Selasa, 19 Maret 2013

You've Got Me From Hello Part 7




Lelaki tampan hanya tersenyum tenang, tampak sedikit geli menghadapi kehebohan Joshua yang menyambutnya. Dia melirik ke arah Celia dan menganggukkan kepalanya dengan sopan ke arah Celia, membuat Celia menyadari bahwa dia telah terpesona kepada lelaki itu. Memang Azka tampan dan tetap nomor satu baginya, tetapi Azka sangat jarang tersenyum, sedangkan lelaki ini, dia begitu murah senyum dan tampak sangat tulus secerah matahari,

“Sepertinya kau dan nona ini menghadapi masalah. Mungkin aku bisa membantu.”

Joshua melirik Celia masih tersenyum lebar, ‘”Ini Eric, dia adalah salah satu investor butik dan salon kami. Kau tidak keberatan Celia kalau Eric membantumu?”

Siapa yang tidak keberatan kalau dibantu berdiri oleh lelaki setampan itu? Celia berpikir bahwa kadang-kadang berpura-pura lumpuh ada untungnya juga...

“Celia ingin membuat gaun pernikahan yang indah, Eric. Kami sedang akan mengukur gaunnya.”

Eric melemparkan pandangan dalam ke arah Celia, “Sayang sekali kau sudah akan menikah, aku iri kepada lelaki beruntung itu.” Gumamnya penuh arti membuat pipi Celia merona.

Joshua menepuk pundak Eric sambil tertawa, “Jangan merayu Celia, Eric. Dia sudah punya tunangan dan akan menikah, mungkin kau bisa mengalihkan sasaranmu kepada gadis lain.”
Eric tampak tidak mempedulikan perkataan Joshua, dia masih memandang tajam ke arah Celia. Ia lalu mendekat dan mengulurkan tangannya lembut,

“Aku akan membantumu berdiri, maafkan ya.” Bisiknya lembut di dekat telinga Celia, “Sini, letakkan tanganmu di pundakku.”

Celia merasakan jantungnya berdebar keras, aroma maskulin itu langsung melingkupinya, membuatnya bergetar.

Dengan tangannya yang kuat, Eric menarik Celia berdiri, lalu menopang pinggangnya. Tangan Celia berpegangan erat ke pundak Eric, lalu melingkarkan lengannya di sana, sementara itu dia berakting sekuat tenaga untuk melemaskan kakinya, menumpukan beban tubuhnya di pundak Eric.

“Nah tunggu sebentar, kami akan mengukurnya.” Para pegawai Joshua mulai mengukur. Proses itu cukup singkat. Dan kemudian setelah Joshua selesai, Eric mendudukkan Celia lagi di kursi rodanya dengan lembut. Lelaki itu menyelipkan kartu namanya yang bernuansa hitam dan keemasan di jemari Celia,

“Hubungi aku, kapanpun itu. Aku akan dengan senang hati membuang semua urusanku demi dirimu.” Bisiknya pelan, lalu berdiri tegak, mengatakan sesuatu tentang pekerjaan kepada Joshua, kemudian melambaikan tangannya dan melangkah pergi.

Sementara itu Celia masih menggenggam erat-erat kartu nama di tangannya itu dengan terpesona.
⧫⧫⧫

Siang itu Sani sedang berjalan ke minimarket di ujung jalan dari apartemennya ketika dia melihat Keenan di dalam minimarket yang ia tuju.

Lelaki itu sedang membeli rokok, dan langsung menoleh ketika pintu terbuka lalu tersenyum lebar ketika melihat Sani,

“Hai kita bertemu lagi.”

Sani tersenyum menatap wajah yang sama persis dengan Azka namun dalam versi yang berbeda ini, “Halo Keenan, apa yang kau lakukan di sini?” Sani melirik ke arah cafe di ujung jalan, bukankah di sana juga ada rokok? Kenapa Keenan malahan berkeliaran di tempat ini?
“Aku membeli rokok.” Keenan tergelak, “Kau mau membeli apa?”

