“Apa?”
Andre hampir berteriak di seberang sana ketika mendengar seluruh cerita Saira
yang diucapkan sambil menahan tangisnya. “Apa yang ada di otak Leo?”
Saira
menghela napas panjang, “Aku hanya tidak tahu kenapa dia bersikap seperti itu,
Andre. Dia sungguh berubah, tidak seperti yang kita kenal. Dia... aku hampir
yakin kalau dia.. membenciku.”
“Membencimu?”
Andre mendesah pelan, Saira hampir bisa membayangkan lelaki itu
menggeleng-gelengkan kepalanya di seberang sana, “Aku sungguh tidak bisa
membayangkan kalau dia membencimu Saira, sikap lembutnya, kebaikannya, tatapan
penuh cintanya kepadamu waktu itu, semuanya tampak tulus.” Suara Andre berubah
prihatin, “Kau tidak apa-apa Saira? Perlukah aku menjemputmu?”
“Jangan
Andre.” Saira berseru cepat, “Pada awalnya kupikir kalau Leo cemburu kepadamu,
kepada kita.”
“Itu
konyol.... kau seharusnya memberitahunya kalau aku...”
“Yah,
dia memang belum tahu Andre... dan hari itu ketika aku mengunjungimu setelah
pernikahan, dia ada di rumah ketika aku pulang dan menungguku. Dia tampak marah
besar, mengata-ngataiku sebagai perempuan yang tidak menghormatinya karena
langsung mengunjungi kekasihnya setelah pernikahan. Dia mengira kita sepasang
kekasih.”
“Apakah
kau tidak menjelaskan semuanya kepadanya?”
“Aku
tidak punya kesempatan.” Saira mendesah pedih, “Dia tidak memberiku
kesempatan.”
Hening
lama, seolah Andre sedang berpikir keras.
“Leo
sungguh keterlaluan.” Andre menggeram, tampak marah, “Dia memperlakukanmu
seperti ini, sama seperti dia sedang menghinaku. Kau sudah kuanggap seperti
adikku sendiri, Saira, keluargaku. Kalau Leo bersikap keterlaluan kepadamu, dia
harus menghadapiku.”
***
Leo
membanting tubuhnya di sofa kantornya. Dia tidak tahu harus kemana. Dia tidak
bisa berada di rumah dan memancing terus menerus konfrontasi dengan Saira, yang
membuatnya lelah. Dia juga tidak bisa datang ke rumah tempat Leanna dirawat,
melihat kondisi Leanna yang seperti itu makin lama makin membuat luka di dalam
hatinya yang sudah parah semakin menganga.
Satu-satunya
tempat yang bisa membuatnya nyaman dan sendirian adalah kantornya di hari
Minggu. Satpam perusahaannya tampak bingung melihat kedatangan bosnya tiba-tiba
di hari Minggu, tetapi Leo memasang tampang datar dan tidak peduli.
Benaknya
berkelana tanpa arah, memikirkan tercapainya tujuannya. Semua rencananya sudah
mengarah ke arah yang diinginkannya. Pernikahannya dengan Saira semakin
mempermudah rencananya.
Leo
pada akhirnya berhasil menikahi Saira dan menjalankan rencana balas dendamnya.
Pada akhirnya dia akan menahan Saira dalam pernikahan ini dan terus menerus
menyakitinya tanpa Saira sadari. Tetapi... semua keberhasilan ini tidak membawa
kepuasan kepada dirinya. Entah mengapa. Apakah karena batinnya sendiri
menyadari bahwa dia telah membalas dendam kepada orang yang tidak tahu apa-apa?
Tidak!
Leo menggelengkan kepalanya dengan keras. Saira pantas menerima pembalasan ini.
Dia sedikit banyak telah berkontribusi dalam penderitaan yang dialami
Leanna.... kesakitan yang dialami Leanna.... Belum lagi kepedihan yang
ditanggung oleh keluarganya selama ini. Semuanya sangat sepadan dengan
pembalasan dendam ini.
Leo
mendesah dan berdiri dengan gelisah, menatap dari jendela kaca di ruang
kerjanya ke arah langit yang gelap dan mendung.
Saira.
