Jumat, 01 Maret 2013

You've Got Me From Hello Part 4


 
“Keenan?”

“Ya ini aku.” Keenan terkekeh, apa yang kau lakukan di sini?”

“Aku mengantar temanku.” Sani mendongakkan kepalanya, mencoba mencari tetapi Kesha sepertinya sudah ditelan keramaian jauh di depannya, “Dan sepertinya dia sudah hilang.” Gumam Sani, mendesah kesal.

 
 
 
 
 
Keenan tertawa, “Begitulah kalau kau berjalan di baazar tahunan, keadaannya selalu seperti ini setiap tahun, selalu ramai.”

Sani masih menatap ke arah kepergian Kesha, berharap bahwa sahabat sekaligus editornya itu akhirnya menyadari bahwa mereka terpisah dan kemudian kembali untuk mencarinya.

“Kau sendiri apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya kepada Keenan kemudian ketika menyadari bahwa laki-laki itu tidak berniat untuk pergi.

“Aku?” Keenan tertawa. Lelaki ini benar-benar ceria dan banyak tertawa, jauh berbeda denga Azka, gumam Sani dalam hati, “Aku lelaki bebas, kudengar di sini ada keramaian jadi aku datang untuk melihat, itu saja.”

“Sani!” itu teriakan Kesha, perempuan itu akhirnya menyadari bahwa dia terpisah jauh dari Sani, dia sedang berjuang menembus keramaian untuk menghampiri Sani yang sudah menepi bersama Keenan didekat stan sepatu.

Akhirnya Kesha berhasil mendekatinya, napasnya terengah-engah, “Fyuh ramai sekali di sana, kita bahkan tidak bisa menawar dengan nyaman....” lalu Kesha tertegun menyadari lelaki luar biasa tampan yang sedang berdiri bersama Sani, mulutnya bahkan ternganga.

“Hai.” Keenan tersenyum ramah, sepertinya lelaki itu sudah biasa dipandang dengan tatapan kagum oleh para perempua, “Aku Keenan, aku kenalan Sani.” Gumamnya mengulurkan tangannya.

Kesha membalas uluran tangan itu seolah terhipnotis, matanya menatap terpesona pada Keenan.

Keenan hanya melemparkan tatapan geli kepada Sani, lalu melangkah menjauh, “Sepertinya kau sudah menemukan temanmu.” Ditepuknya pundak Sani dengan akrab, “Lain kali hati-hati ya.” Gumamna lalu melambaikan tangan dan melangkah pergi.

Mata Kesha bahkan terpaku sampai Keenan menghilang dari pandangan matanya.

“Wow...” dia menatap terpesona, lalu menoleh kepada Sani dengan pandangan menuduh, “Katakan padaku dimana kau menemukan lelaki setampan itu, dia bilang dia kenalanmu bukan?”

Sani terkekeh melihat betapa tertariknya Kesha kepada Keenan, “Dia saudara kembar pemilik cafe yang kuceritakan kepadamu.”

“Setampan itu dan ada dua orang?” Kesha terperangah, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, “Hebat Sani, aku sudha bertahun-tahun di kota ini, belum pernah beruntung menemukan lelaki dengan penampilan fisik dan senyuman sesempurna itu, dan kau baru beberapa waktu disni, kau sudah berkenalan dengan dua.”

Sani tertawa tergelak, “Ah kau melebih-lebihkan.” Dia menatap cemas ke sekeliling yang mulai ramai, “Kita pulang saja yuk, aku lelah.”

Untunglah Kali ini Kesha tidak menolak.

***

“Aku bertemu dengan gadis itu.” Keenan baru saja datang berkunjung ke Garden Cafe, dan Azka menemuinya di apartementnya. Lelaki itu langsung waspada ketika Keenan menyebut tentang ‘gadis itu’.

Dan benar saja, Keenan langsung melemparkan pertanyaan yang sama sekali tidak disukai oleh Azka.