“Hanya beberapa bahan makanan.” Sani mengangguk sambil tersenyum lalu melangkah menuju rak-rak tempat penjualan mie instant. Dia mengira Keenan akan pergi dari supermarket itu setelah mendapatkan rokoknya, tetapi rupanya tidak, lelaki itu mengikutinya.

“Setelah ini, maukah kau jalan denganku? Kita bisa duduk, minum bersama, dan mengobrol.”

Sani mengernyit, Keenan tidak sedang berusaha mendekatinya bukan? Karena Sani sama sekali tidak melihat ada hal yang lebih dari pertemanan di mata Keenan.

“Kita bisa berbicara di cafe.” Gumam Sani akhirnya, memilih tempat yang paling aman.

“Jangan di cafe.” Keenan langsung menyela, “Azka akan membunuhku.”

“Apa?”

“Keenan mengangkat bahunya, “Kalau kau belum sadar, Azka kan sudah mengincarmu untuk menjadi miliknya, dan kalau sampai dia tahu aku mendekatimu, dia akan membunuhku.” Keenan tergelak, “Meskipun rasanya pasti menyenangkan untuk membuat Azka jengkel dan memancing kemarahannya keluar.”

“Apa?” Sani menatap Keenan dengan bingung, ada apa di antara dua saudara ini? Kenapa mereka tampak tidak akur?

“Aku tahu Azka sedang mengejarmu, dan biasanya kalau dia mengejar seseorang dia akan melakukannya dengan kekuatan penuh. Dan aku tertarik kepadamu karena tidak pernah sebelumnya Azka bertindak begitu intens pada seorang perempuan.” Keenan mengedipkan matanya menggoda, “Kau pasti perempuan yang istimewa, jadi maukah kau melewatkan sedikit waktumu untuk makan siang denganku, dan mungkin kita bisa berbagi cerita. Aku ingin lebih mengenal calon kakak iparku dan kau mungkin bisa tahu kisah-kisah tentang Azka yang hanya kami yang tahu, seperti kisah masa kecil kami misalnya.”

Sani merenung, rasanya tidak ada ruginya kalau dia menerima ajakan makan siang Keenan, meski tampaknya selalu bersikap sesukanya, Keenan tampak baik hati. Lagipula dari siapa lagi dia bisa lebih mengenal Azka kalau bukan dari orang terdekatnya, saudara kembarnya?
⧫⧫⧫

Tempat yang dipilih Keenan adalah rumah makan sederhana di belokan perempatan, yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari apartemen Sani. Kompleks apartemennya adalah kompleks perkantoran yang menjadi satu dengan kompleks perbelanjaan, karena itulah suasana cukup ramai di waktu makan siang itu.

Sani memesan kue-kue kecil yang tampak menarik berada di etalase ditemani oleh lemon squash yang menyegarkan. Sementara Keenan memesan seporsi besar nasi goreng dan langsung menyantapnya dengan lahap.

“Aku lapar.” Keenan tertawa melihat senyum geli Sani ketika melihatnya makan dengan begitu lahap.

“Kau bisa makan di Garden Cafe, bukankah itu milikmu juga?” Dari cerita Azka dulu, dia mengatakan bahwa Garden Cafe adalah warisan dari orangtua mereka beserta perusahaan lain-lain. Jadi Sani menyimpulkan bahwa perusahaan itu pasti dimiliki Azka dan Keenan bersama. Sani entah kenapa merasa bisa mudah akrab dengan Keenan. Tidak seperti Azka yang lembut, tenang dan menyimpan aura misterius di dalam dirinya, Keenan lebih ceria, mudah tertawa dan menguarkan aura yang cerah. Sama seperti ketika bersama Azka, beberapa perempuan banyak yang tidak mampu menahan diri untuk menoleh dua kali sambil mengagumi ketampanan Keenan.

“Garden Cafe bukan milikku.” Keenan menelan suapan terakhirnya dan meneguk sodanya dengan bahagia, “Semuanya sudah menjadi milik Azka.”

“Bagaimana bisa?”

