Rabu, 31 Oktober 2012

Verna Dan Hujan Part 1

 
 
 
Created on 23rd October 2010

 Disclaimer : Bandung dengan hujannya yang ( hampir ) setiap hari melahirkan cerita ini. Mau tak mau membuat saya merenungkan hujan dari dua sisi, Hujan yang mendatangkan kebahagiaan bagi manusia yang mencintainya sepenuh hati, dan hujan yang mendatangkan kesedihan bagi manusia yang belum bisa melepaskan masa lalunya.


 







“Gue bingung menghadapi Dania “, Tanza menekuk lututnya dan memeluknya. Disebelahnya, Verna yang sedang mengetik baris-demi baris kalimat dikomputernya mengernyit,

“Kenapa bingung ?, bukannya selama ini kalian baik-baik saja ?”

“Yah, kita baik-baik saja…. Terlalu baik-baik malahan, segalanya terasa terlalu sempurna hingga Gue ngerasa aneh.

Verna mengangkat kacamatanya dan menaikkannnya di kepala, lalu menatap Tanza lekat-lekat,

“Yah… dasar aneh…. Dikasih ga sempurna manyun, giliran dikasih sempurna ngeluh juga”, mata Verna menatap Tanza lekat-lekat, “ Denger ya Za, Dania itu gadis baek, pasangan yang sempurna buat lo….. kalian memang diciptakan buat bersama”, dengan santai Verna memutar kursinya dan menatap layar monitor, berkonsentrasi sebentar, mencari baris-baris yang ditinggalkannya, lalu mulai asyik mengetik lagi.

“Lo ngetik apaan sih ? asyik banget dari tadi sampe gue dicuekin”,

“Gue ngetik tentang hujan”

Tanza mengernyit,

“Hujan ? itu tulisan terbaru lo ? memang apa yang bisa ditulis tentang hujan ?”

“Banyak”, Verna mulai berkonsentrasi menulis dan tidak memperhatikan perkataan sahabatnya.

“Verna !! gue jauh-jauh kesini bukan Cuma buat dicuekin ama lo “

Verna menarik napas, seolah harus menahan kesabaran menghadapi Tanza, lalu meninggalkan tulisannya lagi , memutar kursinya lagi dan menatap Tanza dalam-dalam,

“Gue tau lo kesini buat curhat, tentang Dania. Gue udah kasih solusi, tapi lo masih aja bingung, ga salah kan kalo gue balik nulis lagi, lebih asyik tau !”

“Lo belum ngasih solusi”, Tanza memberengut.

Verna mengangkat bahunya,

“Gue nasehatin lo buat bersyukur dan menjalani apa adanya, lo harusnya sadar betapa beruntungnya lo “




Tanza mulai terkekeh,


“Dibanding lo ya ?”, gumamnya geli

“Kurang ajarrrr “, Verna pura-pura marah dan melemparkan boneka kodok di meja samping komputernya ke arah Tanza yang langsung menangkisnya sambil tertawa.

“Hey jangan salahin gue dong ! Lagian napa sih lo sibuk banget ama tulisan-tulisan lo ini, sekali waktu cari pacar lagi sono, bukannya makin tenggelam dalam dunia khayalan “

“Gue udah pernah nyoba cari pacar sekali, dan hasilnya menyakitkan. Gue nggak mau lagi”

Suasana penuh canda itu langsung berubah hening. Tanza terdiam, ragu,

“Lo…. Lo masih nginget si Bayu ?”

“Jangan sebut nama dia lagi di muka gue”,

‘Tapi lo ga boleh terus-terusan melarikan diri dan menjauh dari cinta cuma gara-gara Bayu”, Tanza terus mengejar, dia nggak rela kalau topik sensitif ini dialihkan seperti biasa. Verna selalu menghindari pembicaraan tentang Bayu, tapi Tanza mulai cemas karena Verna seperti kehilangan semangat lagi buat menemukan cinta.

“Lo cuma ada di posisi yang salah dengan orang yang salah waktu itu Ver, jangan menghakimi diri lo sendiri”,

Verna menggelengkan kepalanya, wajahnya tampak sedih,

“Nggak, gue yang salah, gue jahat “

‘Ver ! itu semua bukan Cuma kesalahan lo, Bayu juga ikut andil, jangan mencoba menanggungnya sendirian “,

“Tapi waktu itu gue seharusnya berhenti selagi bisa berhenti, tapi gue terlalu egois, gue terlalu cinta sama Bayu sampai nggak peduli sama hal lain”

“Bayu juga begitu kan ? itu kesalahan kalian berdua, seharusnya kalian berdua yang menanggungnya, kenapa sekarang lo terpuruk di sini sedangkan Bayu berbahagia sama tunangannya”

Sudut-sudut mata Verna dipenuhi air mata,

“Dia nggak bahagia Za”, dengan sedih Verna mengusap air matanya yang mulai mengalir turun, “Kalo dia bahagia, gue mungkin akan bisa dengan mudah melupakannya, tapi dia nggak bahagia Za, gue ga sengaja ketemu dia seminggu lalu, dia nangis Za”

“Tapi itu pilihan yang Bayu ambil, dia harus bertanggung jawab atas pilihannya”, Tanza masih bersikeras. Dia nggak rela air mata Verna, air mata sahabatnya yang sangat berharga ini selalu dicurahkan untuk sosok seperti Bayu.

