukurnya.” Para pegawai Joshua mulai mengukur.
Proses itu cukup singkat. Dan kemudian setelah Joshua selesai, Eric mendudukkan
Celia lagi di kursi rodanya dengan lembut. Lelaki itu menyelipkan kartu namanya
yang bernuansa hitam dan keemasan di jemari Celia,
“Hubungi
aku, kapanpun itu. Aku akan dengan senang hati membuang semua urusanku demi
dirimu.” Bisiknya pelan, lalu berdiri tegak, mengatakan sesuatu tentang
pekerjaan kepada Joshua, kemudian melambaikan tangannya dan melangkah pergi.
Sementara
itu Celia masih menggenggam erat-erat kartu nama di tangannya itu dengan
terpesona.
⧫⧫⧫
Siang
itu Sani sedang berjalan ke minimarket di ujung jalan dari
apartemennya ketika dia melihat Keenan di dalam minimarket yang ia tuju.
Lelaki
itu sedang membeli rokok, dan langsung menoleh ketika pintu terbuka lalu
tersenyum lebar ketika melihat Sani,
“Hai
kita bertemu lagi.”
Sani
tersenyum menatap wajah yang sama persis dengan Azka namun dalam versi yang
berbeda ini, “Halo Keenan, apa yang kau lakukan di sini?” Sani melirik ke arah
cafe di ujung jalan, bukankah di sana juga ada rokok? Kenapa Keenan malahan
berkeliaran di tempat ini?
“Aku
membeli rokok.” Keenan tergelak, “Kau mau membeli apa?”
“Hanya
beberapa bahan makanan.” Sani mengangguk sambil tersenyum lalu melangkah menuju
rak-rak tempat penjualan mie instant. Dia mengira Keenan akan pergi dari
supermarket itu setelah mendapatkan rokoknya, tetapi rupanya tidak, lelaki itu
mengikutinya.
“Setelah
ini, maukah kau jalan denganku? Kita bisa duduk, minum bersama, dan mengobrol.”
Sani
mengernyit, Keenan tidak sedang berusaha mendekatinya bukan? Karena Sani sama
sekali tidak melihat ada hal yang lebih dari pertemanan di mata Keenan.
“Kita
bisa berbicara di cafe.” Gumam Sani akhirnya, memilih tempat yang paling aman.
“Jangan
di cafe.” Keenan langsung menyela, “Azka akan membunuhku.”
“Apa?”
“Keenan
mengangkat bahunya, “Kalau kau belum sadar, Azka kan sudah mengincarmu untuk
menjadi miliknya, dan kalau sampai dia tahu aku mendekatimu, dia akan
membunuhku.” Keenan tergelak, “Meskipun rasanya pasti menyenangkan untuk
membuat Azka jengkel dan memancing kemarahannya keluar.”
“Apa?”
Sani menatap Keenan dengan bingung, ada apa di antara dua saudara ini? Kenapa
mereka tampak tidak akur?
“Aku
tahu Azka sedang mengejarmu, dan biasanya kalau dia mengejar seseorang dia akan
melakukannya dengan kekuatan penuh. Dan aku tertarik kepadamu karena tidak pernah
sebelumnya Azka bertindak begitu intens pada seorang perempuan.” Keenan
mengedipkan matanya menggoda, “Kau pasti perempuan yang istimewa, jadi maukah
kau melewatkan sedikit waktumu untuk makan siang denganku, dan mungkin kita
bisa berbagi cerita. Aku ingin lebih mengenal calon kakak iparku dan kau
mungkin bisa tahu kisah-kisah tentang Azka yang hanya kami yang tahu, seperti
kisah masa kecil kami misalnya.”
Sani
merenung, rasanya tidak ada ruginya kalau dia menerima ajakan makan siang
Keenan, meski tampaknya selalu bersikap sesukanya, Keenan tampak baik hati.
Lagipula dari siapa lagi dia bisa lebih mengenal Azka kalau bukan dari orang
terdekatnya, saudara kembarnya?
⧫⧫⧫
Tempat
yang dipilih Keenan adalah rumah makan sederhana di belokan perempatan, yang
bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari apartemen Sani. Kompleks apartemennya
adalah kompleks perkantoran yang menjadi satu dengan kompleks perbelanjaan,
karena itulah suasana cukup ramai di waktu makan siang itu.
