Disclaimer : Bandung dengan hujannya yang ( hampir ) setiap hari melahirkan cerita ini. Mau tak mau membuat saya merenungkan hujan dari dua sisi, Hujan yang mendatangkan kebahagiaan bagi manusia yang mencintainya sepenuh hati, dan hujan yang mendatangkan kesedihan bagi manusia yang belum bisa melepaskan masa lalunya.
Verna tertegun, tapi ketika kesadarannya kembali, dia langsung menengok lagi ke arah café itu.
Itu benar-benar Tanza
dan Nadia!
Dengan gemetar, Verna berdiri di tengah hujan
yang begitu deras, tiupan angin menghantarkan seluruh percikan air ke tubuhnya,
payungnya tak bisa lagi menyembunyikannya. Tetapi Verna tak peduli. Perasaannya
campur aduk, antara terkejut dan… kecewa.
Tanza mengenal Nadia? Dari pemandangan yang dilihatnya
tadi, Tanza tampak begitu akrab dengan Nadia, tatapan di antara keduanya penuh
senyum. Mereka tampak bagaikan sahabat lama yang dekat.
Kenapa Tanza tidak
pernah menunjukkan kalau dia mengenal Nadia? Bahkan lelaki itu bersikap
seolah-olah dia benar-benar orang baru, di luar lingkup kisah Verna yang rumit.
Apakah Tanza berbohong kepadanya? Kalau iya, kenapa?
Tiba-tiba Verna merasakan ketakutan yang dalam,
bahwa persahabatannya dengan Tanza selama ini hanyalah berisi kebohongan
semata.
“…dan setelah urusan dengan sewa gedung
beres, gue ngajak Bayu pesan catering,
tapi entah kenapa dia membatalkan janjinya tiba-tiba pagi ini, katanya dia
sedang tidak enak badan,” Tatapan Nadia berubah sedih, lalu mencoba tersenyum kepada
Tanza, “Terimakasih Tanza lo udah mau nganterin gue pesen catering, ga tau
gimana kalo ga ada lo”
Tanza mengangkat bahunya dan tersenyum,
“Gue senang bisa membantu.” Meskipun tadi
perasaan bersalah menggayutinya selama proses pemilihan menu untuk catering
pernikahan Nadia dan Bayu yang dilaksanakan mendadak ini. Tanza teringat Verna,
dan entah kenapa dia merasa mengkhianati Verna.
“Menunya tadi sungguh menarik”, Mata Nadia
kembali berbinar, “Lo emang pandai memilih makanan, Tanza”
Tanza terkekeh, “Serahkan sama gue kalau soal
makanan”, ditatapnya Nadia dengan serius, “Lo ngurus semuanya sendiri Nadia?”
“Enggak juga sih, cuma mama dan papa memang nyerahin
masalah-masalah yang spesifik sama gue, seperti menu catering, gaun pengantin,
sewa gedung, karena mereka bener-bener pingin semuanya sesuai selera gue.
Harusnya gue urusin ini semua sama Bayu, tapi Bayu sibuk banget ahkir-ahkir
ini, jadi dia nyerahin semua ke gue.”
Mungkin karena Bayu
sendiri tidak kuat menghadapi pernikahan ini. Pikir Tanza dengan pahit. Tetapi bagaimanapun juga, ini keputusan Bayu.
Bayu sudah memilih bersama Nadia, dan ini adalah konsekuensi pilihannya.
“Yah, kalo lo butuh bantuan gue lagi, tinggal
call aja,” Tanza melirik jam tangannya, “Gue harus pergi nih, ada acara di
kampus gue.”
“Iya makasih Tanza, gue di sini dulu deh
sekalian nungguin sopir papa ngejemput, tadi gue udah telpon.”
“Oh, sampai jumpa lagi Nadia”, Tanza
menganggukkan kepalanya penuh senyum, lalu melangkah pergi dari café itu.
Hujan sangat deras di luar, beberapa orang
masih berteduh di teras café itu. Tetapi Tanza memutuskan untuk menembus hujan
ke arah parkiran mobil, dia ingin bertemu Verna. Entah kenapa. Mungkin untuk
menebus rasa bersalah yang menggayutinya ketika dia melakukan pengkhianatan
tadi, memilihkan catering untuk pernikahan Nadia dan Bayu.
Dengan rambut basah menembus hujan, Tanza
mendekati mobilnya diparkir, dan kemudian tertegun.
Verna berdiri di sana, dengan payung kecil yang
sama sekali tidak melindungi tubuhnya dari hempasan angin dan hujan. Menatapnya
dengan pandangan terluka.