Perempuan itu, dengan keluguannya telah dengan mudahnya jatuh ke dalam
cengkeraman Leo. Sebenarnya Leo bisa saja menghancurkan hidupnya tanpa harus
menikahinya. Tetapi entah kenapa di saat terakhir Leo memutuskan bahwa dengan
menikahi Saira, dia akan lebih mudah mengikat perempuan itu. Dan lebih leluasa
membalaskan dendamnya. Hal itu juga mencegah Saira kabur meninggalkannya
sebelum pembalasan dendamnya usai.
Dia
teringat kepada Andre yang tampak begitu dekat dengan Saira, dan mencibir.
Perempuan itu bahkan dengan mudahnya melompat meninggalkan Andre dan menghambur
ke pelukannya, benar-benar watak perempuan gampangan, seperti yang
dibayangkannya selama ini. Tetapi bagaimanapun juga hubungan Andre dengan Saira
yang begitu dekat, bahkan setelah Saira menikah dengannya terasa begitu
mengganggu. Ingatannya akan Saira yang langsung mengunjungi Andre dihari
pertama pernikahan mereka membuatnya marah dan terhina.
Dia
mengernyit, Saira pasti akan langsung menghambur kepada Andre karena sikap Leo.
Tiba-tiba dia sadar. Diraihnya kunci mobilnya dan bergegas keluar.
***
Pada
akhirnya Saira tidak tahan harus terus berdiam diri di rumah Leo yang begitu
besar dan lengang, apalagi sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa Leo akan pulang
hari ini. Dia akhirnya memutuskan untuk mengambil resiko, karena dia sangat
butuh melepaskan semua permasalahannya di rumah kaca. Dari dulu, Saira sudah
terbiasa, kabur dan merenung di rumah kaca, ketika pikirannya kalut. Kadangkala
Saira menghabiskan waktunya dengan merawat tanaman-tanamannya, mencurahkan
kasih sayangnya dan mengalihkan perhatiannya.
Ketika sedang diperjalanan, ponselnya
berbunyi tiba-tiba membuat Saira tersentak dari lamunannya, diangkatnya ponsel
itu ketika tahu bahwa Andre yang menelepon,
“Halo
Andre.”
“Katamu
kau akan segera datang kemari, dan aku cemas karena kau belum tiba juga.”
“Aku sudah di jalan.” Jawab Saira sambil tersenyum miring.
“Oke
Saira, lekaslah datang, dan aku ingin kau menceritakan semuanya secara
langsung.”
***
Andre
sudah menunggu. Meskipun tampak santai, lelaki itu tegang dan kelihatan sekali
sangat mencemaskan Saira,
“Bagaimana
keadaanmu?” Andre menarikkan kursi bagi Saira untuk duduk, sesuatu yang tidak
pernah dilakukannya sebelumnya.
“Aku
baik-baik saja.” Saira berusaha tersenyum tegar, “Tetapi perasaanku tidak.”
Lanjutnya serak.
Andre
menatap Saira dan mengernyitkan keningnya, “Kau baru dua hari menikah dan Leo
sudah bersikap seperti ini. Kalau begini aku jadi menanyakan motivasinya
menikahimu.” Andre menatap Saira hati-hati, “Apakah mungkin dia sedang berusaha
menjebakmu dalam pernikahan ini Saira?”
“Menjebakku?”
Saira menatap Andre dengan bingung, “Tetapi kenapa? Demi alasan apa?”
“Aku
tidak tahu.” Andre mengangkat bahunya, “Semula aku sempat curiga dengan sikap
Leo yang mendekatimu dengan begitu intens dan cepat, bahkan kemudian melamarmu
padahal hubungan kalian baru semumur jagung.” Lelaki itu duduk di kursi depan
Saira dan menghela napas panjang, “Tetapi aku melihat betapa kau mencintainya,
dan aku berpikir bahwa kau sudah menemukan belahan jiwamu.”
Hati
Saira terasa sakit mendengar kata-kata Andre, itu sama seperti yang dikatakan
Leo kepadanya dulu sebelum menikahinya. Bahwa Saira adalah belahan jiwanya,
bahwa Leo tidak perlu berlama-lama lagi menunggu untuk menikahinya karena dia
tahu pasti dia sudah menemukan belahan jiwanya,
Tetapi
tentunya seseorang tidak akan bersikap kasar dan penuh kebencian kepada belahan
jiwanya bukan?
“Aku
akan mencari tahu Saira. Aku tidak rela kau diperlakukan begini tanpa tahu
alasannya.”
Saira
menghela napas panjang, “Tetapi jangan berkonfrontasi dengan Leo, Andre, dia...
dia sepertinya menuduh kita menjalin affair di belakangnya.”