“Gue yang salah, gue yang menempatkan Bayu pada posisi sulit…. Seharusnya gue nggak pernah muncul, seharusnya gue nggak pernah ada dalam hidup Bayu”

“Verna, lo itu berharga. Lo harus terima kalo kisah lo sama Bayu itu Cuma masa lalu. Lo nggak bisa stagnan diem disini terus sementara dunia terus berputar, lo harus lanjutin hidup lo, gue percaya di depan sana ada seseorang yang bisa lo temuin, seseorang yang lebih baik dari Bayu”,

Verna tersenyum sedih mendengar nasehat Tanza,

“Makasih ya Za, lo memang selalu bisa bikin gue kuat”

***

Dulu gue selalu suka kalo hujan turun. Gue suka menyentuh aliran air yang dihempaskan dari atas itu dengan tangan gue. Gue suka masuk ke tengah derasnya hujan, ngebiarkan diri gue basah kuyub dari ujung kaki sampe ujung kepala. Gue cinta hujan, entah kenapa hujan selalu bisa bikin gue bahagia.

Verna merenung, jari-jarinya berhenti di atas keyboard, lalu menghela napas, dan mengetik lagi.

Banyak kejadian menyenangkan yang gue alami di saat hujan. Tentu saja banyak juga kejadian menyebalkan karena hujan, but it doesn't matter, gue terlalu bahagia saat hujan turun hingga gue bahkan nggak nyadar kalo kejadian itu masuk kategori menyebalkan. Tapi sekarang, entah kenapa setiap melihat hujan, gue jadi ingin menangis....

Verna berhenti mengetik ketika mendengar gemuruh guntur di kejauhan, dia meninggalkan komputernya, berdiri dan melangkah ke jendela. Langit sudah mulai hitam pekat dan rintik hujan sudah mulai turun, makin lama makin deras, makin keras hingga pemandangan di depannya hanyalah garis-garis putih yang menghujam horisontal ke tanah.

Bahagiakah ia ?

Verna mendesah, berusaha mencari bahagia yang selalu bisa dia temukan ketika melihat hujan, tetapi bahagianya tidak ada.

Kesedihan yang dalam menghujam hatinya, ketika dia memutuskan pergi dari Bayu, ketika itulah seluruh kebahagiaannya terbawa pergi.

Verna teringat saat-saat bahagianya bersama Bayu yang selalu terjadi di saat hujan, betapa bahagiannya mereka saat itu. Mencoba menipu diri bahwa kebahagiaan ini akan berlangsung selamanya.

"Gue kan uda bilang mending bawa mobil aja kalo mendung gini, sekarang liat nih hasil ide lo", Bayu sedikit berteriak, mengalahkan derasnya hujan yang menghujam mereka,

Sementara Verna yang berada di boncengan motor tertawa terbahak-bahak, bahagia,

"Memang ini maksud ide gue tadi, gue nunggu kita kehujanan ! ", dengan manja dia memeluk punggung Bayu, "Lagipula lo kan laki-laki kuat, masak sama aer aja kalah ?"

Bayu ikut tertawa lalu tangan kirinya lepas dari pegangan motor dan menggenggam tangan Verna yang memeluk pinggangnya,

"Dasar aneh !", serunya masih dalam tawa, "Gue ga tau napa gue mau-mau aja nurutin permintaan lo, hujan-hujanan kayak gini sementara ada jas hujan di bagasi motor"

"Karna lo cinta ama gue ?", Verna berbisik, pelan ditengah derasnya suara hujan, tapi Bayu mendengarnya, dan tersenyum lembut,

"Karna gue cinta banget ama lo Ver"

Dalam senyum, ditengah derasnya hujan, Verna semakin erat memeluk punggung Bayu.

Mereka sampai di rumah hampir satu jam kemudian, dalam kondisi basah kuyub dan mengigil kedinginan.

Ketika Bayu memarkir motor Verna di depan rumah, sosok perempuan mungil itu menghambur dari dalam rumah, membawa handuk,

"Ya ampun, dasar kalian berdua ini !, Bayu juga gitu, kenapa lo mau-mau aja ngikutin kemauan Verna pergi naek motor dia ", Nadia menyerahkan satu handuk kepada Verna, lalu menggunakan handuk yang satunya untuk mengusap rambut Bayu, dia sedikit berjinjit dan Bayu sedikit menunduk.

Verna menatap kakak kembarnya yang tak henti-hentinya mengomeli mereka, tetapi tetap dengan senyum di bibirnya, senyum perempuan yang sedang jatuh cinta.

Dengan lembut Verna berganti-ganti menatap Bayu dan Nadia. Sungguh pasangan serasi. Bayu yang tinggi dan tampan, dengan Nadia yang feminim dan luar biasa cantik.

Luar biasa cantik ? Verna mengernyit, kalau Nadia luar biasa cantik, seharusnya dia juga dong, kan mereka saudara kembar ? Tanpa sadar Verna tertawa sendirian. Tentu saja, mereka memang kembar, tapi entah kenapa aura 'Luar biasa cantik itu tidak pernah muncul dalam diri Verna. Wajah mereka sama, tapi mereka berdua bertolak belakang satu sama lain baik dalam sikap maupun penampilan,

"Verna, jangan berdiri saja di situ, ayo masuk, ganti baju dulu, gue bikinin kopi buat kalian berdua"

Tergeragap dari lamunan, Verna melangkah mengikuti Bayu dan Nadia masuk ke dalam rumah.