Sani
memesan kue-kue kecil yang tampak menarik berada di etalase ditemani oleh lemon squash yang menyegarkan. Sementara
Keenan memesan seporsi besar nasi goreng dan langsung menyantapnya dengan
lahap.
“Aku
lapar.” Keenan tertawa melihat senyum geli Sani ketika melihatnya makan dengan
begitu lahap.
“Kau
bisa makan di Garden Cafe, bukankah itu milikmu juga?” Dari cerita Azka dulu,
dia mengatakan bahwa Garden Cafe adalah warisan dari orangtua mereka beserta
perusahaan lain-lain. Jadi Sani menyimpulkan bahwa perusahaan itu pasti
dimiliki Azka dan Keenan bersama. Sani entah kenapa merasa bisa mudah akrab
dengan Keenan. Tidak seperti Azka yang lembut, tenang dan menyimpan aura
misterius di dalam dirinya, Keenan lebih ceria, mudah tertawa dan menguarkan
aura yang cerah. Sama seperti ketika bersama Azka, beberapa perempuan banyak
yang tidak mampu menahan diri untuk menoleh dua kali sambil mengagumi
ketampanan Keenan.
“Garden
Cafe bukan milikku.” Keenan menelan suapan terakhirnya dan meneguk sodanya
dengan bahagia, “Semuanya sudah menjadi milik Azka.”
“Bagaimana
bisa?”
Keenan
tertawa, “Ayah kami mewariskan semuanya kepada kami berdua, tetapi tentu saja
aku tidak mau melanjutkan usaha ayah kami sebagai bisnisman. Aku tidak mau
leherku tercekik dasi dan badanku gatal karena kepanasan seharian harus memakai
jas yang kaku itu. Karena itulah, begitu Azka memutuskan untuk mengambil alih
tanggung jawab, aku meminta pencairan seluruh bagianku di warisan ayah dan
melepaskan seluruh kepemilikanku di semua perusahaan ayah.” Keenan mengangkat
bahu, “Jadi Azka membantuku, mengambil alih seluruh perusahaan atas namanya dan
mencairkan uangku dalam bentuk dana di bank. Untuk selanjutnya seluruh
perusahaan itu tidak ada urusannya lagi denganku, termasuk cafe itu.”
Termasuk
cafe itu? Sani merenung, Azka mengatakan bahwa warisan utama ayah mereka adalah
cafe itu dan beberapa hal lain. Tapi dari nada bicara Keenan, seperti juga yang
dikatakan Albert, sepertinya ada sesuatu yang lebih besar di sini entah apa.
“Kau
tidak tahu ya.” Keenan dengan cepat membaca ekspresi Sani, “Apakah Keenan
mengatakan bahwa warisan orang tua kami hanya cafe itu?”
Sani
mengangguk menatap Keenan bingung ketika lelaki itu tertawa terbahak-bahak,
“Oh
Astaga, dasar Azka,
mungkin dia takut kau lari terbirit-birit ketakutan ketika tahu bahwa dia
sangat kaya dan berkuasa. Sani, perlu kau tahu, Garden Cafe itu hanyalah
setitik kecil dari warisan ayah kami. Di luar itu, Azka memimpin jaringan besar
bisnis kuliner dan perhotelan serta resor-resor mewah di semua lokasi strategis
yang tersebar hampir di seluruh negara ini.” Keenan mengangkat bahu, “Dari
warisan yang dicairkan Azka dalam bentuk uang untukku, sebagai ganti penyerahan
hak kepemilikan perusahaan saja aku sudah bisa hidup mewah seumur hidupku tanpa
harus memikirkan bekerja,” Senyumnya melebar, “Bayangkan apa yang dimiliki
Azka, sejak memegang perusahaan itu, dia telah mengembangkannya dengan
kejeniusannya dan nilai seluruh perusahaan itu sudah menjadi berkali-kali
lipat.”
Sani
ternganga, dia sama sekali tidak menyangka informasi ini. Azka... Azka yang
dikenalnya itu ternyata adalah seorang miliarder kaya?
Tiba-tiba
Sani merasa gugup. Selama ini dia mau menjalin hubungan dengan Azka karena
mereka sama. Sama-sama orang biasa, yang menjalani hidup dengan biasa pula.
Tetapi Sani tidak pernah menyangka kalau Azka adalah bisnisman jenius dengan
kehidupan yang kompleks dan kekayaan yang terdengar menakutkan.