“Itu
konyol.” Andre menghela marah, “Kalau dia tahu yang sebenarnya dia akan malu
karena pernah menuduhmu.”
Saira
memalingkan muka, menahan tangisnya yang hampir tak terbendung, “Aku
mencintainya, Andre... sangat mencintai Leo, tidak pernah aku merasakan
perasaan ini sebelumnya kepada lelaki manapun... tapi...aku...” Suara Saira
serak, dia menelan ludah dengan susah payah, menahan sesak di dadanya, sebutir
air mata bergulir dari matanya, tanpa dapat dia tahankan,
Andre
menatap Saira yang menangis, lalu mendekatinya, dan berdiri di sebelah Saira,
lalu memeluk Saira yang masih duduk di kursi, tampak begitu rapuh dan lelah
dengan kesakitannya.
“Oh
sayangku.. kasihan sekali dirimu, sayang.” Andre memeluk Saira, dan Saira
menumpahkan segala tangisannya di sana, di pelukan lelaki yang sudah dikenalnya
sejak kecil, yang sudah dianggapnya sebagai saudara kandungnya sendiri.
***
“Oh.
Jadi inilah yang selalu kalian lakukan kalau berduaan.”
Suara
dingin itu membuat Saira terlonjak kaget dan langsung melepaskan dirinya dari
pelukan Andre. Dia menoleh ke pintu masuk dan memucat ketika melihat Leo
berdiri di sana, tampak luar biasa marah.
“Leo?”
“Aku
muak melihat bukti ketidaksetiaanmu ini Saira.” Leo menggeram marah, “Ayo
pulang.”
Dengan
kasar Leo merenggut lengan Saira, menariknya berdiri dari duduknya.
Andre
langsung meradang, dia merenggut sebelah lengan Saira yang bebas dan
menahannya,
“Kau
tidak boleh memperlakukan Saira seperti itu.” Andre menarik Saira dari
cengkeraman Leo dan menyembunyikannya di belakangnya. “Ada apa denganmu Leo?”
Leo
menatap Andre dengan tatapan tajam dan jijik, “Ada apa? Kau pikir aku harus
diam saja melihat affair yang kalian lakukan terang-terangan untuk menghinaku?”
tatapan tajam Leo beralih kepada Saira, yang tampak ketakutan dan pucat pasi,
bersembunyi di belakang punggung Andre, “Pulang Saira. Kalau tidak kau akan
menyesal karena aku akan menghancurkan kekasihmu ini berikut semua bisnis dan
juga rumah kacamu.”
Ancaman
itu mengena. Karena Leo adalah seseorang yang berpengaruh terhadap klien-klien
besar rumah kaca Saira, dan lelaki itu sangat berkuasa. Dari tatapan matanya
yang menyala, Saira tahu bahwa Leo akan berbuat apapun untuk mewujudkan
ancamannya.
Saira
gemetar, takut menghadapi kemarahan Leo, tetapi dia harus memberanikan diri.
Mungkin dengan begini dia bisa menemukan jawaban atas sikap Leo yang sangat
kejam ini.
Setelah
menghela napas panjang untuk menenangkan diri, Saira melangkah keluar dari
lindungan Andre dan maju mendekati Leo,
“Aku
akan pulang.” Gumamnya pelan.
“Saira!”
Andre berteriak dengan serak, “Jangan!”
Saira
menoleh, menatap Andre dengan lembut, meski matanya berkaca-kaca, “Aku akan
baik-baik saja.”
Dan
kemudian Leo merenggut lengannya dengan kasar, setengah menyeretnya keluar dari
rumah itu.
***
Perjalanan
itu ditempuh dalam suasana yang hening dan mengerikan. Leo terdiam dan beberapa
kali terlihat menggertakkan gerahamnya, menahan marah. Sementara itu Saira
begitu tegang menantikan luapan kemarahan Leo.
Baru
beberapa hari mereka menikah dan Saira sudah begitu takut menghadapi kemarahan
Leo. Oh, Leo tidak memukulnya, sama sekali tidak ada yang mengarah kepada
kekerasan ketika Leo marah, satu-satunya tindakan kasar yang dilakukan Leo
adalah menarik dan mencengkeramnya tadi, yang membuat pergelangan tangannya
sakit. Saira entah kenapa yakin Leo tidak akan memukulnya atau melakukan
kemarahan fisik kepadanya. Tetapi yang ditakutkan Saira adalah serangan verbal
Leo. Bagaimanapun juga Saira mencintai Leo, dan kata-kata kasar Leo kepadanya
mempunyai efek yang berpuluh-puluh kali lebih menyakitkan.