Beberapa saat kemudian ketika sudah ganti pakaian kering, Verna menuju ke ruang keluarga, Bayu sudah ada di sana menonton TV sedang Nadia nggak kelihatan,

Berdiri di pinggir karpet menatap Bayu, Verna terbahak sedang Bayu merengut,

"Diem lo", gumam Bayu sambil melempar bantal ke arah Verna, tapi seringai geli juga tampak di wajahnya.

Verna menutup mulutnya agar nggak tertawa,

"Lo... Lo pake baju bokap ya ?", tawa masih terdengar dalam suara Verna, matanya menelusuri Bayu yang memakai training hitam dan kaos putih milik ayahnya yang agak kebesaran.

"Salah siapa coba ?", Bayu merengut, "Gue ga nyangka bakalan di jebak penyihir kecil buat nganter dia pake motor, padahal gue bawa mobil, lalu diterjunkan ke tengah hujan deras dan parahnya ga boleh pake jas hujan, padahal jas hujannya ada di bagasi", Bayu melambaikan tangan mengajak Verna duduk di sebelahnya, "Gue ga bawa baju ganti"

Verna terkekeh, lalu duduk di sebelah Bayu di sofa matanya menatap sekeliling,

"Nadia di mana ?"

"Bikin kopi, bentar lagi juga dateng"

Dan benar, Nadia datang beberapa saat kemudian membawa nampan berisi kopi, Bayu langsung berdiri dan meraih nampan itu dari tangan Nadia,

"Berat tau, harusnya lo teriak aja dari dapur, biar gue yang bawain"

Nadia hanya tersenyum lembut menatap Bayu.

Setelah meletakkan kopi di meja, Bayu duduk lagi di sofa, agak jauh dari Verna dengan Nadia bergelung dalam pelukannya, mereka diam menonton TV sedangkan hujan masih turun dengan derasnya di luar.

Verna menatap tangan Bayu yang merengkuh pundak Nadia lalu mengalihkan pandangannya, dingin, Verna memeluk dirinya sendiri, lalu matanya mengarah pada hujan deras yang tampak dari jendela,

Apa sebenarnya mau lo Verna ? Hati nuraninya menderanya, Tega-teganya lo berselingkuh ama pacar kakak kembar lo sendiri. Kalau sekarang lo harus menanggung kepedihan melihat kemesraan mereka, itulah hukuman buat lo

"Verna ", suara Nadia menggugah Verna dari lamunannya, dia tergeragap dan menatap ke arah pasangan itu. Bayu tampak cemas menatapnya dari atas kepala Nadia.

"Kok lo malah ngelamun ? Hayoo diminum dulu kopinya", Nadia melepaskan diri dari pelukan Bayu dan mengambil secangkir kopi di meja, menyerahkannya kepada Bayu yang langsung menerimanya tanpa bertanya.

Dengan patuh, Verna mengambil kopi dan meminumnya, mengernyit sedikit karena rasanya begitu manis,

"Tadi papa nanyain lo, Yu", Nadia memulai percakapan, menyandarkan lagi di lengan Bayu,

"Hmm... Kenapa ?", Bayu masih berkonsentrasi menyesap kopinya.

"Tentang rencana pertunangan itu, gue udah bilang ke papa kalo kita berencana bertunangan segera setelah gue wisuda, tapi tadi papa bilang, napa ga sekarang aja toh kita udah pacaran lama and keluarga udah kenal deket"

Verna dan Bayu tersedak kopi bersamaan. Nadia langsung tertawa geli melihatnya,

"Kalian ini yaa... Bisa-bisanya barengan gitu, hati-hati dong !"

Verna mencoba tersenyum dan langsung memalingkan muka, berpura-pura menatap televisi, sedangkan Bayu meletakkan kopinya sambil menatap agak resah ke Nadia,

"Yah... Kita tunggu hasil pembicaan sama bokap lo ya", gumamnya ahkirnya.

Nadia tertawa,

"Ya, gue udah nggak sabar pingin tunangan ama lo Bayu, gue udah ga sabar make cincin lo"

Perkataaan yang menusuk hati Verna dan membuat hati Bayu terasa sakit. Ironisnya Nadia sama sekali tidak menyadarinya.

***

"Kita harus mengahkiri ini semua", Verna memutuskan, waktu itu rumah sepi. Kedua orang tuanya masih di kantor dan Nadia masih ada tugas kuliah sampai malam.

Bayu berdiri di depannya, tampak letih masih mengenakan pakaian kerjanya.

"Itu masalahnya, gue nggak bisa Ver, gue cintanya sama lo, bukan Nadia"

"Tapi lo udah jadi kekasih Nadia, lo udah cinta sama dia duluan sebelum gue, gue cuma pengganggu yang datang belakangan, menurut gue, kalo lo ga ketemu gue, lo sekarang pasti masih cinta ama Nadia. Dan gue sayang Nadia Yu, dia sodara kembar gue, kalo dia sakit gue juga sakit, gue ga bisa ngelanjutin kesalahan ini", Verna membalikkan tubuh membelakangi Bayu menatap ke jendela.