“Apakah dia alasan kau tidak pernah pulang ke rumahmu lagi dan selalu menginap di sini?”

Azka memasang wajah keras, “Apa maksudmu?”

“Yah. Kau bertingkah di luar kebiasaanmu, para pelayanmu di rumah bilang kalau kau tidak pernah tidur di sana dan selalu tidur di cafe ini. Dan kau juga menyapa gadis itu.” Keenan mengangkat bahu ketika Azka melemparkan tatapan tajam kepadanya, “Aku tahu info itu dari gadis itu ketika aku bertabrakan dengannya, katanya kau menyapanya ketika dia duduk di cafe itu, dia bilang mungkin itu budaya cafe ini, sang pemilik menyapa ramah pelanggannya.” Lirikan Keenan berubah penuh arti, “Tetapi kita tahu bahwa itu tidak benar bukan? Kau selalu menghindari semua pengunjung cafe dan hotelmu seperti mereka adalah hama, kau selalu bersembunyi di balik sosok pemilik perusahaan yang misterius, kau tidak pernah menyapa pelanggan sebelumnya, gadis itu adalah satu-satunya pelanggan yang kau sapa.”

“Bisakah kau bicara langsung saja dan tidak berputar-putar dengan analisa konyolmu?” Azka menyela dengan ketus, membuat Keenan terkekeh,

“Yah, kesimpulannya, kau tertarik kepada gadis itu, kepada Sani.” Keenan menatap Azka dengan waspada, “Begitu juga aku.”

Kemarahan langsung merayapi mata Azka, membakarnya, “Jangan Keenan.”

“Mau bagaimana lagi? Kita sepertinya selalu dianugerahi kutukan perasaan yang sama terhadap perempuan. Bagaimana kalau kita lakukan permainan seperti masa remaja kita dulu? Permainan ‘dia pilih kamu atau aku?’, sepertinya itu akan menyenangkan.” Gumam Keenan setengah tertawa.

Tanpa diduganya Azka bergerak secepat kilat, meraih kerah baju Keenan dan mendorongnya ke tembok dengan mengancam.

“Ini bukan permainan, Keenan dan aku serius, Kalau kau hendak main-main dengan Sani, kau harus menghadapiku dulu.”

Keenan membiarkan dirinya ditekan oleh Azka di tembok, dia menatap Azka dengan penuh perhitungan,

“Apa kau lupa Azka? Kau sudah punya Celia.”

“Itu tidak menghalangiku untuk memiliki Sani.” Sahut Azka keras.

Hal itu membuat Keenan tertawa terbahak-bahak, tidak peduli akan tatapan marah Azka,

“Tidak menghalangmu katamu?” Keenan melepaskan tangan Azka yang mencengkeram kerah bajunya dan melangkah menjauh, dia masih tertawa, “Tentu saja itu sangat menghalangi, kau punya tunangan dan kau akan menikah, atas pilihanmu sendiri karena rasa bertanggungjawabmu yang bodoh itu! Jadi kau tidak bisa menawarkan hubungan apapun, apapun! Kepada Sani.” Keenan menatap Azka dengan menantang, “Tetapi aku beda, aku lelaki bebas.”

“Jangan menantangku, Keenan. Kau tahu bukan apa yang akan aku lakukan kalau aku marah.”

“Aku tahu.” Keenan melirik waspada ke arah Azka, tetapi dia memutuskan untuk tidak mundur, “Tetapi Sani layak dicoba untuk diperjuangkan.” Keenan melangkah keluar dari apartement Azka, ketika sampai di tengah pintu, Keenan menoleh lagi dan tersenyum manis, “Sepertinya perang akan dimulai, kakak.”

Azka tertegun, menatap kepergian Keenan. Diacaknya rmabutnya frustrasi. Apa yang ditakutannya terjadi lagi, mereka bersaing untuk seorang perempuan.

Seakan beban masalahnya belum cukup berat saja....