Sani
masih mengernyit, menyisakan satu pertanyaan di benaknya. Kenapa Azka seolah
menutupi keadaannya? Apakah dia takut bahwa Sani adalah perempuan gila harta? Yang
hanya ingin mengincar hartanya?
“Mungkin
kau lihat hubunganku dengan Azka tidak begitu baik.” Keenan bergumam lagi,
tidak menyadari pikiran kalut yang berkecamuk di benak Sani, “Kami sebenarnya
saling menyayangi, hanya saja kadangkala aku merasa bahwa Azka menyimpan
kemarahan kepadaku.”
“Kemarahan?”
“Ya.
Dia baik kepadaku, selalu ada setiap aku membutuhkan selayaknya seorang kakak.
Tetapi ada kalanya aku merasakan dia marah kepadaku, tetapi menyimpannya
dalam-dalam.”
“Kenapa
Azka menyimpan kemarahan kepadamu?”
“Karena
aku menolak tanggung jawab atas perusahaan itu dengan egois.” Keenan tersenyum
malu, “Mau bagaimana lagi, perusahaan itu bukanlah impianku, aku seorang
seniman, aku memiliki hasrat yang mendalam sebagai pelukis. Jadi aku
mengusulkan kepada Azka supaya menjual saja seluruh perusahaan kami dan
kemudian mengambil mimpi kami masing-masing.”
“Azka
menolaknya.” Gumam Sani.
“Ya
tentu saja Azka menolaknya, kakakku itu terlalu senang memikul tanggung jawab.
Dia saat itu bersekolah untuk menjadi koki profesional sesuai impiannya, dan
dengan bodohnya dia meninggalkannya, demi memikul tanggung jawab di perusahaan
itu. Dia menjalaninya dengan kesadaran tentu saja, tetapi tetap saja aku merasa
dia marah kepadaku.” Keenan mengangkat bahunya, “Mungkin dia melihat betapa
bahagianya aku karena meninggalkan tanggung jawabku dan memilih mengejar
mimpiku, mungkin dia berandai-andai seandainya saja dia bisa melakukan hal yang
sama denganku.”
“Tetapi
Azka tidak akan pernah bisa.” Sani memahami bagaimana kepribadian Azka, lelaki
itu tidak mungkin bisa melakukannya.
“Ya,
dia tidak pernah bisa, karena itulah jauh di dalam dirinya ada kemarahan. Kemarahan
karena dia yang harus memikul seluruh beban dan tanggung jawab.” Mata Keenan
tampak melembut, “Salah satu kelemahan Azka adalah ketika dia dihadapkan pada
posisi di mana dia harus bertanggung jawab, dia pasti akan mengambilnya tanpa
ampun dan kemudian merusak dirinya sendiri.”
⧫⧫⧫
Sani
sedang duduk di sofa di dalam apartemennya masih memikirkan kata-kata Keenan
tadi. Setelah makan siang Keenan harus langsung pergi karena ada janji dengan
salah seorang temannya, jadi mereka berpisah, setelah Keenan sempat meminta
nomor ponselnya.
Ponselnya
berbunyi, Sani meliriknya dan mengangkatnya ketika melihat nama Kesha di sana.
“Kenapa
Kesha, bukankah naskah terakhirnya sudah aku serahkan kepadamu?”
“Hei
tidak bolehkah aku menelepon sahabatku dan tidak membahas masalah pekerjaan?”
Kesha tertawa di seberang sana, “Aku ada di dekat-dekat sini, aku mau mampir ke
sana.”
Setengah
jam kemudian, Kesha sudah ada di dalam apartemennya. Dia membawa dvd terbaru
dan dua cup besar popcorn, itu adalah DVD komedi romantis yang dibintangi Adam
Sandler dan Jennifer Aniston.
Mereka
duduk di sofa itu, dan terpesona dengan kisahnya yang lucu dan romantis. Dan
ketika film itu selesai dengan ending yang manis dan membahagiakan, tiba-tiba
saja Sani mengingat Azka dan bergumam,
“Pemilik
café itu...”
Kesha
langsung menatapnya dengan tertarik, “Hmmm, Azka? Aku masih penasaran dengan
wajahnya, mengingat saudara kembarnya
luar biasa tampannya, aku yakin dia pasti tak kalah tampan.” Sani sudah
bercerita kepada Kesha tentang kedekatannya dengan Azka dan Kesha mendorongnya
dengan penuh semangat untuk mencoba membuka hatinya. Kalaupun tidak berhasil,
toh Sani sudah mencoba menyembuhkan luka lamanya, kata Kesha waktu itu.