Bayu mengacak rambutnya, sedih,

"Setiap hari dalam hidup gue, gue selalu menyalahkan waktu, Kenapa ? Kenapa waktu terlambat mempertemukan kita ? Kenapa gue nggak ketemu lo lebih cepat ? Sebelum gue jadi milik siapa-siapa? Sebelum gue jadi milik Nadia ?",

Verna memejamkan matanya,

"Itu takdir Yu. Mungkin gue emang ga berujung ama lo. Gue juga salah, waktu itu ketika gue ngerasa perasaan yang berbeda ama lo, harusnya gue tahan kuat-kuat perasaan itu. Lo milik orang, milik kakak kembar gue. Tapi gue cuma manusia biasa, gue ga kuat nahan perasaan ini, gue.... Lo satu-satunya yang bikin gue ngerasa nyaman.."

"Verna", Bayu berbisik lembut, berdiri mendekat di belakang Verna dan merengkuh pundaknya dari belakang. Sama-sama menatap hujan yang turun deras di balik jendela.

"Gue akan cari jalan supaya pertunangan itu ditunda"

"Buat apa ?", Verna merasakan air mata di sudut matanya, "toh kita akan jalan di tempat lagi. Gue ga mau sembunyi-sembunyi di belakang Nadia lagi, perasaan bersalah ini semakin memuncak seiring dengan berjalannya waktu, gue nggak kuat lagi Yu",

"Gue akan bilang semuanya sama Nadia", gumam Bayu kemudian. Mantap.

"Jangan !!", Verna menjerit penuh air mata, membalikkan tubuhnya menatap Bayu, "Lo gila apa ?? Nadia akan sangat sakit, gue ga mau dia sakit !! Gue ga mau dia sedih !!"

"Tapi sekarang lo yang sakit Ver !! Lo yang sedih !! Gue ga tahan ngeliatnya", Bayu meraih dagu Verna mendongakkan wajahnya, "Gue cinta sama Lo Ver, cuma lo yang gue cintai"

Verna tersenyum sedih,

"Gue tetep pada keputusan gue, kita harus ahkiri semuanya ini",

"Verna", Bayu mengerang, penuh rasa tersiksa.

Verna langsung memeluk Bayu erat-erat,

"Peluk gue Yu, gue pingin merasakan pelukan lo buat terahkir kalinya. Merasakan kehangatan lo yang selalu bikin gue nyaman, setelah itu gue akan melangkah menjauh, dan gue ga akan bisa peluk lo lagi, tapi gue pasti kuat. Mengetahui lo hidup dan menjalani hidup dengan bahagia, gue pasti kuat"

"Verna", Bayu merengkuh Verna ke dalam pelukannya, merengkuhnya kuat-kuat, "Gue cinta sama lo"

"Astaga",

Kengerian mewarnai suara Nadia, ucapan itu begitu berbisik, tetapi seketika itu juga pelukan Bayu dan Verna terlepas, mereka serentak menjauh dan menatap ke arah sumber suara dengan tatapan bersalah.

Nadia berdiri di sana dengan wajah pucat pasi dan bibir gemetar menahan tangis,

"Gue udah curiga", suara Nadia sesak oleh tangis yang dalam, "Gue udah curiga ada wanita lain dalam hati Bayu. Sikapnya berubah nggak seperti dulu, gue udah ngerasa kalo hatinya makin jauh", Nadia menatap Bayu yang menunduk dengan rasa bersalah, air mata mengalir deras di pipinya, lalu dia menoleh ke arah Verna yang sama pucatnya dengannya, "Tapi gue ga nyangka, sama sekali ga pernah nyangka kalo wanita lain itu adalah lo !! Adik kembar gue sendiri !!", kemarahan nampak mewarnai suara Nadia yang bergetar, "lo jahat Verna !! Kalian semua jahaattt "

Seketika itu juga Nadia membalikkan tubuhnya dan menghambur ke luar, Bayu langsung melompat mengejarnya, menembus hujan yang deras, Verna sempat terpaku sejenak, masih schock dengan perkataan Nadia tadi, tetapi dia segera menyusul.

Suara rem yang menggesek aspal dengan keras membuat hatinya nyeri, dengan bergegas, dia melangkah ke jalan, ke arah suara itu,

Verna langsung berlari dan berlutut sambil menangis, di sana Nadia terbaring pingsan dengan kepala terluka berdarah, tertabrak oleh mobil, Bayu berlutut di sebelahnya. Hujan deras mengguyur mereka.

Setelah itu perjalanan ke rumah sakit terasa bagai neraka bagi mereka, Bayu tetap memeluknya. Memberinya kekuatan selama Nadia ditangani di UGD, orangtua mereka menyusul kemudian.

Dan selama proses menunggu yang begitu menekan itu, Verna terus menerus berbisik ke dalam hatinya, 'aku jahat, aku jahat, aku benar-benar jahat'

Lalu Nadia tersadar, dan Bayu serta Verna berdiri di sana. Siap menghadapi penghakiman. Tapi Nadia malah tersenyum begitu manis,

"Bayu? Verna ?, kenapa kalian berdiri di situ ?", tanyanya lembut, mengulurkan tangannya pada Bayu yang langsung duduk di tepi ranjang rumah sakit, menggenggamnya.