***

Malam itu Sani pulang terlambat, dia membahas tentang novelnya di rumah Kesha dan mereka lupa waktu. Kesha menyuruhnya menginap saja, tetapi Sani memutuskan bahwa dia harus pulang. Tidur di kamarnya sendiri saja dia kesulitan, apalagi harus tidur di rumah orang. Bagaimanapun juga Sani merasa lebih nyaman beristirahat di tempatnya sendiri.

Ketika berjalan turun dari taxi dan hendak memasuki pintu putar menuju lobby apartemennya, Sani melirik ke arah Garden Cafe itu di seberang jalan, sudah dua hari dia tidak kesana. Apa kabarnya  Azka? Pikiran itu terus mengganggunya sepanjang hari ini. Otaknya selalu dipenuhi bayangan lelaki itu yang begitu tampan dan tampak begitu dewasa.

“Sani?”

Sani terperanjat kaget mendengar namanya disebut, dia langsung menoleh dengan waspada, wajahnya pucat pasi ketika menemukan Jeremy ada di sana. Lelaki itu tampak berantakan dan sedikit tidak fokus.

“Aku menunggumu lama sekali di sini, kau kemana saja?” nada suara Jeremy meninggi seolah tidak bisa mengontrol emosinya. Dan ketika Jeremy melangkah sedikit mendekatinya, dia langsung bisa menciumnya, aroma alkohol yang pekat dan memuakkan, seolah lelaki itu menghabiskan malamnya dengan meminum alkohol murahan yang menguarkan bau khas.

Sani langsung merasakan jantungnya berdegup kencang, Jeremy sedang mabuk. Dan sepertinya dia mabuk berat. Bahkan dalam keadaan sadarpun, Sanitahu bahwa Jeremy sering kaii tidak bisa mengendalikan emosinya, apalagi dalam keadaan mabuk.

Mata Sani berkeliling waspada, memandang semua orang. Adakah yang bisa menolongnya di sini? Dia mulai panik ketika menyadari bahwa suasana sekeliling sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa pedagang rokok dengan lampu remang, itupun jauh di sudut sana, Sani tidak yakin kalau dia berteriak pedagang itu akan mendengarnya.

Mata Sani melirik ke  Garden Cafe di seberang jalan. Cafe itu buka tentu saja, meskipun sudah jam dua malam, tetap penuh pengunjung. Tetapi sayangnya para pengunjung itu berada di dalam, sedang dihibur oleh aliran musik slow yang menenangkan hati di sana.

Tidak ada yang bisa menolong Sani kalau Jeremy lepas kendali....

“Kenapa kau kemari lagi, Jeremy.” Tanya Sani hati-hati, berusaha mundur dan tetap menjaga jarak, meskipun lelaki itu terus mencoba mendekatinya.

“Kenapa?’ Jeremy tertawa, “Karena kau bodoh dan pendendam.” Suaranya meninggi lagi, “Kau membesar-besarkan masalah seolah-olah aku melakukan kesalahan yang sangat besar, kau menolak memaafkanku dan mengusirku seolah aku ini sampah.” Jeremy tersenyum sinis, “Mungkin jangan-jangan kau dulu tidak mencintaiku, karena kalau orang yang mencintaiku, tidak akan mungkin dia tidak bisa memaafkanku.”

Oh Astaga, lelaki ini sungguh tidak tahu malu. Membesar-besarkan masalah katanya? Perempuan mana di dunia ini yang bisa memaafkan kelakuan seperti itu dari tunangannya, di saat perkawinan mereka tinggal menghitung bulan?

“Aku rasa lebih baik kau enyah dari kehidupanku Jeremy, aku sudah sangat muak kepadamu, dan aku tidak mungkin mau kembali kepadamu.” Sani terpancing emosi sehingga nada penuh kebencian menguar dari suaranya.

Hal itu memancing Jeremy, tatapan lelaki itu membara, dipenuhi oleh alkohol yang diminumnya, dia tiba-tiba saya sudah melompat dan mencengkeram kedua lengan Sani dengan kasar hingga terasa menyakitkan.

