Kamis, 27 Desember 2012

Seandainya aku tahu

 

Aku sangat mencintai isteriku, dengan caraku sendiri. Mungkin semua orang yang melihatku hanya akan menyimpulkan bahwa aku adalah lelaki pendiam yang kaku. Tetapi mereka pasti tak akan menyangka betapa dalamnya cintaku kepada isteriku, begitu pula sebaliknya. Kami pasangan bahagia, saling mencintai, sampai nanti.
 




Isteriku. Dia perempuan yang cantik dan baik hati. Menerimaku apa adanya, dan merawat kedua anak kami yang lucu-lucu dengan sepenuh hatinya. Terkadang aku begitu tersentuh ketika aku pulang dari pekerjaanku di malam hari, dia sudah menunggu dengan secangkir teh hangat dan pelukannya yang tak kalah hangatnya, membuatku lupa akan keletihanku bekerja seharian. Ah, berapa berharganya dia untukku.
 
Pekerjaanku sebagai staff di sebuah retail Supermarket terbesar di Jawa membuatku mengorbankan banyak waktu pribadiku demi pekerjaan. Tetapi aku bersemangat melakukannya. Demi isteriku, demi keluargaku. Aku pikir aku harus bekerja keras sekarang, mumpung aku masih muda, supaya nanti di masa tua kami sekeluarga bisa hidup tenang dan berkecukupan, tak perlu membanting tulang lagi untuk hidup. Setiap aku kelelahan bekerja, kubayangkan wajah isteriku, kubayangkan masa depan kami ketika kami mapan dan berkecukupan. Dimana kami berdua nanti bisa punya banyak waktu bersama-sama.
 
Malam itu aku pulang jam sebelas malam, Supermarket sangat ramai tadi menjelang tutup tahun, sehingga semua karyawan harus siap lembur sampai tutup toko. Kubuka pintu rumah, ruangan sudah gelap. anak-anak pasti sudah tidur, tiba-tiba batinku terenyuh membayangkan wajah si bungsu yang baru berumur 2 tahun, betapa jarang aku menggendongnya karena kesibukanku. Si sulungpun tak ada bedanya, kami menjadi tidak akrab, karena pagi hari aku sudah berangkat sebelum dia bangun dan ketika aku pulang dia sudah tidur. Kebersamaan kami hanyalah di hari minggu yang singkat, bahkan kadang aku harus mengorbankan hari mingguku untuk masuk kerja kalau ada keadaan darurat.
 
Kutemukan isteriku tertidur di ruang tamu, menungguku. Kudekati dia dan kutatap wajah damainya dalam tidur, lalu kukecup keningnya lembut. Ah, Ya Allah. Aku mencintainya dan terus menerus  merindukannya, pekerjaan ini telah sedemikian menyita waktuku hingga kadang-kadang aku merindukan saat-saat bersamanya, mencurahkan kasih dan cintaku kepadanya sebebas-bebasnya seperti waktu dulu. Tetapi kutegarkan hatiku. Ini semua demi mereka, keluargaku. Demi kebahagiaan mereka di masa depan.
 
Aku bekerja keras sekarang demi kemudahan di masa depan nanti. Tidak apa-apa sekarang aku kehilangan saat-saat bersamaku dengan keluargaku, nanti pasti bisa kutebus kalau karirku sudah meningkat dan kami sudah lebih mapan. Bukankah orang selalu bilang kita lebih baik bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian?
 
***
 
Telepon di ruanganku berbunyi, dan aku mengangkatnya, suara kakak iparku terdengar di seberang.
 
"Bisa izin dari tempat kerja? Anita kecelakaan di jalan....."
 
***
 
Aku terpekur menatap jenazah yang dibaringkan di ruang tamu itu. Dadaku terasa kosong dan hampa. Bahkan air mataku sudah tak bisa keluar lagi karena kesedihanku sudah mencapai puncaknya, tak tertahankan.
 
Isterikulah yang terbaring tak bernyawa di sana. Sebuah mobil menyerempetnya ketika dia hendak menjemput anakku dari SD-nya. Aku bahkan tidak sempat menemani isteriku disaat-saat terahkirnya, karena isteriku menghembuskan napas terahkirnya di rumah sakit, ketika aku sedang berjuang menembus kemacetan jalanan dari tempat kerjaku.
 
Lalu tiba-tiba air mataku menetes, air mata pertama sejak tragedi ini menimpaku. Dan kemudian seperti bendungan yang bocor, air mata itu mengalir tanpa henti, membuat aku sampai membungkuk, berlutut di depan jenazahnya dengan isak keras tak tertahankan. Ya Allah, Ya Allah, hamba tidak kuat Ya Allah.... sedu sedanku menyayat perih, seperih luka hatiku yang berdarah sedih.
 
