Saira
melangkah mengikuti Leo memasuki kamar tidur mereka, tiba-tiba merasa takut
kepada suaminya. Leo benar-benar terasa asing, seperti bukan dirinya. Dan Saira
merasa tidak nyaman dengan Leo yang sekarang menjadi suaminya ini.
“Kenapa
engkau marah-marah kepadaku, Leo?” Saira memberanikan diri bertanya, mencoba
bersikap lembut kepada suaminya, bukankah dulu Leo berkata bahwa dia sangat
menyukai kelembutan Saira?
Tetapi
Leo tetap bersikap dingin, sama sekali tidak tersentuh dengan kelembutan Saira,
ditatapnya Saira dengan sinis, “Suami mana yang tidak marah ketika isterinya
malahan mengunjungi lelaki lain di hari pertama setelah mereka menikah, seolah
tidak tahan untuk segera menghambur ke pelukan lelaki itu?”
Wajah
Saira memucat mendengar tuduhan Leo, tetapi dia mencoba membela diri, “ Kau
yang meninggalkanku untuk bekerja di hari pertama pernikahan kita, dan aku
bingung tidaj tahu harus bagaimana, lagipula aku ke sana bukan untuk menemui
Andre, aku ingin menengok rumah kacaku.”
“Alasan.”
Leo menatap Saira dengan merendahkan, “Dari awal aku sudah curiga ada sesuatu
yang lebih di antara kalian. Dan jangan mencoba melempar kesalahan dengan
menyalahkanku karena pergi bekerja, aku berkerja kau pikir untuk siapa? Untuk
menghidupi isteriku juga. Kau juga menerima keuntungan dari rumah mewah,
pakaian mahal dan makanan enak yang akan selalu disediakan untukmu, jadi
kuharap kau menghargainya dan jangan menjadi perempuan cengeng hanya karena aku
pergi bekerja.”
Kata-kata
kasar Leo sekali lagi telah membuat hari Saira terasa teriris, dia sampai
mundur satu langkah, menjauhi suaminya, menatap Leo dengan wajah tidak percaya,
“Leo..?”
suaranya bergetar, “Ada apa sebenarnya...?” tanyanya lirih. Menagan perasaan.
Leo
tampaknya tidak tersentuh melihat ekspresi Saira, dia menatap dingin, “Tidak
ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba aku menyesali keputusan bodohku untuk menikahi
seorang perempuan kampung dari kelas rendahan yang tidak tahu terimakasih dan
malahan sibuk menjalin affair dengan lelaki lain.” Mata Leo tampak kejam
menatapnya, “Dan kupikir aku terlalu muak untuk tidur sekamar denganmu, keluar
dari kamarku, dan tidurlah di salah satu kamar kosong di rumah ini. Dimanapun
itu, carilah yang paling jauh dari kamarku.”
“Leo?”
kali ini Saira tidak mampu menahan air matanya, dia merasa sangat bingung,
Leo
melangkah ke pintu, sebelum ke luar dia menoleh dengan dingin, “Aku akan pergi
keluar, dan aku harap ketika aku pulang, kau cukup tahu diri untuk memindahkan
seluruh barangmu dari ruangan ini.”
***
Saira
tidak tahu harus berbuat apa, ini adalah hari pertama pernikahannya. Dan Leo
sudah memperlakukannya dengan begitu kejam.
Sebenarnya
ada apa dengan leo? Apa salah Saira
sehingga Leo setega itu dan sekasar itu kepadanya? Benak Saira berpikir
keras, tetapi dia tidak menemukan pertanda apapun. Bahkan setelah pesta
pernikahan itu sebelum Saira masuk ke kamar, Leo masih bersikap lembut
kepadanya, memeluknya mesra di dansa pengantin mereka sambil berbisik betapa
bahagianya dia ketika pada akhirnya bisa menikahi Saira.
Sambil
mengusap air matanya, Saira mengemasi pakaiannya. Dia sebenarnya tidak ingin
melakukannya, diusir seperti ini dari kamar suaminya dan direndahkan karena
disuruh mengemasi pakaiannya sendiri dan berpindah tempat.