Keenan tertawa, “Ayah kami mewariskan semuanya kepada kami berdua, tetapi tentu saja aku tidak mau melanjutkan usaha ayah kami sebagai bisnisman. Aku tidak mau leherku tercekik dasi dan badanku gatal karena kepanasan seharian harus memakai jas yang kaku itu. Karena itulah, begitu Azka memutuskan untuk mengambil alih tanggung jawab, aku meminta pencairan seluruh bagianku di warisan ayah dan melepaskan seluruh kepemilikanku di semua perusahaan ayah.” Keenan mengangkat bahu, “Jadi Azka membantuku, mengambil alih seluruh perusahaan atas namanya dan mencairkan uangku dalam bentuk dana di bank. Untuk selanjutnya seluruh perusahaan itu tidak ada urusannya lagi denganku, termasuk cafe itu.”

Termasuk cafe itu? Sani merenung, Azka mengatakan bahwa warisan utama ayah mereka adalah cafe itu dan beberapa hal lain. Tapi dari nada bicara Keenan, seperti juga yang dikatakan Albert, sepertinya ada sesuatu yang lebih besar di sini entah apa.

“Kau tidak tahu ya.” Keenan dengan cepat membaca ekspresi Sani, “Apakah Keenan mengatakan bahwa warisan orang tua kami hanya cafe itu?”

Sani mengangguk menatap Keenan bingung ketika lelaki itu tertawa terbahak-bahak,

“Oh Astaga, dasar Azka, mungkin dia takut kau lari terbirit-birit ketakutan ketika tahu bahwa dia sangat kaya dan berkuasa. Sani, perlu kau tahu, Garden Cafe itu hanyalah setitik kecil dari warisan ayah kami. Di luar itu, Azka memimpin jaringan besar bisnis kuliner dan perhotelan serta resor-resor mewah di semua lokasi strategis yang tersebar hampir di seluruh negara ini.” Keenan mengangkat bahu, “Dari warisan yang dicairkan Azka dalam bentuk uang untukku, sebagai ganti penyerahan hak kepemilikan perusahaan saja aku sudah bisa hidup mewah seumur hidupku tanpa harus memikirkan bekerja,” Senyumnya melebar, “Bayangkan apa yang dimiliki Azka, sejak memegang perusahaan itu, dia telah mengembangkannya dengan kejeniusannya dan nilai seluruh perusahaan itu sudah menjadi berkali-kali lipat.”

Sani ternganga, dia sama sekali tidak menyangka informasi ini. Azka... Azka yang dikenalnya itu ternyata adalah seorang miliarder kaya?

Tiba-tiba Sani merasa gugup. Selama ini dia mau menjalin hubungan dengan Azka karena mereka sama. Sama-sama orang biasa, yang menjalani hidup dengan biasa pula. Tetapi Sani tidak pernah menyangka kalau Azka adalah bisnisman jenius dengan kehidupan yang kompleks dan kekayaan yang terdengar menakutkan.

Sani masih mengernyit, menyisakan satu pertanyaan di benaknya. Kenapa Azka seolah menutupi keadaannya? Apakah dia takut bahwa Sani adalah perempuan gila harta? Yang hanya ingin mengincar hartanya?

“Mungkin kau lihat hubunganku dengan Azka tidak begitu baik.” Keenan bergumam lagi, tidak menyadari pikiran kalut yang berkecamuk di benak Sani, “Kami sebenarnya saling menyayangi, hanya saja kadangkala aku merasa bahwa Azka menyimpan kemarahan kepadaku.”

“Kemarahan?”

“Ya. Dia baik kepadaku, selalu ada setiap aku membutuhkan selayaknya seorang kakak. Tetapi ada kalanya aku merasakan dia marah kepadaku, tetapi menyimpannya dalam-dalam.”

“Kenapa Azka menyimpan kemarahan kepadamu?”

“Karena aku menolak tanggung jawab atas perusahaan itu dengan egois.” Keenan tersenyum malu, “Mau bagaimana lagi, perusahaan itu bukanlah impianku, aku seorang seniman, aku memiliki hasrat yang mendalam sebagai pelukis. Jadi aku mengusulkan kepada Azka supaya menjual saja seluruh perusahaan kami dan kemudian mengambil mimpi kami masing-masing.”