***
“Verna?”, Tanza melangkah mendekati Verna, yang memang memutuskan mengambil resiko dengan menunggui Tanza di dekat mobilnya. Tadi dia berpikir, kalau Tanza sendirian ke mobilnya, Verna akan menanyakan semua pertanyaan langsung yang berkecamuk di hatinya kepada lelaki itu. Tetapi kalau ternyata Tanza pulang bersama Nadia, Verna akan segera lari dan bersembunyi, menunggu Tanza datang ke kost-nya untuk meminta penjelasan.
“Ternyata lo kenal sama Nadia?” Tanya Verna
lirih, berusaha mengalahkan gempuran suara hujan yang begitu deras.
“Verna lo kehujanan, ayo masuk ke mobil dulu.”
Verna menggelengkan kepalanya,
“Gue pingin penjelasan Tanza, kenapa lo bohong
sama gue? Ketika gue cerita tentang masalah gue dulu, lo bertingkah seolah-olah
lo nggak kenal Nadia, ternyata lo kenal sama Nadia!”
“Verna”, Tanza berusaha menenangkan Verna, “Kita
masuk ke mobil dulu yuk, lo basah kuyup, gua juga”, bujuk Tanza tenang.
Verna terdiam, baru menyadari bahwa tiupan
angin membuatnya basah kuyup dan tak terlindungi oleh payung, baru menyadari
bahwa Tanza berdiri di sana tanpa payung dan sudah hampir basah kuyup tertimpa
hujan. Ahkirnya dia mengangguk.
Tanza langsung membuka pintu mobilnya, dan
membukakan pintu penumpang buat Verna. Verna pun masuk, dan Tanza melajukan
mobilnye menembus hujan,
“Mau ke rumah gue?”
Verna mengernyit, Tanza tidak pernah mengajak
Verna sebelumnya, Verna hanya tahu rumah Tanza terletak di lokasi elit paling
sejuk di Bandung.
“Boleh,” Jawab Verna datar.
“Akan
gue jelasin semuanya di sana.”,
Janji Tanza
Dan dalam perjalanan mereka lalui dalam
keheningan, tanpa percakapan
***
Mobil Tanza melaju memasuki sebuah rumah yang
mewah dengan gerbang yang terbuka otomatis, Tanza memarkir mobilnya di depan
rumah, dan membukakan pintu untuk Verna.
“Ayo masuk”, dengan lembut Tanza menghela Verna
memasuki rumahnya yang besar.
Di pintu, seorang pelayan perempuan setengah
menyambut mereka,
“Bik, siapkan baju ganti buat temanku ini yah,
di lemari Elina ada baju-baju baru yang belum sempat terpakai, mungkin bisa
dipinjamkan dari sana”
“Baik Tuan”, bibik itu melirik ingin tahu
kepada Verna. Setahunya tuan Tanza sangat protektif terhadap seluruh peninggalan
mendiang nona Elina. Bahkan berdasarkan perintah tuan Tanza, kamar Elina dan
seluruh barang-barangnya tetap dijaga dan dirawat sama persis seperti ketika
mendiang nona Elina masih hidup. Kalau Tuan Tanza mengizinkan barang nona Elina
dipinjamkan, perempuan ini pasti sangat penting bagi Tuan Tanza.
“Ikut bibik ini dulu ya Verna, dia akan
memberikan baju ganti buat lo lalu nganterin lo ke kamar mandi untuk ganti pakaian, nanti gue
akan nemuin lo di teras belakang.”, Tanza mengangguk pada bibik itu kemudian
melangkah menaiki tangga meninggalkan Verna.
***
Verna sudah berganti pakaian, baunya seperti
baju baru, tetapi ukurannya sangat pas ditubuhnya. Pakaian Eliana, pikir Verna.
Dan pakaian itu sangat feminim.
Bibik itu mengantarkan Verna ke teras belakang
yang dimaksud Tanza, teras itu sangat bagus, terletak menjorok di belakang
rumah, dengan sofa-sofa empuk berwarna coklat hangat dan berbatasan dengan kaca
bening yang memantulkan pemandangan taman belakang yang begitu hijau dan indah.
Kaca bening itu bagaikan tirai hujan yang sangat nikmat di pandang dari sini.
Tanza duduk di sana, menunggu Verna, dia sudah
berganti pakaian juga rupanya, di meja
sudah terhidang dua gelas cokelat panas dan kue bolu kismis yang tampaknya
masih hangat.
“Duduklah Verna, minum cokelat dulu, Lo pasti
kedinginan”, Tanza mengangguk kepada bibik yang mengantarkan Verna dan bibik
itu kemudian melangkah pergi, meninggalkan Verna bersama Tanza sendirian.
Verna meneguk cokelat hangat yang nikmat itu,
kemudian menggenggam cangkirnya di kedua tangannya, mencoba menyerap kehangatan
dari minuman itu. Matanya menatap Tanza, tajam, penuh pertanyaan.