"Gue.... Gue nggak ingat kenapa gue kecelakaan, konyol sekali ya", Nadia tertawa sambil mengusap perban di kepalanya, "Mungkin gue melamun di perjalanan pulang kampus ? Gue ingat hujan turun deras sekali, tapi setelah itu kabur", Nadia mengalihkan kepala kepada Bayu yang menggenggam tangannya lalu tersenyum penuh cinta, "Tapi gue seneng begitu membuka mata ngeliat lo di sini Yu, gue seneng banget", Nadia meremas tangan Bayu lembut.

Bayu tertunduk, mencoba tersenyum tapi terasa kaku,

"Gue juga seneng", jawabnya termenung. Lalu melepaskan genggamannya dari Nadia dan bangkit, "Gue ngasih tau mama papa dulu ya kalo lo udah sadar", dengan langkah cepat Bayu keluar ruangan perawatan itu.

Verni berdiri di sana. Nadia lupa bagaimana dia bisa kecelakaan? Dokter tadi mengatakan bahwa benturan keras di kepala Nadia bisa menyebabkan kakak kembarnya itu kehilangan beberapa ingatannya. Jadi Nadia tidak ingat apa yang dilihatnya sebelum kecelakaan itu ? Verna menarik napas lega, hampir menangis, dia lalu duduk di sebelah ranjang, meraih tangan Nadia.

Dan Nadia melepaskannya dengan kasar.

Wajah Verna langsung pucat pasi menatap Nadia yang tanpa ekspresi.

"Jangan kira gue sebodoh itu,...... lupa ingatan huh!", Nadia mencibir, "gue cuma pura-pura di depan Bayu, tapi di depan lo", Nadia menoleh, dan tatapan kebencian yang dilemparkannya itu membuat Verna semakin pucat, "Lo memang saudara paling jahat di dunia, bermain-main di belakang punggung gue, lo kejam banget Ver"

"Maafin gue...", Verna menunduk, butiran bening mengalir di sudut matanya.

"Nggak, gue ga bakalan maafin lo !!", seru Nadia setengah berteriak, "Gue mau lo menyingkir dari hidup gue dan Bayu, gue mau lo nyingkir dari kehidupan gue !! Gue ga mau ngeliat lo lagi kecuali terpaksa !!!"

Pernyataan Nadia itu menghancurkan hatinya, membuat Verna luluh lantak, dan dia melakukan semua yang diinginkan Nadia.

Beberapa hari setelah kecelakaan itu, Verna mengajukan pindah dari kampusnya. Ia mengambil kampus yang sedikit jauh di luar kota, kemudian dia mengemasi barang- barangnya, melawan keberatan orang tuanya, melawan protes Bayu, yang tetap mengira bahwa Nadia kehilangan ingatannya dan tidak mengetahui perselingkuhan mereka, dan Verna lalu pindah ke kamar kost dekat kampus barunya.

Verna benar-benar menjauh dari kehidupan Nadia dan Bayu.

***

Sekarang, masih menatap jendela kamarnya, ke arah hujan yang turun semakin jelas, Verna mendesah lagi, percakapannya dengan Tanza tadi telah menggugah ingatan yang dia tenggelamkan dalam-dalam, kenangan kejadian satu tahun lalu.

Dengan gontai dia melangkah membuat kopi, lalu duduk lagi di depan komputer, menyesap kopinya sebentar dan membaca ulang tulisannya tentang hujan, setelah itu dia mengklik tombol turn off dan menyandarkan tubuhnya di kursi, memejamkan mata.

Verna setengah tertidur ketika handphonenya berkedip-kedip,

Dengan malas diambilnya handphone itu, 1 message received,

Di luar hujan, jangan melamun yang nggak-nggak.

Verna tersenyum, Tanza.

Lo kali yang hobby ngelamun jorok kalo hujan-hujan.

Handphonenya berkedip lagi,

Eeehh sembarangan, siapa bilang gw bahas ngelamun jorok. Gue kan bilangnya 'ngelamun yang enggak-enggak'

Masih tersenyum Verna meletakkan handphone itu. Tanza mencemaskannya, dan hati Verna tersentuh. Mereka belum lama berkenalan tapi terasa seperti sudah mengenal lama. Salah seorang teman Verna dari kampus lama mengenalkannya kepada Tanza pada saat dia mencari tempat kost baru di dekat kampus barunya. Saat itu dengan senang hati Tanza membantunya, dan mereka jadi bersahabat.

Verna merasa nyaman bersama Tanza, dia bisa menceritakan apa saja tanpa merasa takut dihakimi. Tanza selalu mau mendengarkan ceritanya, dan memberikan solusi yang sangat membantu Verna. Tanza tidak pernah menghakimi Verna pada saat Verna ahkirnya bercerita tentang kisah perselingkuhannya dengan pacar kakak kembarnya sendiri, Tanza selalu bilang,

"Kau cuma ada di waktu yang salah, tempat yang salah, dan meletakkan perasaanmu kepada orang yang salah Verna"

Dan terus terang, di hati Verna mulai tumbuh kasih sayang yang mendalam untuk Tanza. Tapi Verna menahannya sekuat tenaga. Tanza sudah punya Dania, kekasihnya sejak satu tahun ini. Verna tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, menjadi pengganggu dalam hubungan dua orang yang saling mencintai.