Dia
menoleh ke arah Leo yang sedang menyetir dan bertanya dengan takut-takut,
“Kenapa
kau begitu membenciku Leo? Andre bilang kau sebenarnya tidak mencintaiku dan
sedang berusaha menjebakku ke dalam pernikahan, entah karena apa.”
Leo
melirik sinis ke arah Saira, lalu berucap tak kalah sinis. “Hebat sekali
kekasihmu itu memberikan analisa tentang diriku.”
Saira
menghela napas panjang mendengar tuduhan Leo, “Sudah kubilang Andre bukan
kekasihku, tidak akan pernah dan tidak akan bisa, dia seorang gay.”
Kalimat
itu membuat Leo mengerem mobilnya secara refleks karena kaget. Dia tertegun,
lalu kemudian menjalankan mobilnya seperti semula dan bergumam ketus,
“Alasan
yang sangat bagus, Saira. Tapi aku tidak percaya.”
“Kau
bisa menanyakan sendiri kepada Andre, dia mengatakan kepadaku bahwa dia gay dan
dia merahasiakannya sudah sejak lama.”
Leo
menatap Saira dengan tajam, “Kalian mungkin saja sudah berkomplot untuk
membodohiku, mengira bahwa aku tidak akan curiga ketika tahu bahwa Andre gay.
Tetapi maaf saja Saira, aku tidak sebodoh itu sehingga begitu mudahnya kau
tipu.”
“Kenapa
kau jadi seperti ini Leo?” Air mata mulai mengalir di sudut mata Saira, duduk
di sini dan melihat suaminya tampak begitu membencinya benar-benar menyakiti
hatinya.
Leo
mengetatkan gerahamnya, tidak berkata-kata lagi, dan mengabaikan ucapan Saira.
Membiarkan perempuan itu terisak-isak selama perjalanan mereka pulang.
Dan
ketika itu juga, di benak Saira muncul suatu keputusan bulat. Buat apa
mempertahankan perkawinan yang sepertinya sudah hancur sebelum dimulai ini?
***
Ketika
Leo memarkir mobil di depan, dia langsung keluar dan memutari mobilnya, lalu
membuka pintu penumpang di sebelah supir, sebelum Saira sempat keluar.
Sekali
lagi dia mencekal lengan Saira dan memaksanya keluar,
“Ayo.”
Gumamnya marah.
Saira
berusaha melepaskan diri dari pegangan Leo, tetapi cekalan tangan lelaki itu
begitu kuatnya,
“Sakit
Leo!” Saira berteriak ketika Leo menyeret lengannya menaiki tangga, tetapi Leo
tampaknya sudah mengeraskan hatinya sehingga tidak mempedulikan kesakitan
Saira.
Mereka
menuju kamar Saira, bukan kamar utama, Leo membuka pintu kamar itu dan
mendorong Saira masuk, lalu menutup pintu di belakangnya dan menguncinya.
Tiba-tiba
perasaan terancam menyelubungi benak Saira, dia menatap suaminya yang berdiri
dengan marah di dekat pintu dan merasa takut, takut akan tekad kuat yang
menyala-nyala di mata suaminya.
“Apa
yang akan kau lakukan?”
Leo
membuka jasnya dan melemparnya begitu saja, lalu melonggarkan dasinya.
“Menurutmu
apa?”
Saira
langsung mundur beberapa langkah menjauhi Leo, apakah lelaki ini akan melakukan
apa yang ditakutkannya? Mungkinkah Leo sekejam itu?
“Kumohon
jangan.” Saira bergumam, ketika menyadari bahwa Leo benar-benar akan
melakukannya.
Leo
tersenyum sinis, “Aku tahu di kepalamu penuh dengan pemikiran licik, berputar
mencari jalan untuk bercerai. Tetapi aku sudah bilang, aku tidak akan
membiarkanmu melenggang bebas dengan bahagia.” Leo maju selangkah membuat Saira
langsung mundur selangkah ketakutan, “Kau istriku, dan aku suamimu, sepertinya
aku harus membuatmu menyadari posisimu.”