“Gue tau lo pasti kaget dengan pemandangan yang
nggak sengaja tadi”, Tanza menatap Verna dengan pandangan menyesal, “Tapi gue
bisa ngejelasin, dan gue harap setelah lo ngedenger penjelasan gue lo mau
mengerti”
Verna terdiam, menanti jawaban Tanza.
“Gue…. Nadia itu sahabat gue, jauh sebelum gue
kenal sama lo”
Wajah Verna memucat mendengar pengakuan Tanza
itu, sebuah jawaban yang sama sekali
tidak diduganya, dan Tanza menatap Verna dengan sedih,
“Nadia adalah sahabat Eliana, lo inget waktu lo
gue ajak ke makam Eliana dan gue bilang gue punya hutang budi yang sangat besar
sama teman Eliana yang selalu setia ngedampingin Eliana sampai ajal
menjemputnya? Orang itu adalah Nadia.”
Verna masih terdiam, berusaha mencerna semua
informasi yang dilemparkan Tanza dengan mendadak ke mukanya.
“Dan lo cerita kalo Nadia pernah nangis
malam-malam di kamar lo karena sahabatnya meninggal, yang meninggal waktu itu
Eliana…”, sambung Tanza pelan.
“Kenapa lo nggak cerita sama gue Tanza? Ada apa
dengan semua ini?” Ahkirnya Verna berani bersuara, meskipun serak dan penuh
emosi.
“Gue…. Waktu gue ngajak lo ke makam itu gue
sebenernya pingin buat pengakuan ke lo… tapi gue.. takut, gue takut akan
berahkir seperti ini, lo akan ngebenci gue.”
“Pengakuan apa?”, Verna mengernyitkan matanya.
“Gue mohon setelah lo denger pengakuan gue, lo
bisa lihat semua dari sisi gue dan memahami gue yang dulu….”, Tanza menghela
napas dan menatap Verna hati-hati, “Gue…. Gue ngedeketin lo karena disusuh
Nadia”
Seperti tayangan cerita yang dramatis,
pengakuan Tanza itu diahkiri dengan gelegar petir di luar sana, dan hati
Vernapun bagaikan disambar petir mendengarnya.
“Lo.. lo disuruh Nadia?” Suara Verna mulai
gemetaran.
“Verna”, Tanza menatap Verna memohon, “Gue
mohon lo jangan marah dan benci dulu ama gue, gue akan jelasin semua…. Pada
suatu malam, gue nengokin Nadia yang lagi kecelakaan…”, Tanza menatap Verna dan
mengangguk, “Ya, kecelakaan yang sama ketika Nadia memergoki kalian”
“Nadia waktu itu sendirian, ga ada Bayu, ga ada
Lo dan ga ada orang tuanya, dan dalam tangis serta penderitaannya, Nadia cerita
ke gue semuanya, gimana kekasihnya yang sangat dia cintai berselingkuh dengan
saudara kembarnya sendiri.”, Tanza melihat penderitaan di mata Verna, “Gue… gue
waktu itu ikut marah ama lo, gue gak habis pikir gimana mungkin seorang saudara
kembar yang begitu dekat, tega berkhianat di belakangnya.”
Verna ikut meringis. Semua orang berhak
membencinya. Dia memang bersalah, sungguh-sungguh bersalah. Mungkin seharusnya
dia nggak ada di dunia ini karena ternyata cinta yang dia miliki telah
menghancurkan hati Nadia sampai sebegitu dalamnya.
“Lalu Nadia minta tolong sama gue.”, Tanza
menyambung, “Dia minta tolong gue ngedeketin lo, dan membuat lo berpindah hati
dari Bayu… dia… dia ketakutan, dia bilang dia udah nggak ngelihat cinta di mata
Bayu lagi sejak lama untuknya… dia takut Bayu akan ngejar lo, dia memang udah
nyuruh lo pergi, tapi dia nggak yakin, sampai lo bisa jatuh cinta pada lelaki
lain”, Tanza menyimpan informasi bahwa Nadia juga, dengan penuh dendam meminta
Tanza merusak Verna, dan menghancurkan kehormatan Verna, Verna tidak perlu tahu
hal itu, lalu hancur hatinya ketika menyadari bahwa Nadia begitu membenci
Verna.
“Jadi selama ini lo jadi sahabat gue, selalu
nolongin gue, itu semua hanya karena permintaan Nadia agar bisa bikin gue jatuh
cinta ama lo?”