“Yah.”
Sani mengangguk, “Dia ternyata seorang miliarder?”
“Apa?”
Kali ini Kesha hampir terlonjak dari duduknya, “Dan kau tahu itu bukan dari
dirinya sepertinya?”
“Ya.
Azka tidak pernah menceritakan kepadaku, dia bilang dia memiliki cafe itu dan
yang lain-lain. Aku bingung kenapa dia tidak mengatakan apapun kepadaku. Apakah
dia tidak percaya kepadaku atau dia hanyalah orang kaya yang paranoid mendekati
perempuan karena takut perempuan itu akan mengincar hartanya?”
“Mungkin
Azka akan menjelaskannya nanti kepadamu, mungkin waktunya belum tepat.” Kesha
membuka laptopnya dengan bersemangat, “Sejak adanya mesin pencari ini kau hanya
perlu memasukkan namanya dan semua berita tentangnya akan keluar. Kalau dia
memang seorang miliarder, dia pasti akan muncul di salah satu berita.”
Dengan
cekatan Kesha mengetikkan nama “Azka” dengan keyword tambahan “Garden Cafe.”
Dan
sederet berita langsung keluar ketika tombil ‘search’ ditekan. Berita itu kebanyakan dari kolom bisnis dan
keuangan, yang memberitakan tentang resort dan hotel-hotel berbintang lima yang
tersebar di negara ini. Yang semuanya dimiliki oleh seorang miliarder muda
bernama “Azka Reivaldo”
Sani
dan Kesha ternganga membaca semua informasi itu. Lalu saling berpandangan
dengan takjub.
“Sani.”
Kesha akhirnya yang bisa bergumam, “Kalau memilih laki-laki, kau benar-benar
tidak tanggung-tanggung.”
⧫⧫⧫
Setelah
Kesha pulang. Sani memutuskan untuk mandi air panas di bawah pancuran dan
bersantai. Naskahnya sudah selesai, dan dia bisa tenang sebentar sebelum Kesha
menyerahkan beberapa koreksian editan yang harus ia revisi.
Dia
merasakan nikmatnya mandi air panas yang menyenangkan di tubuhnya dan
melemaskan badannya yang lelah. Meskipun benaknya masih bertanya-tanya, tetapi Sani
berusaha menenangkan dirinya.
⧫⧫⧫
“Kau
menemui Sani bukan?” Azka langsung bergumam ketika Keenan membuka pintu tempat tinggalnya.
Lalu Azka langsung melangkah masuk dengan marah ke dalam rumah.
Sementara
itu Keenan masih memasang wajah santai dan tersenyum mengejek, “Oh Astaga kak,
apakah kau menyuruh orang untuk mengikutiku?”
“Bukan
kamu.” Wajah Azka tampak datar, “Aku menyuruh pengawalku untuk mengikuti Sani,
dan dia bilang Sani makan siang bersama saudara kembarku. Apa maksudmu
mengajaknya makan siang bersama? Apa yang kau katakan padanya?”
“Whoa
tunggu... akan kujawab satu-satu kak.” Tetapi kemudian Keenan mengangkat alisnya,
“Kalau boleh aku tahu, kenapa kau menyuruh orang untuk mengikuti Sani?”
“Bukan
urusanmu.”
“Kalau
begitu aku tidak akan mengatakan informasi apapun menyangkut tadi siang.”
Keenan bersedekap, menantang.
Lama
Azka menatap Keenan dengan pandangan tajam, kemudian dia menghela napas
panjang, “Sani punya seorang mantan tunangan yang mengejarnya, dan aku sudah
membereskannya agar berada di tempat yang jauh dan tidak bisa mengganggu Sani
lagi. Tetapi tentu saja aku tidak mau mengambil resiko, jadi aku menyuruh
pengawalku untuk mengawasi Sani sementara.”
Keenan
menatap Azka dengan tajam, “Pastinya bukan untuk berjaga-jaga kalau-kalau Sani
menemui laki-laki lain selain dirimu bukan?”
Azka
tidak membantah, dia hanya menatap Keenan dengan tajam, “Sekarang katakan
kenapa kau menemui Sani tadi siang.”
“Aku
tidak sengaja menemuinya, kami berpapasan di minirmarket di ujung jalan.”
“minimarket?”
Azka menyipitkan matanya.