Tetapi
harga dirinya menuntutnya melakukannya, dia tidak mau ketika Leo pulang nanti
dan menemukan dirinya masih ada di kamar ini, Leo akan semakin merendahkannya.
Apa
yang harus dia lakukan? Nuraninya menjerit, memintanya melarikan diri saja dan
kabur dari rumah ini, kembali ke lindungan rumah kacanya yang nyaman. Tetapi
Saira adalah perempuan dewasa, bukan remaja lagi yang bisa kabur kalau menemukan
permasalahan yang tidak sanggup untuk dia hadapi. Saira harus bisa berbicara
dengan Leo dan meluruskan semuanya, mungkin saja Leo memang benar-benar cemburu
dan salah paham tentang hubungannya dengan Andre? Saira akan menjelaskan bahwa
Andre adalah gay dan Leo tidak perlu mencemaskan hubungannya dengan Andre,
begitu ada kesempatan.
***
Leo
memasuki rumah mewah itu, yang terletak dipinggiran kota yang tenang dan sepi.
Sontak seorang pelayan membukakan pintu untuknya dan membungkuk memberi hormat,
Leo menatapnya tenang,
“Bagaimana
keadaannya?”
“Nona
Leanna sangat baik kondisinya sekarang, tuan. Beliau bahkan bisa meminum
obatnya tanpa perlawanan seperti biasanya.”
“Apakah
dia mau makan?” Leo bertanya cemas, karena dia tahu persis, Leanna sering
menjerit-jerit mencarinya dan tidak mau makan, dia akan melemparkan makanannya
ke segala arah dan mengamuk, yang bisa menenangkannya hanyalah Leo. Leanna
kebanyakan hanya mau makan kalau disuapi oleh Leo.
Sang
pelayan menganggukkan kepalanya dengan bersemangat, “Nona sangat tenang hari
ini, beliau meminum obatnya dengan patuh dan kemudian mau memakan sup dan
nasinya ketika pelayan menyuapinya.”
Bagus,
dengan langkah tergesa Leo melangkah menaiki tangga menuju lantai atas, ke
ruangan yang terletak di ujung, dengan pemandangan indah ke arah taman yang
menghijau. Leo membuka pintu dengan hati-hati, kamar itu temaram seperti biasa.
Suasana kesukaan Leanna, meskipun sebenarnya tidak ada bedanya bagi Leanna,
batin Leo dengan sedih.
Leana
sedang duduk di atas kursi rodanya seperti biasanya. Termenung menatap ke arah
pemandangan balkon. Suasana sudah menggelap, tetapi apakah Leanna merasakan
perbedaannya? Leo kadang-kadang bertanya-tanya ketika dirinya selalu menemukan
Leanna sedang duduk termenung menghadap pemandangan di arah balkon, seolah-olah
perempuan itu sedang menikmati pemandangan. Padahal Leo persis bahwa tidak ada
pemandangan apapun yang bisa dinikmati oleh Leana dengan kedua matanya yang
buta.
Dengan
lembut Leo meremas pundak Leanna dan berdiri di belakangnya.
“Hai
sayang, kata pelayan kau sangat baik hari ini, aku bangga padamu.”
Seulas
senyum tampak hadir di bibir Leanna ketika merasakan kehadiran Leo.
“Leo?
Bisiknya lemah, jemarinya dengan lembut meremas tangan Leo di pundaknya,
“Kangen.”
“Aku
juga merindukanmu, Leanna, sangat, tapi kau tahu terkadang aku harus pergi
bukan? Untuk membuat hidup kita semakin baik?” dengan lembut Leo memutar dan
berlutut di depan kursi roda Leana, “Aku senang kau bersikap baik hari ini,
tidak memecahkan apapun dan membuat pelayan kerepotan, kau membuatku sangat
bangga.”
Ada
secercah kebahagiaan di mata Leanna ketika menunduk menatap Leo yang berlutut
di bawahnya, “Aku senang membuatmu bangga.” Bisiknya lemah.
Leo
menatap Leanna dengan penuh sayang dan keharuan. Leanna adalah perempuan yang
sangat cantik, dulunya. Sekarang dia begitu rapuh dan kurus, tampak begitu
lemah hingga seolah kalau Leo salah memegangnya, Leanna akan hancur
berkeping-keping.