Handphonenya berkedip lagi.

Kok diam ? Udah tidur ? Coba lihat hujan di luar sana, dan coba buat tersenyum lagi pas ngeliat hujan. Hujan itu menyenangkan lho. Sebete apapun gue, kalo ngeliat hujan pasti bahagia

Verna tersenyum, mau tak mau hatinya bergetar menerima perhatian Tanza,

Gue udah liat kok, gue senyum, bukan karena hujan, tapi karena baca sms lo. Lagipula lo kan orang yang mudah bahagia di mana-mana, ga usah alesan deh.

Beberapa menit kemudian Tanza membalas,

Hah! Dasar pandai mengalihkan pembicaraan. Seharian ini gue kepikiran lo terus. Jangan sedih deh, besok gue ajak lo hujan-hujan seharian mau?

Janji?

Janji.

Dengan pedih Verna meletakkan hanphonenya dan melangkah ke atas ranjangnya, meringkuk di atas tempat tidur, merenung.

Tanza hanya memperhatikannya karena mereka bersahabat. Tidak lebih. Dia tidak boleh berpikiran lebih. Dia tidak boleh, dia tidak boleh.....

Pemikiran itu membawanya hanyut ke alam mimpi.

***

Verna merengut pada Tanza yang duduk di sebelahnya, lelaki itu memakan bakso di depannya dengan lahap, tidak peduli dengan tatapan marah Verna,

"Aah sama juga boong kalo gini", seru Verna ahkirnya.

Tanza tergelak,

"Jangan salahin gue dong, bukan mau gue langit cerah kayak gini, yah kita tunggu dan berdoa aja deh, semoga hujan"

Verna meneguk teh-nya dan menatap Tanza,

"Gue udah ilang mood, gue pulang aja deh"

"Eh jangan dong, gue kan udah janji mo bikin lo nggak sedih, pokoknya kita tunggu sampai hujan turun", Tanza bersikeras.

Mau tak mau Verna tertawa melihat kekeraskepalaan Tanza,

"Tanza", Verna tersenyum lembut, "Ngeliat niat baik lo aja udah cukup buat ngilangin kesedihan gue, lo ga usah repot-repot lagi"

Tanza tertawa senang,

"Bagus, lo harus kembali jadi Verna yang ceria ya", tiba-tiba handphonenya berbunyi, Tanza melihatnya dan dahinya berkerut, "Ya, halo ? Dania? Gue lagi makan bakso..... Jemput? Dimana?", sejenak Tanza mendengarkan, lalu mengangguk, "Ok tar telp aja lagi, love you too", Tanza menutup telephonenya dan tersenyum pada Verna,

"Dania, minta dijemput di kampus"

"Pergi aja sekarang Za, tar telat lho"

Tanza mengerutkan keningnya lagi,

"Tapi gue kan udah janji mau nungguin hujan, mo ngajak lo hujan-hujanan"

Mendengar itu Verna melirik ke langit yang cerah benderang dan tertawa,

"Lo nunggu seharian juga kayaknya ga bakalan hujan, udah ah pergi sono ! Gue mau balik, mo nyelesein tulisan yang kemarin",

Verna meraih tasnya. Tapi Tanza meraih bahunya,

"Gue antar lo pulang dulu, baru jemput Dania"

"Lo ada-ada aja, kampus ke rumah kan deket, malahan kampus Dania yang jauh, lo mustinya cepet-cepet berangkat biar Dania ga nungguin lama, lagian gue lagi kepingin jalan kaki, mau mampir di toko buku bentar", dengan senyum manisnya, Verna melepaskan tangan Tanza dari pundaknya dan melangkah pergi,

"Ver"

Panggilan Tanza yang tiba-tiba serius itu membuat langkah Verna terhenti,

Dengan pelan Verna menoleh, mendapati Tanza berdiri di sana, menatapnya dengan sedih,

"Apa Za ?"

Tanza menghela nafas,

"Gue bukan Bayu, dan Dania bukan kakak kembar lo, seharusnya lo nggak perlu setakut itu",

Kalimat Tanza itu bagaikan menamparnya, membuat Verna pucat pasi,

"Lo ga perlu menyalahkan diri kalo ternyata gue punya perasaan lebih ama lo. Gue yang seenaknya sendiri merasakan perasaan itu tanpa seizin lo, lo sama sekali ga salah Ver",

Verna memejamkan matanya pedih,

"Sama aja Za, gue seolah-olah ditakdirkan buat jadi pengganggu di hubungan dua manusia yang semula baik-baik aja, gue ga mau lagi mencintai orang yang sudah dimiliki orang lain, sudah cukup gue menderita"

"Gue....."

"Udahlah Za, jemput Dania. Dan jangan mengungkit-ungkit masalah ini lagi. Gue ingin kita tetap bersahabat, kalo lo bahas masalah ini lagi, gue nggak akan tahan dan mungkin akan memutuskan menjauh dari kehidupan lo"

Apapun yang akan diucapkan Tanza tadi langsung ditelannya begitu mendengar ancaman Verna, dia menarik napas panjang.