Seandainya aku tahu waktuku bersama isteriku begitu pendek, akan kucurahkan seluruh kasih sayangku untuknya. Akan kuberikan semua waktuku untuk memujanya, membuatnya bahagia, membuatnya menyadari bahwa dia begitu dicintai. Seandainya saja aku tahu bahwa hari esokku bersama isteriku tak lagi datang, tak akan kusia-siakan waktuku untuk semua pekerjaan dan rencana-rencana masa depan kami yang sekarang tak mungkin terwujud lagi. Tetapi penyesalan memang selalu datang terlambat, dan manusia seperti aku hanya bisa berandai-andai.
 
Ya Allah... Seandainya saja aku tahu....
 
End
 
*Cintailah kekasihmu, seolah-olah dia akan mati besok pagi. Setidaknya ketika  ternyata kau benar-benar kehilangannya, kau tak akan dipenuhi penyesalan dan berandai-andai.
 
 

27 komentar:

  1. huuaaaa.....hikss..hiksss...
    mbak san..minta tissu..*maaf saia ga modal..T_T...
    sediihhh.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi *langsung kasih tissue satu gulung plus bon tagihan pembelian* hehehe

      Hapus
  2. sukses bikin nangis hiks..hiks..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe iya yah tadi terinspirasi lagunya ronan keating, if tomorrow never comes :D

      Hapus
  3. Sedih mbak.. Emg seharusnya begitu mbak..:')

    BalasHapus
    Balasan
    1. mendyyyy ;)
      iyaaa mungkin kita harus menghargai setiap detik2 yang bisa kita lewatkan bersama orang yang kita cintai yah ;)

      Hapus
  4. cakep mba Santhy,,,
    Suka bangetz,,

    Intiny macam hadist Nabi,,,#aq lupa isiny,,,,

    BalasHapus
  5. wahh nyesek bgd bacanya..:(
    seharusnya bahagia malah jd berduka. pdhal niatnya baik..huft:'((

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa sebenarnya niatnya sang suami baik, demi kebahagiaan keluarganya di masa depan.
      Tetapi kadangkala kita sibuk mencari yang terbaik sehingga lupa bahwa yang terbaik itu sudah kita miliki :)
      *peluk sayang*

      Hapus
  6. sebelum penyesalan datang mari lihat sekitar kita, hehe
    keep writing mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sayang :)
      mari kita lakukan yang terbaik di setiap detik kehidupan kita terutama untuk orang2 yang kita sayangi
      makasih sayaaang aku akan semangattt ;)

      Hapus
  7. :(( keren,ur the best mba santhy :*

    BalasHapus
  8. mba santy... sedih amat sangat.. hikshikshiks.... aduch klo sendirian mungkin aku dah meneteskan air mata tp aku lg diempat kerja so pura2 pake obat tetes mata dech biar ga ketauan nangisnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihhihihi trik nya Sri kereen untung pas bawa obat tetes mata hehee :)
      iya Sri kisah tentang penyesalan itu sering banget bikin nyesek di dada yah dear

      Hapus
  9. mba
    k Shanthy harus tanggung jawab nih, ceritanya menyentuh banget sampe aku mewek gini :'(
    sumpah keren banget deh tulisan-tulisannya mbak, izin share di FB ya, mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaaaa sayaaang, boleh di share di mana saja kok ;)
      semoga bisa membantu mengingatkan semua orang akan tiap detik saat berharga yang benar-benar harus dihargai ketika kita bersama orang2 yang kita cintai :)
      *peluk sayang*

      Hapus
  10. mbakkk Santhyyy..........
    ini sungguh sungguh menyentuh hati..
    membuat air mataku berjatuhan, huaahh..
    sedih banget mbak,, tapi kerenn.
    hehhe..
    btw, Unforgiven Heroes kapan di posting mbak?
    aku udah gak sabar pengen baca karya mbak Santhy lagi :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yumiii sayaaang, tungguin yaah di Januari nanti semoga sudah ada UH nya ;)
      heeeee *kasih tissue ke Yumi buat usap air matanya*

      *peluk sayang*

      Hapus
  11. Haduh ini cerita bukan horor tp serem bgt tiba tiba terasa deg berat di dada..
    Jd inget film ainun n habibie...
    Ironis impian yg d perjuangkan sepenuh hati gak menghasilkan apa"
    Waktu yg hilang g mungkin kembali..
    Jadi inget klo ninggal anakku kerja..
    Gak boleh nolak klo pulang diajak main
    Dilema antara keluarga n ekonomi
    huhuhu...(kok jd curha nih..abis sedih bgt)

    BalasHapus
  12. Oke...ini bikin aku nangis pagi-pagi
    #lap ingus

    BalasHapus
  13. T_____T
    kejamnya dunia~~ :(
    mataku perih~~ hiks...

    BalasHapus
  14. mataku berkaca-kaca hikss... T_T

    BalasHapus
  15. menyentuh hati sekali. suatu pemahaman untk mencoba memahami arti hidup ini. kata yang sederhana tapi penuh makna diakhir cerita. bagus sekali mbak saya suka sekali.:)

    BalasHapus