Seperti
biasanya, Leo merebahkan kepalanya di pangkuan Leana, membiarkan perempuan itu
mengusap kepalanya, memberinya secercah kedamaian.
Leo
memejamkan matanya. Saatnya makin
dekat.... saat yang dia tunggu-tunggu sudah menjelang...
***
Saira
pindah ke kamar tamu yang berada di ujung lorong, dengan malu, karena semua
pelayan tampak kaget dengan kepindahannya. Tetapi Saira menegarkan hati,
mengatakan bahwa ini adalah keputusannya sebagai nyonya rumah yang tidak dapat
diganggu gugat. Seumur hidupnya Saira tidak pernah menjadi nyonya rumah, tetapi
ternyata menjadi isteri Leo ada untungnya juga di rumah ini, karena semua
pelayan takut dan tunduk kepadanya tanpa berani membantahnya.
Kamar
itu sama bagusnya dengan kamar-kamar yang lain di rumah itu, dan Saira mengatur
pakaiannya yang hanya sedikit di dalam lemari yang sangat besar itu.
Setelah
itu dia duduk dengan ragu, dan menunggu Leo pulang. Dalam hati dia
bertanya-tanya, apakah keputusanya mengikuti perintah Leo tadi dengan pindah
dari kamar utama sudah benar? Ataukah ini hanya memperburuk keadaan?
Haruskah
Saira bertahan saja di kamar itu dan memaksa Leo menjelaskan semuanya
kepadanya? Tetapi bagaimanapun juga Saira tidak sanggup kalau harus menerima
penghinaan dan sikap kasar Leo kepadanya.
Mungkin
ini adalah keputusan yang tepat, ketika mereka berpisah kamar mungkin Leo bisa
berpikir dengan lebih tenang dan menyadari bahwa dia terlalu berlebihan dalam
kecemburuannya kepada Andre, dan setelah Leo tenang, Saira akan menjelaskan
semuanya kepada Leo, kenyataan tentang Andre dan bahwa Leo sebenarnya tidak
perlu cemburu kepada Andre.
Tetapi
ternyata penantian Saira sia-sia. Malam itu ternyata Leo tidak pulang ke rumah.
***
Saira bangun dengan mata bengkak dan sembab,
semalam setelah menunggu berjam-jam dan menyadari bahwa Leo tidak pulang ke
rumah, Saira menghabiskan waktu dengan menangis dan meratapi diri, larut dalam
kebingungan yang menakutkan. Dia tidak tahu apa yang terjadi, dia tidak tahu
kenapa Leo memperlakukannya seperti ini.
Dan
dia merasa sangat sendirian, benar-benar sendirian di rumah ini. Sambil
menghela napas, Saira melangkah ke kamar mandi dan mencuci mukanya di wastafel,
ketika menatap ke arah kaca dia mengernyit menatap matanya yang bengkak dengan
lingkaran hitam di sekitar matanya.
Ini
bukanlah penampilan seorang pengantin yang sedang berada di masa bulan madunya.
Tidak akan ada pengantin berbahagia yang bangun tidur dengan kepala pening dan
mata sembab, tidak mengetahui keberadaan suaminya...
Saira
merasa matanya kembali panas, ingin menumpahkan air mata di sudut-sudutnya,
tetapi dia kemudian menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri.
Masalah
tidak akan bisa diselesaikan hanya dengan menangis.
Saira
harus mencari tahu kenapa Leo tiba-tiba berubah menjadi orang yang tidak
dikenalinya. Leo yang menjadi suaminya bukanlah lelaki lembut yang begitu penuh
kasih sayang yang dicintainya. Dan Saira tidak mau diam saja, dia tidak mau
diperlakukan kasar tanpa tahu apa kesalahannya.
Setelah
mandi dan berganti pakaian, Saira melangkah keluar dan menuju ruang makan.
Sarapan lengkap sudah disiapkan di sana. Dan tiba-tiba perut saira berbunyi
ketika mencium harumnya omelet dan nasi goreng yang tersedia di sana. Tidak
bisa dipungkiri, meski perasaannya berkecamuk, tubuhnya berteriak mengirimkan
alram yang mengatakan bahwa dia lapar, karena semalam, setelah Leo pergi, tidak
ada sama sekali nafsunya untuk malan.