“Tidak mau kembali kepadaku?” Jeremy terkekeh, suaranya menakutkan dan aroma alkohol kembali menguar dari sana, membuat Sani ketakutan dan berusaha meronta dengan panik, tetapi lelaki itu sangat kuat dan semakin Sani meronta, semakin kuat Jeremy mencengkeramnya, hingga terasa sakit.

“Sakit! Jeremy, kau menyakitiku!” Sani mencoba meronta, mulai menjerit.

Tiba-tiba tubuh Jeremy tertarik dengan kasar ke belakang sehingga hampir terjengkang, lengan yang menarik Jeremy itu lalu mendorong Jeremy dengan kasar hingga jatuh terbanting di trotoar.

Sani langsung mengenali penyelamatnya, itu Azka. Lelaki itu mengenakan pakaian hitam-hitam sehingga bahkan Sani tidak menyadari kapan lelaki itu datang dan mendekat. Tetapi bagaimanapun juga, dia mensyukuri kehadiran Azka di saat yang tepat untuk menyelamatkannya.

“Kau lagi.” Meskipun mabuk, Jeremy rupanya mengenali Azka dari insiden siang itu. “Sebenarnya kau ini siapa? Kenapa selalu mengganggu urusanku dengan tunanganku?” Jeremy bangkit dari duduknya dan berdiri dengan posisi waspada, siap menyerang.

“Mantan tunangan.” Azka bergumam tenang, tubuhnya lebih tinggi dan lebih kuat daripada Jeremy, dan dia memegang sabuk hitam dalam ilmu bela diri, menghadapi Jeremy akan sangat mudah baginya. “Sebaiknya kau menyingkir dari sini dan tidak mengganggu Sani lagi, kalau tidak kau akan menghadapiku.”

Jeremy membelalakkan matanya marah, sejenak tampak berpikir untuk menyerang Azka. Tetapi kemdian dia memilih mundur ketika melihat nyala membunuh di maat Azka. Dia akan kalah kalau menghadapi lelaki ini, entah kenapa dia tahu.

Dengan lirikan sinis, dipandangnya Sani, “Ternyata kau begitu mudah melupakanku, baru beberapa lama kita berpisah dan kau sudah menemukan lelaki baru. Mungkin kau tidak sesuci apa yang kau tampilkan selama ini.” Setelah melemparkan tatapan merendahkan, Jeremy melangkah setengah terhuyung-huyung ke arah mobilnya.

Azka memastikan Jeremy memasuki mobilnya dan pergi sebelum menyentuh pundak Sani hati-hati. Sani tampak tegang dan ketakutan meskipun perempuan itu berusaha tegar,

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya lembut.

Sani baru merasakan seluruh tubuhnya gemetar ketika semua sudah berakhir, dia menatap Azka tak berdaya, “Aku tidak apa-apa.” Jawabnya serak, tetapi kakinya tiba-tiba lemas sehingga Azka harus menopangnya,

Lelaki itu merangkulnya dengan lembut tapi sopan.

“Ayo kuantar kau ke atas.” Gumamnya tenang, menghela Sani memasuki loby apartement itu dan melangkah ke dalam lift.

Di depan pintu kamarnya, barulah Sani menyadari kesalahannya. Dia tidak mungkin membiarkan Azka memasuki apartemennya, sekali lagi dia hampir bisa dikatakan tidak mengenal Azka dengan baik. Lelaki ini bisa saja psikopat yang mengincar perempuan-perempuan yang tinggal sendirian bukan?

“Aku.. eh, terimakasih..” Sani bersandar pada pintu, berusaha bersikap sopan dan melepaskan diri dari pegangan Azka di pinggangnya.

Azka mengangkat alis melihatnya, “Kau lemas dan gemetar.’ Gumamnya tenang, “Aku akan mengantarmu masuk.”