“Azka menolaknya.” Gumam Sani.

“Ya tentu saja Azka menolaknya, kakakku itu terlalu senang memikul tanggung jawab. Dia saat itu bersekolah untuk menjadi koki profesional sesuai impiannya, dan dengan bodohnya dia meninggalkannya, demi memikul tanggung jawab di perusahaan itu. Dia menjalaninya dengan kesadaran tentu saja, tetapi tetap saja aku merasa dia marah kepadaku.” Keenan mengangkat bahunya, “Mungkin dia melihat betapa bahagianya aku karena meninggalkan tanggung jawabku dan memilih mengejar mimpiku, mungkin dia berandai-andai seandainya saja dia bisa melakukan hal yang sama denganku.”

“Tetapi Azka tidak akan pernah bisa.” Sani memahami bagaimana kepribadian Azka, lelaki itu tidak mungkin bisa melakukannya.

“Ya, dia tidak pernah bisa, karena itulah jauh di dalam dirinya ada kemarahan. Kemarahan karena dia yang harus memikul seluruh beban dan tanggung jawab.” Mata Keenan tampak melembut, “Salah satu kelemahan Azka adalah ketika dia dihadapkan pada posisi di mana dia harus bertanggung jawab, dia pasti akan mengambilnya tanpa ampun dan kemudian merusak dirinya sendiri.”
⧫⧫⧫

Sani sedang duduk di sofa di dalam apartemennya masih memikirkan kata-kata Keenan tadi. Setelah makan siang Keenan harus langsung pergi karena ada janji dengan salah seorang temannya, jadi mereka berpisah, setelah Keenan sempat meminta nomor ponselnya.

Ponselnya berbunyi, Sani meliriknya dan mengangkatnya ketika melihat nama Kesha di sana.

“Kenapa Kesha, bukankah naskah terakhirnya sudah aku serahkan kepadamu?”

“Hei tidak bolehkah aku menelepon sahabatku dan tidak membahas masalah pekerjaan?” Kesha tertawa di seberang sana, “Aku ada di dekat-dekat sini, aku mau mampir ke sana.”

Setengah jam kemudian, Kesha sudah ada di dalam apartemennya. Dia membawa dvd terbaru dan dua cup besar popcorn, itu adalah DVD komedi romantis yang dibintangi Adam Sandler dan Jennifer Aniston.

Mereka duduk di sofa itu, dan terpesona dengan kisahnya yang lucu dan romantis. Dan ketika film itu selesai dengan ending yang manis dan membahagiakan, tiba-tiba saja Sani mengingat Azka dan bergumam,

“Pemilik café itu...”

Kesha langsung menatapnya dengan tertarik, “Hmmm, Azka? Aku masih penasaran dengan wajahnya, mengingat  saudara kembarnya luar biasa tampannya, aku yakin dia pasti tak kalah tampan.” Sani sudah bercerita kepada Kesha tentang kedekatannya dengan Azka dan Kesha mendorongnya dengan penuh semangat untuk mencoba membuka hatinya. Kalaupun tidak berhasil, toh Sani sudah mencoba menyembuhkan luka lamanya, kata Kesha waktu itu.

“Yah.” Sani mengangguk, “Dia ternyata seorang miliarder?”

“Apa?” Kali ini Kesha hampir terlonjak dari duduknya, “Dan kau tahu itu bukan dari dirinya sepertinya?”

“Ya. Azka tidak pernah menceritakan kepadaku, dia bilang dia memiliki cafe itu dan yang lain-lain. Aku bingung kenapa dia tidak mengatakan apapun kepadaku. Apakah dia tidak percaya kepadaku atau dia hanyalah orang kaya yang paranoid mendekati perempuan karena takut perempuan itu akan mengincar hartanya?”

“Mungkin Azka akan menjelaskannya nanti kepadamu, mungkin waktunya belum tepat.” Kesha membuka laptopnya dengan bersemangat, “Sejak adanya mesin pencari ini kau hanya perlu memasukkan namanya dan semua berita tentangnya akan keluar. Kalau dia memang seorang miliarder, dia pasti akan muncul di salah satu berita.”