Perutnya
terasa perih dan melilih, dan meskipun Saira tidak selera makan, dia mengambil
piring dan mengisinya dengan sedikit omelet dan sayuran untuk mengganjal
perutnya. Saira tidak boleh jatuh sakit hanya karena dia kelaparan. Entah
kenapa dia merasa bahwa dirinya harus tetap kuat dan bertahan.
Karena yang lebih buruk mungkin
akan datang.
Leo
pulang beberapa saat kemudian, ketika Saira sudah berhasil menyelesaikan
makannya yang dipaksakan dilakukannya karena dia tidak berselera. Suara khas
mobil Leo yang memasuki halaman rumah yang luas itu membuat Saira menegang,
meletakkan sendoknya dan duduk menanti dengan cemas di meja makan.
Langkah-langkah
Leo tampak tergesa menaiki tangga, Saira mendengarnya dengan waspada sampai kemudian
mendengar suara lelaki itu membanting pintu kamarnya, lalu kemudian menarik
napas lega.
Lama
kemudian ketika tidak ada tanda-tanda Leo akan keluar dari kamarnya, Saira
melangkah menuju ruang tengah, duduk di sudut sofa cokelat muda yang nyaman dan
merenung, Kenapa dia jadi takut menghadapi pertemuannya dengan Leo? Apakah
karena penghinaan Leo begitu menggores hatinya sehingga membuatnya trauma
bahkan hanya untuk berbicara dengan lelaki itu?
Tetapi
perempuan mana yang tidak trauma ketika dilamar dengan penuh cinta, dinikahi
dengan keyakinan bahwa dia telah menemukan belahan jiwanya yang akan menyayangi
dan menjaganya, hanya untuk kemudian menemukan suaminya telah berubah seperti
pria lain yang begitu kasar, menghinanya dan bersikap sangat jahat kepadanya?
Sebuah
gerakan dipintu mengalihkan perhatian Saira dan membuatnya terkesiap. Leo
berdiri di sana, dengan wajah dingin dan tak terbacanya, menatap Saira dengan
tajam. Rambutnya basah karena lelaki itu sepertinya habis mandi. Ini hari
minggu jadi sepertinya Leo tidak akan pergi ke kantornya.
Jantung
Saira berdegup kencang, Apakah ini
saatnya mereka berbicara dan meluruskan semua salah paham atau entah apapun itu
yang seolah membuat Leo sangat marah dan membencinya?
Ekspresi
Leo tidak tetap tidak terbaca ketika dia melangkah memasuki ruang baca dan
bersedekap menatap Saira,
“Kau
pindah dari kamar.”
Saira
mendongakkan dagunya, berusaha tampak tegar di bawah tatapan Leo yang tajam,
“Ya. Sesuai permintaanmu.” Batin Saira melanjutkan bahwa permintaan Leo,
dilakukan dengan merendahkan dan menghina Saira, tetapi tentu saja dia tidak
mengeluarkannya dalam kata-kata, dia tidak mau memperkeruh keadaan.
“Bagus,”
Suara Leo sangat dingin hingga Saira terkesiap dan menatap terkejut ke arah
Leo, tidak menyangka bahwa jawaban seperti itu yang keluar dari bibir suaminya.
“Kenapa
kau bersikap seperti ini kepadaku, Leo?” Saira mengernyit menatap suaminya,
mencoba mencari kelembutan dan kasih sayang di sana, yang biasanya terpancar
ketika suaminya itu menatapnya. Tetapi tidak ada apapun di ekspresi Leo yang
datar dan dingin, yang ada malahan seulas sinar kejam di sudut matanya,
“Karena
aku kecewa kepadamu.” Leo menyipitkan matanya. “Karena setelah menikahimu aku
baru sadar bahwa aku tidak pernah mencintaimu.”