“Tidak!” Sani hampir berteriak dan merasa malu ketika Azka menatapnya seolah dia sedang kerasukan, “Aku.. aku bisa masuk sendiri, terimakasih.”

Dia mencari-cari kartu kunci pintunya di dalam tas, tetapi tidak bisa menemukannya. Dengan panik dia mengaduk-aduk tasnya. Dan tetap tidak menemukannya.

Azka masih menunggu di situ, menatap kepanikannya dengan tenang dan tanpa kata-kata.

Lama kemudian Sani mencari dan kemudian dia mengangkat kepalanya dengan panik, “Kuncinya tidak ada.” Gumamnya lemah dan ingin menangis, “Mungkin.. mungkin ketinggalan di rumah temanku...” airmata mulai membuat matanya terasa panas. Sebenarnya ini bukan masalah yang pelik, Sani tinggal menghubungi keamanan atau resepsionis di bawah untuk meminta kartu cadangan dan dia akan bisa membuka pintunya.

Sani hanya perlu alasan untuk menangis, perlakukan kasar dan merendahkan Jeremy kepadanya tadi sangat melukai hatinya, dan meskipun di depan dia berusaha tampil tegar, dia masih merasakan luka dan perih itu.

Tanpa kata, Azka meraih kepalanya dan meletakkannya di dadanya,

“Shh.... menangislah.” Bisiknya lembut dan seketika itu juga benteng pertahanan diri Sani bobol. Dia menangis sekuatnya, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, menumpahkan kepedihannya, menumpahkan kemarahan dan kebenciannya kepada semua hal yang terjadi antara dirinya dan Jeremy, dia menumpahkan semuanya di dada Azka, lelaki yang bahkan baru dikenalnya beberapa waktu lalu.

Dengan tenang Azka mengusap rambutnya, setelah merasa Sani sedikit tenang, dia menjauhkan pundak Sani dari padanya dan berbisik lembut,

“Sini tasmu, sepertinya kau terlalu panik ketika mencarinya tadi.”

Dengan patuh Sani menyerahkan tasnya, Azka mencarinya dengan hati-hati, dan dalam sekejap dia menemukan kartu kunci itu, terselip di bagian paling bawah tasnya.

Azka menggenggamkan kartu kunci ke dalam jemari Sani, dan tersenyum lembut,

“Masuklah dan beristirahatlah.” Bisiknya pelan.

Sani mengusap air matanya dan menatap Azka dengan sendu.

“Terimakasih.” Bisiknya serak.

Tanpa diduga, Azka menarik Sani kembali ke pelukannya, lalu mengecup dahinya lembut, “Sama-sama.” Lalu lelaki itu membalikkan tubuhnya, meninggalkan Sani tanpa kata.
 
BERSAMBUNG KE PART 5

29 komentar:

  1. Ni kn part 5 mbak tlisanny..x_x
    Brarti kn mstiny part 4 yg ilang..:d

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi td salah tulis judul, sudah dikoreksi kok deaar :p

      Hapus
  2. lam kenal mbak san....makasih dah di post,ditunggu part selanjutnya...

    BalasHapus
  3. mba snthy mkasih ya.... dpet 2part lg... mkin pnasaran

    BalasHapus
  4. wah mbak santhy baik banget.. malam ini dikasih 2 part. besok juga ya mbak.. hehe, ngarep banget..

    BalasHapus
  5. mba santhy,ah bnran segi bnyk ni.

    BalasHapus
  6. diakhiri dngn maniez, ayo azka putusin aja celia. Kok bisa2x sih cewek kyk celia d sukai azka? Hm,, thank u mbak santhy *lope*

    BalasHapus
  7. Makasiih mba dg bonusnya langsung 2 part, mantap deh.......kayaknya azka the man in the right place ya mba........