“Mulanya begitu,” Tanza mendesah, “Dan ya ampun, gue pikir ini
tugas yang mudah, gue terkenal sebagai penakluk cewek, gue pikir lo akan
semudah itu gue bikin jatuh hati sama gue, dan tugas gue selesai… ternyata
nggak semudah itu Verna, gue.. gue denger semua cerita dari sudut pandang lo,
gue ngelihat sendiri lo yang hidup dalam penyesalan, gue lihat sendiri betapa
sakitnya lo ketika berusaha memadamkan perasaan lo sama Bayu, yang gue yakin
begitu dalam… pada ahkirnya gue yang jatuh hati sama lo”
Verna menatap Tanza dingin, “Dan lo pikir
setelah semua informasi yang gue dapat ini, gue akan percaya ama pengakuan
perasaan lo ini?”
“Lo boleh nggak percaya, tapi gue… gue serius
ama perasaan gue, gue bilang ini semua bukan karena ingin lo jatuh cinta ama
gue seperti rencana Nadia, gue serius, gue cinta ama lo Verna, dan gue ingin
jaga lo. Perasaan gue ini tulus, dan ga ada siapapun yang mempengaruhi gue, lo
nggak perlu balas perasaan gue ini Verna kalo lo memang ga mau.”
Verna menatap mata Tanza, dan mau tak mau
menemukan keseriusan di dalam mata itu. Tetapi perasaannya masih tidak yakin,
dan curiga. Jangan-jangan Tanza melakukan ini semua supaya bisa tetap
menjalankan rencananya dengan Nadia ketika mereka berdua sudah terpergok oleh
Verna?
“Gue nggak tahu Tanza, semua ini terlalu
memusingkan…”
“Gue nggak akan paksa lo buat jatuh cinta sama
gue Verna… yang penting, jangan benci gue, gue mohon, gue sama sekali nggak ada
niat jahat sama lo, izinkan gue tetap jadi sahabat lo”
Verna tertegun, “Apakah gue bisa percaya lagi
sama lo Tanza?”
“Gue akan bikin lo percaya, gue janji Verna”
Verna menghela nafas panjang. Tanza tidak bisa
dikatakan bersalah. Dia berhutang budi pada Nadia. Nadia adalah sahabat Eliana,
adik yang sangat disayanginya. Dan dari sudut pandang manapun, semua orang yang
mendengar kisah cinta segitiga ini pasti pertama kali akan menyalahkan Verna,
begitupun Tanza. Mungkin, Verna memang harus memberi Tanza kesempatan.
***
Waktu berjalan dengan cepat setelahnya, dan
bulanpun berganti. Verna mengizinkan Tanza tetap menjadi sahabatnya dan mencoba
mempercayai Tanza kembali.
Tanza tidak berubah, selalu menyayangi dan
mendorong Verna untuk meraih kembali semangatnya. Meskipun sekarang waktunya
sudah dekat, Verna mengernnyit dan mau tak mau melirik kalender di dinding,
kurang dari dua minggu lagi, Nadia dan Bayu akan melangsungkan pernikahan…
“Jangan melamun”, Tanza tiba-tiba muncul dan
duduk di sebelah Verna, di kantin kampus itu, “Kenapa?”, kening Tanza berkerut
ketika melihat wajah mendung Verna.
“Nggak”, Verna menggeleng, mencoba tersenyum.
Tapi Tanza tahu apa yang berkecamuk di pikiran Verna,
“Lo mikirin hari itu ya?”
Verna diam dan tak bisa berkata-kata.
“Lo mau datang?”, tanya Tanza hati-hati, “Itu
sebenarnya yang dimaui Nadia, dia ingin lo datang sama gue biar bisa dilihat
Bayu kalo lo udah nemu pasangan baru…. Gue, gue nggak pernah cerita sama Nadia
kalo lo udah tahu semua rencananya, jadi Nadia masih berfikir gue ngedeketin lo
karena permintaannya”
Verna tersenyum berterimakasih pada Tanza, “Terimakasih
Tanza, jangan cerita ke Nadia ya kalau gue udah tau semuanya, gue pingin dengan
lo ada di dekat gue dan gue bisa nerima lo, Nadia bisa tenang di hari-harinya.”
Betapa baiknya lo
Verna, seandainya saja Nadia tahu kebaikan hati Verna ini, mungkinkah dia akan
luluh? Tanza berpikir
sendu. Mungkin tidak, karena Nadia terlalu dipenuhi kebencian dan dendam kepada
Verna. Tanza teringat betapa Nadia harus kerepotan kesana kemari sendirian
mengurus rencana pernikahannya, sedangkan Bayu selalu punya segudang alasan
untuk menghindar. Harusnya Nadia bisa sadar bahwa dia memaksakan pernikahan
ini. Memaksakan tubuh untuk termiliki sedang hatinya sudah hinggap pada
perempuan lain, adalah sebuah dasar pernikahan yang sangat rapuh, dan Tanza
berharap bahwa Nadia sadar sebelum dia menjebak Bayu dan dirinya sendiri ke
dalam ikatan pernikahan tanpa cinta.