“Jangan
Leo.” Saira bergumam lagi, berusaha menyadarkan lelaki itu yang entah kenapa
tampak begitu marah dan tidak bisa menahan diri.
Tetapi
Leo tidak mempedulikannya, dia merenggut Saira, dan mendorongnya ke ranjang,
ketika Saira mundur dan hendak bangkit dari ranjang, Leo mencengkeramnya dan
menindihnya.
Saira
berteriak sekuat tenaga, berusaha menyingkirkan Leo, tetapi tubuh lelaki itu
terlalu berat, terlalu kuat, dan apalah dayanya, seorang perempuan lemah
dibawah kuasa lelaki yang sedang penuh kemarahan?
Pada
akhirnya pertahanan Saira berubah menjadi air mata, air mata sakit hati dan
penderitaan. Ketika suaminya akhirnya merenggut kesuciannya dengan kasar dan
tanpa perasaan, tidak mempedulikan kesakitan dan tangisan permohonannya.
Ini
adalah malam pertama yang sama sekali tidak pernah diimpikan oleh Saira. Penuh
pemaksaan, dirinya direndahkan bagaikan seorang pelacur, dan penuh rasa sakit,
luar dalam.
Dan
ketika lelaki itu selesai melampiaskan kemarahannya, lalu berdiri dengan
tergesa memakai pakaiannya kembali, dan melangkah pergi meninggalkan Saira yang
terbaring dengan kondisi yang sangat mengenaskan, dengan pakaian setengah robek
dan acak-acakan, dan penuh air mata, hati Saira hancur seketika.
Ingatannya
melayang kepada ibunya yang penuh kasih dan selalu mendoakan kebahagiaannya
suatu saat nanti, mendoakan agar Saira menemukan suami yang penuh kasih dan
bisa menjaganya.
Saira
menggingit bibirnya, tersengal atas tangis yang pekat.
“Ibu....
aku diperkosa....” rintihan itu diselingi tangis, dan Saira memanggil nama
ibunya, merindukan pelukan ibunya dan elusannya yang menenangkan, dan begitu
kesakitan ketika menyadari kenyataan bahwa dia sendirian dan sebatang kara.
BERSAMBUNG KE PART 4
Kasihan saira...ada misteri apa seh sama leo mba santhy??koq tega bgt leo sama saira..:'(
BalasHapusayo readers mutilasi si leo!? Udah tau saira g tau ap2 msh aja d gituin...
BalasHapusThank u mbak santhy *lope*
ya ampun Leo kejam banget sama Saira. walaupun istrinya tapi nga selayaknya Saira diperlakukan seperti perempuan nakal.bisa2 Saira trauma juga kalo terus2an disakitin ama Leo. Andre plis tolongin Saira dong
BalasHapuswhoaa,,mbak Santh,,
BalasHapusAir mata menggenang dsudut mataku,,
Sungguh kejamnya Leo,,
Tunggu saat dia mengetahui ssegalany,,
mba saaaan...butuh pencerahan scepatnya...hikshiks
BalasHapustdnya g mau baca pembunuh cahaya dulu nih sblm end...twnya ud pnasaran duluan ko lgsg dpost 2part hr ini...dan ternyataaaa...aaaaa nyesel baca dluan...pnasaran akut bgt inih...heu
request dund mba...kali" cwenya kejam gt,,,jd ntar pas leo sadar akibat kjahatannya saira nya udh ga maafin lg... hahaha #ketawa antagonis
Saira yang malang. Tapi tak perlu kawatir. kau hanya perlu bersabar....
BalasHapusBu lek, You've Got Me From hello-nya aku tunggu ya...
Leo tuu bosan hidup ya mbk? blm pernah ngrasain d cincang ya? sini biar aq potong2 otak nya biar bener..ad puzzle yg ilang tuh.
BalasHapusyg salah siapa kok saira yg kena?!:@
*ngamuk2 ala sefrina* lol :p
sumbah baca bab ini aku nangiss !!
BalasHapustrlalu ga adil mba buat saira di lakuin kaya gtu ..!!leo kbangetan !!!
Wah si leo nih lebih parah dari pada mikail...
BalasHapusMasih mending mikail cinta terpendam
nah..si leo dendam doang!!
Cincang leo jadiin perkedel buat makan siang!
ƪ(-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)ʃ , saira.. Aq Butuh pencerahan,, wae?? Ada apa ini?? #peluksaira
BalasHapus