Dengan cekatan Kesha mengetikkan nama “Azka” dengan keyword tambahan “Garden Cafe.”

Dan sederet berita langsung keluar ketika tombil ‘search’ ditekan.  Berita itu kebanyakan dari kolom bisnis dan keuangan, yang memberitakan tentang resort dan hotel-hotel berbintang lima yang tersebar di negara ini. Yang semuanya dimiliki oleh seorang miliarder muda bernama “Azka Reivaldo

Sani dan Kesha ternganga membaca semua informasi itu. Lalu saling berpandangan dengan takjub.

“Sani.” Kesha akhirnya yang bisa bergumam, “Kalau memilih laki-laki, kau benar-benar tidak tanggung-tanggung.”
⧫⧫⧫

Setelah Kesha pulang. Sani memutuskan untuk mandi air panas di bawah pancuran dan bersantai. Naskahnya sudah selesai, dan dia bisa tenang sebentar sebelum Kesha menyerahkan beberapa koreksian editan yang harus ia revisi.

Dia merasakan nikmatnya mandi air panas yang menyenangkan di tubuhnya dan melemaskan badannya yang lelah. Meskipun benaknya masih bertanya-tanya, tetapi Sani berusaha menenangkan dirinya.
⧫⧫⧫

“Kau menemui Sani bukan?” Azka langsung bergumam ketika Keenan membuka pintu tempat tinggalnya. Lalu Azka langsung melangkah masuk dengan marah ke dalam rumah.

Sementara itu Keenan masih memasang wajah santai dan tersenyum mengejek, “Oh Astaga kak, apakah kau menyuruh orang untuk mengikutiku?”

“Bukan kamu.” Wajah Azka tampak datar, “Aku menyuruh pengawalku untuk mengikuti Sani, dan dia bilang Sani makan siang bersama saudara kembarku. Apa maksudmu mengajaknya makan siang bersama? Apa yang kau katakan padanya?”

“Whoa tunggu... akan kujawab satu-satu kak.” Tetapi kemudian Keenan mengangkat alisnya, “Kalau boleh aku tahu, kenapa kau menyuruh orang untuk mengikuti Sani?”

“Bukan urusanmu.”

“Kalau begitu aku tidak akan mengatakan informasi apapun menyangkut tadi siang.” Keenan bersedekap, menantang.

Lama Azka menatap Keenan dengan pandangan tajam, kemudian dia menghela napas panjang, “Sani punya seorang mantan tunangan yang mengejarnya, dan aku sudah membereskannya agar berada di tempat yang jauh dan tidak bisa mengganggu Sani lagi. Tetapi tentu saja aku tidak mau mengambil resiko, jadi aku menyuruh pengawalku untuk mengawasi Sani sementara.”

Keenan menatap Azka dengan tajam, “Pastinya bukan untuk berjaga-jaga kalau-kalau Sani menemui laki-laki lain selain dirimu bukan?”

Azka tidak membantah, dia hanya menatap Keenan dengan tajam, “Sekarang katakan kenapa kau menemui Sani tadi siang.”

“Aku tidak sengaja menemuinya, kami berpapasan di minirmarket di ujung jalan.”

“minimarket?” Azka menyipitkan matanya.

“Aku sedang berada di dekat-dekat situ dan membeli rokok.” Gumam Keenan tanpa rasa bersalah.

Azka langsung mencibir, “Rumahmu berada puluhan kilometer dari sana, dan kau membeli rokok di sana di dekat apartemen Sani, kau pasti punya rencana di otakmu.”

Keenan tertawa, “Oh astaga kakak, kenapa kau dipenuhi rasa curiga? Aku benar-benar tidak sengaja berada di sana dan kemudian berpapasan dengan Sani di dalam supermarket itu. Jadi aku mengajaknya makan siang bersama.”

“Dan apa saja yang kau katakan kepadanya selama makan siang itu?”

Keenan tersenyum, “Kalau kau takut aku mengatakan kepadanya tentang Celia, kau bisa tenang, aku tidak akan mengatakan kepadanya.”