“Bayu selalu menghindari Nadia, kemarin Nadia
minta lagi di antar mengurus fotografer untuk pre wedding…”, Tanza bergumam,
sejak pengakuannya itu, Tanza selalu menceritakan apapun kepada Verna, tidak
ada yang dirahasiakannya kepada perempuan itu.
Verna mendesah. Bayu… teringat olehnya wajah
Bayu yang penuh kesedihan kala itu, ketika memohon kepada Verna, agar Verna mau
mengungkapkan semuanya kepada keluarganya dan memperjuangkan cinta mereka.
Semoga Bayu sadar bahwa itu tidak mungkin, semoga Bayu bisa mengerti bahwa
sudah cukup Verna bertindak egois di masa lalu, dan sekarang waktunya bagi
Verna untuk menebus dosanya kepada Nadia. Verna ingin Nadia berbahagia. Dan
semoga saja Bayu bisa menerima kenyataan dan mau membahagiakan Nadia.
“Lo masih cinta sama Bayu?”, Tanza bertanya
hati-hati, memecah keheningan.
Verna menoleh dan tersenyum lembut pada Tanza,
“Lo tau gue udah nggak bisa menumbuhkan
perasaan itu, gue.. gue sedang berusaha menghilangkannya.”
“Dan itu berarti lo belum bisa nerima gue dalam
hati lo”, sambung Tanza pahit.
“Tanza.” Verna mendesah sedih, “Kasih gue waktu
ya… sekarang gue lagi belajar menata perasaan gue, gue.. juga lagi belajar buat mempercayai lo lagi”
Tanza menatap Verna dalam-dalam, lalu tersenyum
lembut,
“Iya Verna, gue ngerti, dan makasih banget, lo
mau coba percaya ama gue lagi.”
***
Sore itu, sepulang dari kampus, Tanza mengajak
Verna ke pameran buku di pusat kota Bandung, mereka asyik memilah-milah buku
dan Verna menemukan beberapa buku kesukaannya. Kegiatan ini sangat menyenangkan
bagi Verna, sebagai pengalihan pikirannya dari hitungan mundur saat pernikahan
Nadia dan Bayu yang semakin dekat, dan Verna sangat berterimakasih pada Tanza
karenanya.
Lelaki itu selalu berusaha sedapat mungkin
membuat Verna bahagia dan melupakan kesedihannya, di suatu malam dia mengajak
Verna menonton konser musik, di malam yang lain dia membawa Verna menjelajah
seluruh kota Bandung dan berwisata kuliner. Tanza selalu berusaha agar Verna
tidak terpuruk dalam kesedihan, dan Tanza berhasil, sedikit banyak, Verna sudah
berhasil tertawa dan bisa meletakkan semua beban di hatinya.
“Habis ini kita mampir ke rumah makan seafood paling enak di dekat sini ya, Jimbaran Resto… lo pasti suka Verna,
ikan bumbu jimbarannya bener-bener enak dengan empat macam sambal spesial”,
Tanza bergumam ketika mereka antri membayar setumpuk buku hasil perburuan
mereka di kasir.
“Ga ada dana.”, Jawab Verna sambil bercanda, “Uang
gue udah habis buat beli buku.”
Tanza tergelak mendengarnya, “Gue kayaknya
harus nraktir lagi neh”, lelaki itu menyipitkan matanya dengan pandangan
dibuat-buat, “Jangan-jangan lo modus ya sobatan ama gue, ngincer traktiran
rupanya”
Kali ini Verna yang tergelak mendengar
perkataan Tanza, kemudian dia menatap Tanza dengan lembut, “Makasih Tanza”
Tanza sudah membayar dan menerima plastik
berisi buku-buku itu, dia lalu menghela Verna ke parkiran dan menjauhi antrian,
“Makasih kenapa?”
“Karena gue sadar, betapa lo berusaha keras
supaya gue nggak memikirkan tanggal pernikahan mereka”, Verna merenung, “Gue
pikir, demi kebaikan Nadya dan Bayu, gue akan datang ama lo ke acara itu dengan
begitu Nadya bisa tenang, dan Bayu juga bisa ngeliat, lalu berpikir kalo gue
udah melupakan dia.”
Tanza menghentikan langkahnya dan menatap Verna
yakin, “Lo yakin lo kuat menghadiri pernikahan itu? Gue sendiri, ga perlu lo
minta, gue akan dampingi lo buat datang, gue akan jaga lo”
Melihat Bayu bersanding dengan perempuan lain?