    BalasHapus
  8. Whöa dpt 2 part nie, Thanks ya Mb Santhy *peyuk & cium*

    BalasHapus
  9. nahlohhh koq saia melihat sosok lucas klo azka lagi marah kkkkkk... thanks tetehhhh... makin seruuuu

    BalasHapus
  10. Terima kasih banyak mb santhy
    Manis banget si azka ini
    Hihihihi

    BalasHapus
  11. Azkaaaaa...
    Eh udh mulai nakal :p
    Cium2 kening Sani.. Xixixi

    Udah Azka sma Sani ajh.. Jgn smp di rebut Keenan!Aplagi Celia pura2 lumpuh.. Huh..
    Thanks mba San.. ;)
    *peluk*

    BalasHapus
  12. wauuu gak bisa comentar
    pokoknya ceritanya bagus banget

    mbak,kpn di upload ceritanya "Menghitung Hujan" ? hehehheheh

    BalasHapus
  13. Pasti keenan sengaja tertarik sama sani biar azka mau berjuang untuk kebahagiaannya...

    BalasHapus
  14. keenan jgn ganggu azka dehh sani udh milih azka ituu..
    cari yg lain aja.. msa samaan sih seleranya ckck

    BalasHapus
  15. hmmm,,,Azka-Keenan-Sani-Jeremy-Celia,,,
    Sapa lagi yang mw ikut dlm kisah cinta segi banyak nie???? #angkat tangan,,,

    Mbak Santh,,makasiih,,,

    BalasHapus
  16. Wah, mbak santhy baek bangett.. dikasi' 2 part... Horeee..
    Thank you...

    Kehabisan kata bwat muji mbak santhy..
    Azka.. so sweet...
    Keenan.. kerennn.

    Mbak santhy,, semangattt..
    ..Luv U full.. mbak..

    ditunggu kelanjutannya..

    BalasHapus
  17. Oh Azka .. Azka ... Aku jd termehek-mehek MA Azka hiihihihiii ngakak dech bayangin klo YG jd Sani itu aku hahahaha gubbrraakkkkk :D LOL abiz ...

    Makasih sist Shanty ... Luph yuuuu :)

    BalasHapus
  18. Suka.. suka.. suka.. ama azka.. ayooo azka.. cepat nyatakan perasaanmu ama sani.. jgn kalah ama keenan.. hehhe... makasih mba san.. bsk ksh bonusnys lg ya.. ^^

    BalasHapus
  19. hua mbak santhy ini benar-benar so sweet bgt berasa jadi sani


    di tunggu next part mbak

    BalasHapus
  20. aaakkkk.... Azkaaa... Azkaaaa.. I Luph U Full
    Mba Santhy,, Vie pesen 1 dundz delivery malam ni bs g?? #stress
    mksh Mba Santhy...

    BalasHapus
  21. Mba.. covernya keren... ini bikin sendiri apa gimna mba?

    BalasHapus
  22. mbaaaaaaaaaaaaaaakkkk shanty yaampuuunn crtanya bner2 WOW !!!aku lbih trtarik ama keenan lucu jdd ngbyangin adipati dolken yang mraninnya hihihihi
    oh my ... azka orang nya lembut yah hm bkin ngiri nih sani ... wktu baca part 3 kayanya celia ga lumpuh ya mba ???
    well mksih mba ttap smangat yahh !!!

    BalasHapus
  23. si keenan mancing azka nih kayaknya...
    makasih mbak shanthy

    BalasHapus
  24. Wow Azka romantic bangetz,,,???
    Mau doong punya pacar kayak Azka

    makasih mba Shanty ceritay keren,,,
    Lanjuuuuut,,

    BalasHapus
  25. Si centil celia bohong kalo di lumpuh ya ?
    Hu dasar nek lampir 2013 ;>

    BalasHapus
  26. Si centil celia bohong kalo di lumpuh ya ?
    Hu dasar nek lampir 2013 ;>

    BalasHapus
  27. Ow ow ow...gerak cepat nih azka..
    Yg lamaan dikit dong peluknya!

    BalasHapus
  28. ayo azka,,,sorak pke *toa*
    mba santhy thanks,,,,,

    BalasHapus