Sebenarnya itulah yang paling ditakutkan oleh Azka. Dia takut Sani mengetahui tentang Celia sebelum dia sempat membereskan semuanya. Kalau sampai itu terjadi, Sani pasti akan menganggapnya sama seperti Jeremy, seorang lelaki pengkhianat yang tega mengkhianati perempuan yang menjadi tunangannya. Sani pasti akan benci setengah mati kepadanya kalau sampai dia tahu.

“Dan kalau kau sampai tidak bisa menjaga mulutmu, aku akan membuatmu menyesalinya Keenan. Meskipun kau adalah adikku, aku tidak akan segan-segan.”

“Aku takut.” Keenan bergumam mengejek, karena tidak ada satupun ekspresi ketakutan di wajahnya, bertentangan dengan kata-katanya. “Kakak, Kalau kau tidak memberitahukan tentang Celia, cepat atau lambat Sani pasti tahu. Dia sudah tahu bahwa kau adalah miliarder kaya, dan kau terkenal. Berita tentang pertunanganmu yang diselenggarakan dengan begitu mewah waktu itu pasti ada, terselip di salah satu berita di internet.”

“Kau memberitahukan kepadanya bahwa aku seorang miliarder?” suara Azka meninggi, dia tampak benar-benar marah sekarang.

Keenan memundurkan langkahnya, menjauhi Azka yang kali ini tampak benar-benar berbahaya, “Aku tidak tahu bahwa dia tidak tahu, kukira kau sudah mengatakan kepadanya, Lagipula kenapa kau merahasiakan statusmu kepadanya? Kenapa kau tidak mau dia tahu bahwa kau kaya raya? Apakah kau tidak percaya kepadanya?”

“Bukan karena itu!” Azka berteriak, “Seperti yang kau bilang tadi, karena kalau sampai dia tahu aku kaya, dia akan mudah mencari informasi tentangku. Dan dia bisa menemukan info tentang Celia sebelum aku bisa membereskan semuanya!”

Keenan tertegun mendengar kata-kata Azka yang terakhir, “Membereskan Celia? Apa maksudmu?”

“Bukan urusanmu.” Azka menatap adiknya dengan dingin, “Kau telah merusak seluruh rencanaku, dan kali ini akumasih memaafkanmu karena kau adalah adikku. Tetapi ingat ini Keenan, jangan pernah mencoba main-main setitikpun dengan Sani. Dia milikku, kau dengar itu? Dia milikku, dan aku akan menghancurkan siapapun yang mencoba mencurinya dariku.” Setelah mengucapkan ancamannya, Azka membalikkan tubuhnya dan meninggalkan rumah Keenan dengan pintu berdebam di belakangnya.

Sementara itu Keenan menatap kepergian Azka dengan senyum simpul. Dia tahu bahwa Azka tidak akan semarah itu kepadanya, dia tahu bahwa jauh di dalam hatinya kakaknya itu menyayanginya.

Keenan sama sekali tidak pernah tertarik kepada Sani, mungkin dia suka, tetapi Sani jelas bukan tipenya. Keenan sengaja berpura-pura tertarik kepada Sani hanya agar Azka tergerak untuk mengejar Sani lalu berusaha melepaskan diri dari Celia.

Sudah sejak awal Keenan tidak suka dengan Celia, perempuan itu dulu pernah mengejarnya, lalu entah kenapa dia kemudian mengejar Azka dan berhasil memilikinya. Keenan merasa muak membayangkan pengkhianatan yang dilakukan Celia kepada kakaknya, dan kemudian merasa benci ketika tahu kakaknya terjebak ke dalam pertunangan itu, yang hanya disebabkan oleh rasa tanggung jawab.

Selama ini kakaknya hanya pasrah, dikalahkan oleh sikapnya yang begitu bertanggung jawab. Dan Keenan harus bisa melepaskan kakaknya dari pertunangan yang dia yakini akan menghancurkan hidup Azka.