Melihat Bayu mengikat janji untuk menikahi Nadya? Tidak…. Jauh di dalam
hatinya, Verna tidak akan kuat, tetapi hatinya
sudah hancur dan berdarah-darah selama ini dan satu goresan luka lagi mungkin
masih pantas Verna terima.
“Gue akan menyiapkan hati.”
Seminggu lagi. Verna akan menghadapinya. Lalu
semuanya selesai. Mungkin itu akan menjadi titik paling kuat yang bisa
mendorong Verna untuk melupakan Bayu, melupakan semua tentang mereka, tentang
perasaannya.
***
“Baju itu bagus”, Tanza menatap kagum ketika
Verna mencoba gaun yang akan dipakainya ke pernikahan Nadia dan Bayu nanti.
Gaun itu salah satu gaun Verna yang lama tak pernah dipakainya, warnanya
cokelat madu dengan bunga-bunga kecil berwarna putih di kerah dan lengannya, “Gue
akan pake jas cokelat biar kita serasi.”
Pipi Verna memerah ketika Tanza menatapnya
dengan begitu intens, “Kenapa lo menatap gue kayak begitu?”
“Karena lo cantik”, Tanza membalas tatapan
Verna dengan sayang, “Dan gue kaget ternyata Verna yang gue kenal sebagai
perempuan tomboy bisa juga pakai rok”
Dengan cemberut, Verna melempar bantal sofa ke
arah Tanza, membuat Tanza menangkisnya sambil tergelak.
Lalu Tanza berdiri, dan meraih pundak Verna
supaya berhadap-hadapan dengannya,
“Verna, gue sayang sama lo”, dengan lembut
Tanza menundukkan kepalanya, hendak mengecup Verna sampai di detik terahkir,
sebuah pikiran berkelebat di benaknya. Rasanya tidak pas, mengecup Verna
seperti ini, Tanza lalu mengalihkan bibirnya, dan mengecup dahi Verna lembut, “Gue
harap gue bisa bantu lo biar semakin kuat.” Bisiknya parau.
Verna membalas tatapan Tanza dengan senyum
lembutnya,
“Terimakasih Tanza.”, hatinya terasa hangat
dengan kelembutan dan ketulusan Tanza. Dan kalau ada Tanza mendampinginya,
Verna yakin dirinya pasti akan kuat.
Ponsel Verna tiba-tiba berbunyi. Terus menerus
dan tak mau berhenti seperti meminta perhatian penuh, Verna mengeluarkan ponsel
itu dari tas kecilnya yang tergeletak di sofa dan ketika melihat layarnya, dia
tertegun
-Nadia Calling-
Dengan gugup, setengah takut, Verna menerima telepon itu.
“Halo….?”
Suara Nadia di seberang sana dipenuhi teror dan
ketakutan.
“Verna!! Gue mohon !! datang ke rumah sakit! Gue
mohon, tolong gue! Bayu kecelakaan!, dia
kritis!”
***
Baca Part 2 :
http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/11/verna-dan-hujan-part-2_5.html
Bersambung ke Part 5
mba...tanggung mba..tanggung
BalasHapusdeg2an jadinya
hihihihi lama2 jadi kebiasaanku nih ya selalu mutus pas nanggung heee maapkan akuu semoga bab 5end segera yaa :D
HapusMba shanty...
BalasHapusPliss jangan lama2 part 5 ya.
Besok ya..ya...
Hehe
heheheh semoga yah deaar, semoga mau menunggu :)
Hapus*peluk*
aaaaaa.... keseeeel sm mbak santhy... bsa jantungan krna penasaran....hihihi
BalasHapuswaaaa maafkan akuuu jangan kesel sama akuuu *teriak2 sambil jambak rambut keliling lapangan* hihihihi
HapusWaduh deg deg serr niy nunggu lanjutannya. Hehee
BalasHapus◦"̮◦τнäηκ чöü ◦"̮◦ ya mb santhy sayang, cerpen'y menghibur bgt, mengisi waktu luangku :*
sama-sama Inaaaaa syukurlah cerpennya bisa menghibur yaah *peluk*
Hapussebelumnya aq silent reader tp pas bc kisah verna tak belain bt akun .wow malah jd galau mbak santhy.part 5 segera ya.mksih salam kenal
BalasHapusheee iya nih yaaa, kenapa semua ceritaku membawa kegalauan yaa hiks :D
Hapustapi aku janji akan membuat ujung yang bahagia buat Verna kok dear heeeee
makasih niraaa udah komen di siniii *peluk2 girang*
salam kenal jugaaa :D
waduh mba santhy sya jd deg-degan nih baca ya,kenapa bayu bsa kecelakan trs bgmna kondisi ya sya mau tau nih,,,,,,,
BalasHapusBayu kayaknya kecelakaan mungkin karena banyak pikiran kali yah dear mendekati pernikahannya sama Nadia, curiga dia sengaja tuh *lirik2 bayu dengan tatapan curiga*
HapusWduh tragirg bgt ni,part 5 mana part 5? Huhuh keren mba santhy :*
BalasHapusRenaaaa i miss u heree hehehehe :D
Hapussabar yah part 5 masih di otak mau dituankan di kertas dulu *peyuk*
Huwaaaa....mba santhy knp bgtu c,sllu bkn kentang...