“Aku
sedang berada di dekat-dekat situ dan membeli rokok.” Gumam Keenan tanpa rasa
bersalah.
Azka
langsung mencibir, “Rumahmu berada puluhan kilometer dari sana, dan kau membeli
rokok di sana di dekat apartemen Sani, kau pasti punya rencana di otakmu.”
Keenan
tertawa, “Oh astaga kakak, kenapa kau dipenuhi rasa curiga? Aku benar-benar
tidak sengaja berada di sana dan kemudian berpapasan dengan Sani di dalam
supermarket itu. Jadi aku mengajaknya makan siang bersama.”
“Dan
apa saja yang kau katakan kepadanya selama makan siang itu?”
Keenan
tersenyum, “Kalau kau takut aku mengatakan kepadanya tentang Celia, kau bisa
tenang, aku tidak akan mengatakan kepadanya.”
Sebenarnya
itulah yang paling ditakutkan oleh Azka. Dia takut Sani mengetahui tentang
Celia sebelum dia sempat membereskan semuanya. Kalau sampai itu terjadi, Sani
pasti akan menganggapnya sama seperti Jeremy, seorang lelaki pengkhianat yang
tega mengkhianati perempuan yang menjadi tunangannya. Sani pasti akan benci
setengah mati kepadanya kalau sampai dia tahu.
“Dan
kalau kau sampai tidak bisa menjaga mulutmu, aku akan membuatmu menyesalinya
Keenan. Meskipun kau adalah adikku, aku tidak akan segan-segan.”
“Aku
takut.” Keenan bergumam mengejek, karena tidak ada satupun ekspresi ketakutan
di wajahnya, bertentangan dengan kata-katanya. “Kakak, Kalau kau tidak
memberitahukan tentang Celia, cepat atau lambat Sani pasti tahu. Dia sudah tahu
bahwa kau adalah miliarder kaya, dan kau terkenal. Berita tentang pertunanganmu
yang diselenggarakan dengan begitu mewah waktu itu pasti ada, terselip di salah
satu berita di internet.”
“Kau
memberitahukan kepadanya bahwa aku seorang miliarder?” suara Azka meninggi, dia
tampak benar-benar marah sekarang.
Keenan
memundurkan langkahnya, menjauhi Azka yang kali ini tampak benar-benar
berbahaya, “Aku tidak tahu bahwa dia tidak tahu, kukira kau sudah mengatakan
kepadanya, Lagipula kenapa kau merahasiakan statusmu kepadanya? Kenapa kau
tidak mau dia tahu bahwa kau kaya raya? Apakah kau tidak percaya kepadanya?”
“Bukan
karena itu!” Azka berteriak, “Seperti yang kau bilang tadi, karena kalau sampai
dia tahu aku kaya, dia akan mudah mencari informasi tentangku. Dan dia bisa
menemukan info tentang Celia sebelum aku bisa membereskan semuanya!”
Keenan
tertegun mendengar kata-kata Azka yang terakhir, “Membereskan Celia? Apa
maksudmu?”
“Bukan
urusanmu.” Azka menatap adiknya dengan dingin, “Kau telah merusak seluruh
rencanaku, dan kali ini akumasih memaafkanmu karena kau adalah adikku. Tetapi
ingat ini Keenan, jangan pernah mencoba main-main setitikpun dengan Sani. Dia
milikku, kau dengar itu? Dia milikku, dan aku akan menghancurkan siapapun yang
mencoba mencurinya dariku.” Setelah mengucapkan ancamannya, Azka membalikkan
tubuhnya dan meninggalkan rumah Keenan dengan pintu berdebam di belakangnya.
Sementara
itu Keenan menatap kepergian Azka dengan senyum simpul. Dia tahu bahwa Azka
tidak akan semarah itu kepadanya, dia tahu bahwa jauh di dalam hatinya kakaknya
itu menyayanginya.
Keenan
sama sekali tidak pernah tertarik kepada Sani, mungkin dia suka, tetapi Sani
jelas bukan tipenya. Keenan sengaja berpura-pura tertarik kepada Sani hanya agar
Azka tergerak untuk mengejar Sani lalu berusaha melepaskan diri dari Celia.
Sudah
sejak awal Keenan tidak suka dengan Celia, perempuan itu dulu pernah
mengejarnya, lalu entah kenapa dia kemudian mengejar Azka dan berhasil
memilikinya. Keenan merasa muak membayangkan pengkhianatan yang dilakukan Celia
kepada kakaknya, dan kemudian merasa benci ketika tahu kakaknya terjebak ke
dalam pertunangan itu, yang hanya disebabkan oleh rasa tanggung jawab.