Kata-kata
Leo bagaikan petir yang menyambar hati
Saira, langsung menghanguskannya tanpa ampun. Tetapi Saira bukanlah perempuan
yang lemah, dia tegar. Kalau memang hal ini adalah kenyataan, dia akan
menerimanya. Leo bisa saja menghancurkan hatinya dan membuatnya menangis di
kamar karena hatinya hancur. Tetapi di depan Leo, Saira akan berjuang supaya
bisa tegar, tidak akan dibiarkannya dirinya tampak lemah di depan Leo.
“Kalau
begitu kau bisa membatalkan pernikahan kita. Kau belum menyentuhku dan kita
baru dua hari menikah. Aku rasa kita bisa mengajukannya ke pengadilan.” Jawab
Saira tenang.
Kali
ini giliran Leo yang menyipitkan matanya, dia menatap Saira dengan pandangan
menyelidik,
“Kenapa
kau bisa semudah itu mengatakan tentang perpisahan?” kata-katanya tajam menusuk,
setajam ucapannya, “Apakah kau memang tidak mencintaiku dan hanya mengincar
hartaku, jadi kau merasa senang ketika aku mengajukan perceraian?” Leo mendekat
dengan mengancam, membuat Saira otomatis memundurkan langkahnya, “Apakah kau
sudah merencanakan ini bersama Andre kekasihmu? Kau pikir kau bisa
membodohiku?”
“Andre
bukan kekasihku.” Saira menegaskan nada suaranya, berusaha terdengar tegar
meskipun bergetar, “Dan kenapa kau memutarbalikkan fakta Leo? Bukankah kau yang
mengatakan menyesal menikahiku dan tidak menginginkan pernikahan lagi?”
Lama
Leo terpaku, menatap Saira dengan tatapan terpaku, “Perempuan cerdik.” Gumamnya
kemudian, “Kau pikir aku akan menceraikanmu semudah itu? Kalau aku membatalkan
pernikahan ini, aku harus memberikan kompensasi kepadamu, kalau aku
menceraikanmu, kau akan mendapat bagian yang tak sedikit dari hartaku kepadamu,
semua hal itu menguntungkanmu, dan aku tidak akan membiarkannya,” Mata Leo
menyipit, “Tidak akan ada perceraian.” Desisnya, “Tidak sampai aku bisa
membuktikan perselingkuhanmu sehingga kau bisa kuceraikan tanpa membawa apapun
yang bukan hakmu.”
Lalu
seperti yang sebelumnya, Leo membalikkan badannya dan meninggalkan Saira
sendirian.
***
Saira
sudah tidak tahan lagi, air matanya sudah tumpah tak karuan di kamar luas yang
sepi itu. Sementara setelah pertengkaran tadi, Leo pergi lagi entah kemana.
Sepertinya lelaki itu sengaja pulang hanya untuk menyakitinya.
Sejak
tadi Saira sudah menahan diri untuk tidak menghubungi Andre, dia tidak mau
sahabatnya itu cemas, selain itu jauh di dalam dirinya, Saira masih berharap
kalau semua ini hanyalah mimpi, kalau sebenarnya semuanya baik-baik saja, kalau
dia tinggal membuka matanya dan kemudian mendapati Leonya yang dulu sudah
kembali.
Ada apa dengan Leo? Itulah pertanyaan yang
selalu terngiang-ngiang di benak Saira. Kebingungan yang menyakitkan, membuat
air matanya tumpah karena dirinya merasa disalahkan atas sesuatu yang tidak
pernah dia perbuat.
Ada
yang lebih besar dari kecemburuan Leo kepada Andre, hanya sesuatu yang besarlah
yang bisa menyebabkan sinar kebencian yang tiba-tiba menyeruak begitu besar di
mata Leo. Apapun itu Saira harus tahu,
karena dia tidak tahan berdiam diri di sini, penuh air mata dan tak tahu harus
berbuat apa.
Saat
ini hanya satu orang yang bisa membantunya, sahabatnya yang paling mengerti
dirinya di atas segalanya. Saira mengambil resiko menyulut kemarahan Leo yang
lebih besar dengan menghubungi Andre, tetapi bagaimanapun juga Leo toh sudah
marah besar tanpa alasan kepadanya, jadi tidak ada gunanya Saira sibuk
memikirkan menjaga perasaan Leo sementara lelaki itu tidak mempedulikannya.