BalasHapusSmg part 5 nya verna ttp ma tanza..jgn smp ma bayu..
Ъќ suka.. >-<
Btw °•♥°τhαnк чöü°♥•° ya mba wat crtnya..seneng dweh buat pengantar tidur.. :)
*peluk cium mba santhy.. :*
deaaar hehehe
Hapuswaaah nggak suka sama Bayu dear hikss padahal kasihan itu Bayu dear :D
sama2 sayang makasih juga yah sudah mau baca plus menikmatinyaa
*peluk* :D
Mba Saannnn.... tolong!!! Jgn begini terus dong... plllliiizzzzzzz... *penasaran tingkat tinggi*
BalasHapusnhofiel maafkan akuuu heeeeee
Hapusbab 5 nya tamat kook :D semoga nanti rasa penasarannya terobati yah
tapi bab 5 baru dikerjain hee *peluk*
Ah...kepo badai nih,bab 5 mba sayang...
BalasHapusheeeeee semoga mau nunggu yah dear, bab 5 baru dipindah dr otak ke kertas nih :D
Hapushiksss,,,, hiksss
BalasHapuskasihan verna, kasihan bayu,,,,
jadi mau meluk mba santhy,,,
hihihhi apa hubungannya yah?
hehehehe
#eeehhh
Hapuskenapa yg dipeluk bukan Verna atau Bayu tapi malah akuu? hihihihi *kedip2 genit
part 5 nya jng lama2 ya mbak
BalasHapus....penasaran banget........verna yg tabah y
hiks...hiks...
eniiik sabar yaaah semoga mau menunggu, part endingnya akan kukerjakan sebaik2nya biar semua pembaca puas hehe *happy ending* yayyyy :D
Hapussalam knal mba~
BalasHapusiam vieta.
udh 2blm ngikutin cerita2 nya mba santhy. .
sejak baca arsas udh lngsng fall in love sma tulisan mba santhy. .
stlah lama jdi silent reader akhirnya bs comment jg d blog ini. .
pengn bgt bsa ngbrol sama mba santhy kyk tmen2 yg lain..
pngn nya ih comment pnjang. . tp malu sama reader yg lain. .
pkok ny mba santhy make me spechless..
miss u mba santhy.
salam kenal juga dear :)
Hapuswaaaaah makasih banyak dear suka sama ceritaku hehehe
kalau mau ngobrol bisa kapan aja kok dear asal aku online pasti langsung dibales :)
kalo belum dibales berarti aku belum online dear huhuhuhu :D
atau kalau mau ngobrol yang panjang, bisa email ke demondevile@gmail.com
anak2 juga banyak yg saling email, cerita kehidupan, curhat, kadang becanda2 aja aku seneng kok :)
hehehehe *peluk Vieta erat2*
mbak bagus2 ya bikin ceritanya, akhirnya yg lama kutunggu...tks mbak
BalasHapuskalau kata yang lain.. cerita bikinanku kelam yah yg di blog ini hihihihi
Hapussemoga Verna dan Hujan bisa menceriakan ;)
Mba Shanty, bab 5 nya dunk..penasaran tingkat dewa..;-):-);-)
BalasHapusTp tetap sm Bayu kan??? Hiks, verna kan cintanya sm Bayu, bkn sm Tanza, trus si Bayu jg cintanya sm Verna, bkn Nadia. Pokoknya, happy ending ya mba Shan..*peluk erat mba Shanty*
heeee christinee suka verna sama Bayu yah
Hapusiya juga yah, bisakah mereka bersatu?
aku akan membuat part bab 5 sebaik2nya supaya endingnya bisa memuaskan all readers yah *peluk*
smga ada yg di buat FTV cerpen nya :D
BalasHapushmmmm aku langsung berkhayal membayangkan siapa cast-nya :)
Hapusweh~~~
BalasHapuspadahal Verna lagi menumbuhkan cintainya pada Tanza,
eh malah dapat telp dari Nadya,,,
ahhhhh~~~
hehehehe itulah perasaan Verna jd bingung lagi nih ya :D
HapusWaaa.. Αќϋ pendatang baru nih ϑäђ lgsg jatuh cinta sama cerita2nya ℳᵦ' shanty.. Gak sabar nunggu endingnya
BalasHapushalo sayaaang :) selamat datang di blog ini yaaah makasih yah udah mau mampir
Hapusheheheeh part 5 sedang dikerjakan, semoga bisa cepat diposting yaah heee *peluk*
hmm saya baru 3 hari baca tulisan mbak Santhy, tapi langsung jatuh cinta..