"Gue terima cuma dijadikan sahabat asal gue tetep bisa hadir dalam hidup lo. Gue terima lo mengabaikan perasaan gue Ver, Gue terima lo pura-pura nggak ada yang lebih dalam hubungan kita, padahal ada. apapun itu gue terima, asal gue bisa tetap ada dalam hidup lo",

Verna tersenyum sedih pada Tanza, menganggukkan kepalanya, lalu melangkah pergi meninggalkan Tanza.

***

Yah, hujan ini seperti mengejeknya. Verna mengernyit menatap jendela kaca etalase toko buku yang dimasukinya dalam perjalanan pulang.

Begitu dia masuk ke toko buku ini, langit tiba-tiba menggelap dan hujan turun dengan derasnya. Verna menatap aliran hujan yang begitu deras, lalu menundukkan kepalanya dan mendesah.

Yah, bahagiaku ternyata masih belum dapat kutemukan......

"Verna ?"

Suara yang sangat familiar itu membuat Verna langsung menoleh, waspada.

Dan benar, Bayu. Bayu yang dirindukannya berdiri di sana, tampak makin kurus dan letih daripada saat terahkir mereka bertemu secara tak sengaja beberapa waktu lalu,

"Ngapain lo disini Yu ?", Verna bertanya karena lokasi kampus barunya ini sangat jauh dari tempat tinggal Bayu, sangat jauh dari tempat yang biasanya dikunjungi Bayu, Verna sengaja melakukannya.

Bayu menatap Verna dalam-dalam,

"Gue emang sengaja kesini Ver... Bukan.. Pertamanya gue nggak niat ketemu langsung ama lo. Gue sering kesini Ver, ngeliat lo dari kejauhan, memastikan lo baik-baik saja, tapi tadi gue liat lo masuk toko buku ini dan gue nggak bisa nahan diri"

Verna bersedekap untuk melindungi dirinya dari perasaan yang bergejolak,

"Sebaiknya lo pergi dari sini, kalo Nadia sampe tau....",

"Nadia ga akan tahu", Bayu menatap Verna lekat-lekat, "Siapa laki-laki itu Ver, gue selalu ngamatin lo dari jauh, jadi gue tau, dia akrab banget ama lo"

Wajah Verna langsung pucat pasi. Dia tau persis siapa yang dimaksudkan oleh Bayu. Tanza.

"Itu bukan urusan lo", Verna memalingkan muka, menghindari tatapan lekat Bayu.

Bayu mengacak rambutnya frustasi,

"Selama ini gue nggak pernah tau, betapa menderitanya lo waktu ngejalanin hubungan ama gue dulu..", Bayu meringis sedih, "Gue... Hati gue terasa dicabik-cabik ketika ngeliat kedekatan lo ama lelaki itu.... Gue gak bisa bayangin betapa sakitnya perasaan lo ketika dulu gue tanpa perasaan bermesraan dengan Nadia di depan lo",

Verna mengernyit ketika kenangan demi kenangan itu melintas di ingatannya,

"Tolong jangan bahas itu lagi Yu, gue nggak mau tenggelam dalam masa lalu, gue mau melangkah maju"

"Dengan laki-laki itu?", tanya Bayu getir.

Verna menarik napas panjang,

"Nggak Yu, gue sama dia cuma sahabat, dia yang bantu gue bangkit dan semangat lagi. Dia udah punya pacar",

Bayu mendesah, tampak sedikit lega,

"Mungkin gue jahat dan egois karena merasa lega, gue belum siap ngeliat lo dimilikin laki-laki lain", Bayu menatap Verna sendu, "Perasaan ini masih ada, masih dalam, setiap hari gue menatap Nadia, berusaha mencintainya, tapi gue selalu membayangkan lo, gue selalu memprotes, kenapa harus Nadia ? Kenapa bukan lo ??"

"Bayu", Verna mengerang, "Jangan.... Gue mohon jangan teruskan lagi, pulanglah, kembalilah sama Nadia, gue mohon....",

Verna berlari, meninggalkan toko buku itu, tak dipedulikannya panggilan Bayu yang makin sayup-sayup di tengah derasnya hujan.

Verna terus berlari dengan air mata berderai, membiarkan derasnya hujan menghantam tubuhnya, menyakitinya.

Aku memang pantas disakiti, jerit Verna dalam hati, aku jahat, aku jahat, aku jahat.....

Dengan basah kuyup Verna melangkah menuju kost nya, air mata masih mengalir deras di pipinya, dan dia terkejut melihat Tanza berdiri bersandar di pintu kostnya,

"Curang, lo hujan-hujan sendirian", Tanza tersenyum.

"Lo kenapa disini? Dania gimana ?",

Tanza mengangkat bahu,

"Batal, Dania ada acara mendadak sama temen-temen kampusnya, biasa, shopping. Waktu gue liat langit gelap dan hujan, gue langsung puter balik ke tempat lo, tapi lo belum pulang, hp lo nggak aktiv, jadi gue tungguin", senyum masih ada di bibir Tanza, tapi dia mengernyit ketika memperhatikan Verna lebih dekat, "Ver.... Lo nangis ? Kenapa ?",

Verna merasa pedih sekali. Entah karena pertemuannya dengan Bayu tadi, entah karena kebaikan hati Tanza yang memikirkannya di kala hujan turun.