Selama
ini kakaknya hanya pasrah, dikalahkan oleh sikapnya yang begitu bertanggung
jawab. Dan Keenan harus bisa melepaskan kakaknya dari pertunangan yang dia
yakini akan menghancurkan hidup Azka.
Sani
adalah kesempatan terbaik Azka untuk melepaskan diri dan meraih apa yang
diimpikannya. Tetapi Azka terlalu lambat dan penuh pertimbangan hingga Keenan
takut semua akan terlambat. Jadi Keenan mendorongnya, dengan berpura-pura
menyukai Sani juga, lalu mengajak Azka bersaing untuk mendapatkan Sani.
Rencananya
berhasil. Azka sekarang mengejar Sani dengan kekuatan penuh. Sekarang Keenan
hanya bisa berdoa, apapun rencana kakaknya untuk menyingkirkan Celia dari
kehidupannya, semoga rencana itu berhasil.
bersambung ke part 8
mba saaaan.... kayanya lg ol nih...hihi
BalasHapusrequest skalian mba PC part slanjutnya...hehehe penasaran skali sayah...
mksih mbaa... dtgg postingan crita lainnya aka pembunuh cahaya *ngebet
hihihihi iya sayaaang ini lagi edit postingannya habis ini yaah :D
Hapusaku sambil balas komen2 di postingan sebelumnya yg belum dibalas hehehe
howreee...aq dukung keputusanmu, Keenan...
BalasHapusDemi Azka -anaknya Deddy- & Sani....
Makasiih mbak Santh,,mmuaaccchhh
asik asik... Keenan baik deh.. *cium Keenaan*
BalasHapusMba san lanjutkan...
Thanks mba san *peluk erat*
asyk ud d posting.mksh ya mbak san
BalasHapusKeenan adik yg baik ternyata, seneng mb santhy dah ol lagi;-)
BalasHapuslanjut dong mbak santhy...makin penasaran nih..he.he..
BalasHapusBiz terisak baca Pembunuh Cahaya, ada senyum simpul disini saat Kesha bilang : “Sani.” Kesha akhirnya yang bisa bergumam, “Kalau memilih laki-laki, kau benar-benar tidak tanggung-tanggung.”
BalasHapusHehe..
Wowww,,,trnyt Keenan g sk sm Sani,,syukurlaahhhhh... Fiuhhh...
BalasHapusSmg Celia bnr2 tnduk sm Eric,,smg Eric bnr2 bs mmbereskan Celiaa..
Mksh Mba Santhyyy...
Aku juga ikut berdoa, Keenan XD
BalasHapustrms mba...moga celia cpet prgiiii
BalasHapustrms mba...moga celia cpet prgiiii
BalasHapusmbak saaaaaaan ...finally ..thank u mbak cantiiiik :*
BalasHapusmbak san lanjutannya dong
BalasHapustambah penasaran ni?
celia kelaut aja sono
keenan aamiin semoga terkabul
makasih mbak santhy
makin keren ceritanya mbak cantik maksih ^^
BalasHapusMba Santhy, ini tamatnya sampe bab berapa?
BalasHapusThanks Mba'San...uda lama g' dengar kabarx Azka & Sani (serasa setahun..(∩.∩)づ hε.•.hε.•.hε...Lebay)
BalasHapusDitunggu klanjutanx ya Mba'...
Asiiiik Azka mulai ngejar Sani dengan kekuatan penuuh
BalasHapusHihihi
Dan celia tertarik ama eric
Asiik
Makasih mb san :D
Yang cerita diandra sma reno koqgak prnh ª∂a̲̅ kelanjutannya mbak?
BalasHapusMksih mbak Shanty :))
BalasHapusSEMANGAT AZKA....
BalasHapusAYO KEENAN,,,PANASIN AZKA TERUS...
DAN KAU CELIA,,,memang kamu cantik, tapi gampangan,,,ckckck
ada yang bening dikit, langsung ke pancing,,,
yuhuuuu...greget ama cerita ini....
semoga segera di publish lanjutannya,,,
dan paling ngebet yaitu pembunuh cahaya,,,
Mba Santhy semangat,,,,moga publishnya lancar
aku udah baca sampe abis ,, download di play store wkwkwk
BalasHapusceritanya badaiii