BalasHapusTulisannya mengalir seperti air dan selalu sampai pada ujungnya dengan sempurna,terus berkarya mbak Santhy..
O ya, ditunggu ending dari Vernanya ya mbak..
Salam :)
Nb: kalau bs jgn dikasi tau dulu donk mbak endingnya happy atau tragic.. biar bisa deg2an gt.. hehehehe
makasih dear Novi
Hapushehehehe aku lagi berusaha menyelesaikan bab 5 nya nih supaya hasilnya menyenangkan semuanya :)
yang pasti sih happy ending dimana semua tokoh bisa berahkir bahagia, tentunya ada yg mengalah, ada yang patah hati, tetapi mereka menerimanya dengan dewasa dan ketulusan nggak ada dendam lagi :) *spoiler* hihihhi
wahhh mbak,,,,gantung ne,,,,selama aku baca gak pernah komentar ehhh pas bersambung,,penasaran luar biasa,,,,,hihihihiii tapi bagus kok mbak cerita nya...di tunggu lo mbak,,,,hihihihiii
BalasHapusheeeee salam kenal Siscaaaa makasih udah mampir ke blog ini yaah *peluk*
Hapusheeee lagi dikerjakan iniii doain sukses #eeehh semoga besok udah bisa diposting yah dear :D
kok malah pnya firasat bayu nya bkalan RIP ya.
BalasHapus*curiga
hueeeeee nanti jadi galau hehehe
Hapuseh draft awalnya malahan Verna yg bakal RIP lho tapi setelah dibaca ulang kok terlalu menyedihkan ahkirnya kisahnya diformat ulang ;)
Salam kenal mba Santhy...salut atas bakat mbak menuangkan kata2...kapan lanjutannya keluar ini?penasaran akan berakhir dengan siapa verna...smg ama tanza.
BalasHapussalam kenal astrid :) bab lima kmrin masih di otak, sekarang udah di draft lagi diolah menjadi kisah yang indah untuk dibaca :)
Hapusmba bab 5 nya mana nih ?udah ga sabar bngeeett !!aduuh galau tingkat dewa nih mba ga sbar pngen baca klanjutanya hhe
BalasHapussemoga besok bisa jadi temen malam mingguan yah dear :) bab limanya hehehehe
HapusMbak... jngan bkin cerita'y sad ending y.... prediaan tissue drumah agi abissss... tiyum sayank wat mbak santy... mmmmuah hehe
BalasHapusterima ciumannya sambil tersipu malu heee
Hapusiyaaaa happy ending, semua tokohnya akan berbahagia, semoga :)
semoga besok bisa jd temen malam mingguan yah bab 5 nya :)
Mba Santhy emg paliiing bisaaaa bkin crta yg menggalaukan pmbcany,,xixixi..
BalasHapusTp keyeennnn Vie sk bgtz,,btw d yg mw Vie tny di atas td d kt2 :
"Tetapi Bayu memutuskan untuk menembus hujan ke arah parkiran mobil, dia ingin bertemu Verna. Entah kenapa. Mungkin untuk menebus rasa bersalah yang menggayutinya ketika dia melakukan pengkhianatan tadi, memilihkan catering untuk pernikahan Nadia dan Bayu."
Sma yg “Gue nggak tahu Bayu, semua ini terlalu memusingkan…”
Mba slh ktik or Vie yg g phm jln crtany yh Mba??soalny stau Vie dy lg ngbrol sm Tanza,Bayu lumz nongol2 di Part4 nih pan yh Mba?? *garuk2 kepala*
Bkn mncerca Mba,,tp Vie cm mw tny ajja,,mohon pncrahanny yah Mbaaa Saannn.. ;D
Maaf klo Vie slah n lancang yh Mba Santhy,, *nunduk*
Vieeeeee terimakasih atas koreksiannya yaaah hehehehe emang aku sering banget ketuker antara Tanza sama Bayu hihihi, ternyata masih ada yang salah ketik... barusan udah aku koreksi ya sayaang
Hapusminta bantuannya kalo ada yang salah lagi yaaa heeee
*peluk sayang* :D
Mbak santhy..:D
BalasHapusVerna dan Hujan Bab 5 na kpan d post?:D
Pnasaran ni mbak..
heeeee udah dipost sekarang dear ;) enjoy yah dear :D
BalasHapusmba san..tokoh vernanya sengsara amat ih...#ngedumel smbil berlinang air mata
BalasHapusmksh mba san :*