Di
pencetnya nama Andre di ponselnya, dengan penuh tekad, lalu Saira menunggu.
Pada deringan ke tiga Andre mengangkat teleponnya,
“Saira?”
suara Andre yang lembut terdengar di seberang.
Saira
menghela napas panjang, menahan rasa tercekat yang dalam ketika tangisnya mulai
menyeruak lagi,
“Andre...”
***
Bersambung ke part 2
aq nangis buat Saira...
BalasHapushehe
makasih ya Mbak San... muah muah
ya ampuuun itu Leana kekasih Leo kah??
BalasHapusKasihan Saira.. :'(
Sbr yah Saira.. Tabhkan hati mu teman!
Mba San thanks *peluk
jahat bnget ci leo
BalasHapusHuaaaa hiks hiks hiks
BalasHapusKejam sekali kau leo
Puk2 saira, klo andre G̲̮̲̅͡åк̲̮̲̅͡ gay sm andre aj ya
Ternyata pacarnya leo, bkn mamahnya
º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º ya mba san
Jangan2 Saira di nikahin Leo buat diambil matanya lagi buat Leana... hiiiih Leo jahat
BalasHapusEndingnya nggak enak nih kayanya. Mba Sannnnnnnn :'(
Iya bener mbak party kyaknya gitu deh..
HapusJudulnya aj pembunuh cahaya iya gak?
Jgn" ni cerita horor ya hiyyyy...
mnding leo mninggl aj de mba.... gpp la crtax pndek. keki eeee....mogax matax saira g bs dambl leo
BalasHapusLEO i hate u co yg paling ngeselinnnn bgttttt..*marah2gajlas*
BalasHapusAduh nyesek baca nya mb san jd mw ikutan nangis bareng sairah hu//.\\hu
Sabar ya saira saayaangg cup cup
Hiks hiks hiks.:'( Makasih ya mb..
Sedih baca kegalauan Saira:(
BalasHapusLeo sadis amat
Pembunuh Cahaya, hubungan dengan penglihatan kah? :D
Mksih bnyak Mba San:)
Huaaaaa.. Galau berat bacanya..
BalasHapusAku rasa Leanna ini adeknya Leo deh..
Klo iya leo jahat bngt ya nikahi saira buat ngambil matanya..
*timpuk Leo..
mudah mudahan part 3 udah ketahuan alurnya.
BalasHapusmesti leo dendam sama keluarganya saira , dia menikahi saira hanya sandiwara kan mbak * oke ini sok tau hhe */
BalasHapusBenar2 menegangkan fiuuhh........
BalasHapuspaling si Leanna ini dlunya cinta mati ama Andre,,,
BalasHapusTp dy g tau klo ternyata Andre ntuh GAY,, #sotoy,,
Saira,,,dirimu harus tegar,,
Walau badai menghadang,,,langit kan kembali biru seperti semula,,
Makasiih mbak Santh,,#dekap erat mbak Santh,,
Leo jahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaatttttttttttt....!!!!!!
BalasHapusUdah mau ngmong itu aja.
Thks mba santhy
smoga si leanna adeknya leo.namanya mirip2.
BalasHapuskali aja si leanna ini cinta ama andre trus di tolak.si lea kclakaan.en leo ngira pnyebabnya saira.
untuk crita ini aq penasaran sangat.
makasih mba san :-*
Aduh sedih banget baca part ini:-( ada apa yach ?
BalasHapussemakin dan semakin penasaran dgn apa yg terjadi..ckck
BalasHapuskeren mbk san..gk sbar nunggu kbenarannya terungkap..hehe;)
Leanna kayanya adik leo, cinta banget sama andre tapi ga tau kalo andre gay, #sotoy
BalasHapusƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮
Jahat banget leo sebel!!!
Nangis bombai .............
BalasHapusGw tendang tu laki2 klo ada ddepan gw....
BalasHapusEnak aja...
Tu alena2 apaNya leo mba san???
Jgan 2.pacarNya???