Sani adalah kesempatan terbaik Azka untuk melepaskan diri dan meraih apa yang diimpikannya. Tetapi Azka terlalu lambat dan penuh pertimbangan hingga Keenan takut semua akan terlambat. Jadi Keenan mendorongnya, dengan berpura-pura menyukai Sani juga, lalu mengajak Azka bersaing untuk mendapatkan Sani.

Rencananya berhasil. Azka sekarang mengejar Sani dengan kekuatan penuh. Sekarang Keenan hanya bisa berdoa, apapun rencana kakaknya untuk menyingkirkan Celia dari kehidupannya, semoga rencana itu berhasil.

 bersambung ke part 8


22 komentar:

  1. mba saaaan.... kayanya lg ol nih...hihi
    request skalian mba PC part slanjutnya...hehehe penasaran skali sayah...
    mksih mbaa... dtgg postingan crita lainnya aka pembunuh cahaya *ngebet

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi iya sayaaang ini lagi edit postingannya habis ini yaah :D
      aku sambil balas komen2 di postingan sebelumnya yg belum dibalas hehehe

      Hapus
  2. howreee...aq dukung keputusanmu, Keenan...

    Demi Azka -anaknya Deddy- & Sani....

    Makasiih mbak Santh,,mmuaaccchhh

    BalasHapus
  3. asik asik... Keenan baik deh.. *cium Keenaan*
    Mba san lanjutkan...

    Thanks mba san *peluk erat*

    BalasHapus
  4. asyk ud d posting.mksh ya mbak san

    BalasHapus
  5. Keenan adik yg baik ternyata, seneng mb santhy dah ol lagi;-)

    BalasHapus
  6. lanjut dong mbak santhy...makin penasaran nih..he.he..

    BalasHapus
  7. Biz terisak baca Pembunuh Cahaya, ada senyum simpul disini saat Kesha bilang : “Sani.” Kesha akhirnya yang bisa bergumam, “Kalau memilih laki-laki, kau benar-benar tidak tanggung-tanggung.”

    Hehe..

    BalasHapus
  8. Wowww,,,trnyt Keenan g sk sm Sani,,syukurlaahhhhh... Fiuhhh...
    Smg Celia bnr2 tnduk sm Eric,,smg Eric bnr2 bs mmbereskan Celiaa..
    Mksh Mba Santhyyy...

    BalasHapus
  9. Aku juga ikut berdoa, Keenan XD

    BalasHapus
  10. trms mba...moga celia cpet prgiiii

    BalasHapus
  11. trms mba...moga celia cpet prgiiii

    BalasHapus
  12. mbak saaaaaaan ...finally ..thank u mbak cantiiiik :*

    BalasHapus
  13. mbak san lanjutannya dong
    tambah penasaran ni?
    celia kelaut aja sono
    keenan aamiin semoga terkabul
    makasih mbak santhy

    BalasHapus
  14. makin keren ceritanya mbak cantik maksih ^^

    BalasHapus
  15. Mba Santhy, ini tamatnya sampe bab berapa?

    BalasHapus
  16. Thanks Mba'San...uda lama g' dengar kabarx Azka & Sani (serasa setahun..(∩.∩)づ hε.•.hε.•.hε...Lebay)
    Ditunggu klanjutanx ya Mba'...

    BalasHapus
  17. Asiiiik Azka mulai ngejar Sani dengan kekuatan penuuh
    Hihihi
    Dan celia tertarik ama eric
    Asiik
    Makasih mb san :D

    BalasHapus
  18. Yang cerita diandra sma reno koqgak prnh ª∂a̲̅ kelanjutannya mbak?

    BalasHapus
  19. SEMANGAT AZKA....
    AYO KEENAN,,,PANASIN AZKA TERUS...

    DAN KAU CELIA,,,memang kamu cantik, tapi gampangan,,,ckckck
    ada yang bening dikit, langsung ke pancing,,,

    yuhuuuu...greget ama cerita ini....

    semoga segera di publish lanjutannya,,,

    dan paling ngebet yaitu pembunuh cahaya,,,

    Mba Santhy semangat,,,,moga publishnya lancar

    BalasHapus
  20. aku udah baca sampe abis ,, download di play store wkwkwk
    ceritanya badaiii

    BalasHapus