Tiba-tiba semuanya terasa kabur di matanya.

"Verna ? Verna ?!!", Verna masih mendengar seruan cemas Tanza sebelum semuanya berkunang-kunang dan dia kehilangan kesadarannya.

***
bersambung ke part 2

baca Part 2 :  http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/11/verna-dan-hujan-part-2_5.html
baca Part 3 :  http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/12/verna-dan-hujan-part-3_5787.html
Baca Part 3 : http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/12/verna-dan-hujan-part-3_5787.html#more
Baca Part 4 : http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/12/verna-dan-hujan-part-4.html 

Baca Part 5 : http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/12/verna-dan-hujan-part-5.html
Baca Epilog : http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/12/verna-dan-hujan-epilog.html

19 komentar:

  1. haiiiii mba shanty... salam kenall :)
    yang part 2nya udah di posting atw belum mba ?
    thq

    BalasHapus
  2. Haaaiii Mutiii salam kenal jugaa hee :D
    part dua-nya kalo ga malam ini besok malam yaah :D

    BalasHapus
  3. wihhh ciyuss mba ? thq ya... ceritanya seruuu bangetttttt :D

    BalasHapus
  4. part ke 2 kapan di posting mbak? salam kenal

    BalasHapus
  5. part ke 2 kapan di posting mbak? salam kenal

    BalasHapus
  6. salam kenal mb santhi, part 2 kpn diposting?

    BalasHapus
  7. salam kenal mb santhi,aku fansmu
    mau tanya verna dan hujan kapan diposting ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. dear enik
      salam kenal jugaaaa heee
      maafkan aku kmrin krn ada acara dadakan aku ga bisa online,,,, nanti malam yah aku posting ini baru disiapkan naskahnya :)

      Hapus
  8. tiap hari harus diposting ceritanya y mba heheheh
    like this story....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi pingin banget posting tiap hari, tp lagi flu berat nih fathy kliyengan hihihihi ditunggu yaaah dear *peluk*

      Hapus
  9. aku baru liat....

    skrg dh g kliyengan lagi kan mba, kan dah dipeluk sama aku hehehe
    malah + kliyengan y mba....

    *peluk mba santhy balik....

    BalasHapus
  10. woaaaaaa.... mbak.... say suka banget sama ide cerita ini!!!
    plot nya enak dibaca dan kompleks banget ceritanya.. seperti setiap karakter punya alasan masing2 di dalam cerita ini..

    mana nih part 2, mana nih link nya? *bingung nyari link, tak pikir di bagian bawah cerita itu ada link ke part 2*
    ternyata mesti ngeklik archive.. tunggu komentar saya di part 2...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehhe mas fahril ngasih aku ide nih, aku nanti akan pasang link nya yah mas kalau ada cerita yang bersambung, jd kalau nyari ga susah hihihihi :)

      waah makasih mas, sekarang aku lagi bikin draft bab 3 nya, bingung ini nasib verna mau dibawa kemana heee ;)

      Hapus
    2. aku udah baca bab 3, ceritanya makin kompleks.. aku suka banget.. tiap sambungan, ada aja masalah baru.. dan potongannya itu loh, bikin nggak sabar cerita selanjutnya,hahah


      Sukses berat buat mbak Shanty

      Hapus
    3. makasih faril aku udah ada draft untuk bab 4 dan 5 end nih tinggal eksekusi, semoga eksekusinya memuaskan yah hihihi *peluk*

      Hapus
  11. Baca cerita yg ini jd inget tmen kembar ku yg juga mencintai cowok yg sama tpplotnya g sesedih ini karema mereka lebih milih persaudaraan walaupun yg cowok masih ngejar"
    Ironisnya sampe sekarang verna versi tmenku blum nikah juga
    sementara kembarannya dah punya anak satu
    apa dia msh trauma kyak verna ya...
    Anyway baca karya mbak santhy yg indonesia banget gni jd kayak 360 derajat lain banget sama yg d pn kok bisa ya mbak santhy...
    Bukannya gak bagus tp kayak yg bikin2org yg beda

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah ternyata ada di dunia yah? aku waktu bikin mikir gimana caranya membuat sebuah kisah perselingkuhan dan pengkhianatan yang amat sangat kompleks ahkirnya munculah ide saudara kembar ;)

      eh tulisanku banyak yg indonesia banget lho, karena kebanyakan buat lomba cerpen bertema indonesia
      coba baca cerpen 'emak aku pulang'
      hihihihihi indonesia nya kerasa banget dear ;)

      dulu aku pernah dinasehatin supaya nggak jd penulis salon, yang bisa menulis kisah sosial bukan hanya melulu tentang cinta, anggur dan rembulan ( cieee bahasanya) hehehe :D tapi lama2 panggilan hati tetep aja ujung2 nya ke kisah cinta yah ;)

      eeh iyaa.... Unforgiven Hero draft awal bahasanya kayak Verna dan hujan, gaul dan pake lo gue juga hihihih... skrng udah diubah jd bahasa baku jd harus edit gaya bahasa di tiap percakapannya huhuhuhu :D

      Hapus
  12. AAAAAAAAAH gangerti lagi baca cerita ini bikin mata berkacakaca :")keren parrrrrah!

    BalasHapus