*mendidih* pinjem golok lucas wat bacok leo LoL
BalasHapusSungguh menyedihkan awal pernikahan diawali dgn perlakuan yg begitu kasar oleh suami.. sabar ya saira.. T.T jgn2 leana itu adiknya leo.. menjadi kondisi begini karna andre.. jd skr leo mao balas dendam dgn cara nyika saira krn dia tau klo saira dekat dgn andre.. mba san... makasihh.. jd galau ne mikir lanjutan cerita ni. Hehehheeee...
BalasHapusmbak san penasarannnnnnnnnnnnnn,,,ditunggu lanjutannya ;)
BalasHapusIsh kampret banget si Leo ini
BalasHapusSabar ya Saira
Nanti aku getok si Leo
Haduh~ mb san, ini ntar jadinya gimana yak
Makin penasaran :3
baca part 2 sedih banget ;(
BalasHapuskasian saira.....
menurut aku kyk'a leo ada dendam sama keluarganya saira deh hbs dari pertama leo kejam banget sama saira.
pernikahannya cuma sandiwara doang tuh...
btw mba santhy, leona siapa'a leo? ko manggilnya sayang?
tp kl dliat dari nama'a hampir sama. apa adik'a?
penasaran akut hehehehe
Teteh, kpan ath dilanjutin'y? Tiap hari nisa nungguin trs.. :(
BalasHapuspenasaran bget.
Suka deh smw krya teteh ini.
O y, aku Nisa.. Pmbaca baru, yg bru nongol :D
udh bca krya teteh smw'y yg udh dipublish di portal novel.
Ga sbar nunggu tiap episode'y.
thank u mbak san, jdi g sbar bca hardcoverx dri PH smpai PC hehe :D
BalasHapusand mbak san sedih karena bntr lgi pisah ama rafael, darren ama ayang lucas. Khukhu, apakah ada novel lainx lgi??
Thank u mbak santhy cantik, semangat trs ya :D
Kasihan Saira,,
BalasHapusLeo kejam ,,dendamkah dia ama saira,,
Dan Leona,siapa dia,istri,pacar to adik ???
Uhhh,penasaran tingkt dewa,
kir2 di bab berapa yaa semua akn terungkp,,
Thank u mba santhy,,semoga sehat slalu dan bisa nulis tiap hariy,agr tdk membuat para readers penasaran ,,
MBak T^T
BalasHapusEngkau telah membuat airmataku menetes #jiaaah bahasanya =_=
Hehehehe XD
Demi Spongebob dan Patrick yg ada di Bikino Bottom, tokoh pria kali ini bener-bener ngeselin ya. -_-
Tapi entah kenapa aku yakin ada akhir yg begitu bahagia yg bakal dikasih Mbak Santhy untuk cerita ini. I Believe it.
Seneng rasanya kalo ngeliat tokoh cowoknya nanti nyesel dan menangis ampun supaya bisa diteriam cintanya dan... Kutunggu kau Leo...
#evil smirk. XD
Mbaaaakkk kuuu!! =3=
Keren banget *O*)d
Mbak yang ada dipikiran Dila itu si Leana ada hubungannya sama Andre, dan entah kenapa dila jadi penasaran banget sama cerita ini =_=
Lanjut ya mbak sayang.
:*
#kecup Mbak Santhy seluruh tubuh XD
Mbak Santy kapan yahh bikin tokoh ceweknya yang kejam gitu hehehehe??
BalasHapusPingin aq tokoh ceweknya yang kejam biar nggak cowok2nya aja yg kejam
hihihi
Lanjut yahh Mbak makin penasaran sama Saira dan Leo
kpan nie lanjutannya kak shan? penasaran
BalasHapusuda 4hari gak ada postingan.. *gigit jari* kak shan kmna ya?? KªΩбέñ nie cerita slanjutnya
BalasHapusmbak cantik sakitkah dirimu....kok gak ada postingan ya...menunggu dengan galau....
BalasHapushujan lagi disini double galau deh jadinya gak bisa pulang kerja.....
tth shant cant kmn yaa...
BalasHapusku setia menunggumu..
Aigoo!! Melihat koment2 diatas pd nyebut berhubungan dg mata?? No!! Saira (˘̩̩̩^˘̩̩̩ƪ) ...
BalasHapus