Sabtu, 15 Desember 2012

Verna dan Hujan Part 5

Created on December 15, 2012 - Bandung

Disclaimer : Bandung dengan hujannya yang ( hampir ) setiap hari melahirkan cerita ini. Mau tak mau membuat saya merenungkan hujan dari dua sisi, Hujan yang mendatangkan kebahagiaan bagi manusia yang mencintainya sepenuh hati, dan hujan yang mendatangkan kesedihan bagi manusia yang belum bisa melepaskan masa lalunya.

 
 
 
 
 
 
Ponsel itu jatuh dari tangan Verna, meluncur ke lantai.
Tanza langsung berdiri dengan cemas, membungkuk dan meletakkan ponsel itu ke genggaman tangan Verna yang terpaku.
"Kenapa Ver?"
Dengan susah payah Verna menelan ludah, lalu berusaha bersuara,
"Nadia...."
"Nadia? Tadi Nadia yang menelepon? Ada apa?"
"Bayu..."
"Kenapa Nadia dan Bayu?" Nada suara Tanza tampak frustrasi karena jawaban Verna yang terpatah-patah.
Air mata mengalir di pipi Verna tanpa dapat ditahan, tiba-tiba ketakutan melandanya. Bayu kritis, oh Tuhan, bagaimana mungkin dia hidup tanpa kesadaran bahwa Bayu juga hidup? Sadar dan bahagia bahwa mereka masih menghirup udara yang sama, menginjak bumi yang sama.... meskipun tidak bisa saling memiliki....
"Verna?" suara Tanza makin meninggi, meminta perhatian sekaligus cemas melihat air mata yang mengalir deras di pipi Verna.
"Nadia... Nadia menelepon, katanya..... Bayu... Bayu kecelakaan, Tanza. Kondisinya kritis..."
***

Rumah sakit itu lengang, dan Verna berjalan dengan gemetar ke lantai dua. Bayu telah dipindahkan dari UGD ke ruang operasi, dan Verna begitu ketakutan sampai tidak bisa berjalan. Beruntung ada Tanza menopang lengannya.
Di sana, di lorong itu, tampak mama dan papa Verna, kedua orangtua Bayu, dan.... Nadia.
Nadia menoleh begitu melihat Verna, wajahnya pucat pasi dan matanya sembab memerah, seperti sudah menangis begitu lama. Verna hanya terpaku di sana, tidak berani mendekat, dengan Tanza di sebelahnya.
Nadialah yang pertama kali berdiri dan mendekat. Mereka berdiri berhadap-hadapan.
"Bayu..... kondisinya masih kritis, limpanya pecah karena benturan... dan dokter masih berusaha menyelamatkan tangan kanannya, tangan kanannya luka parah... kalau... kalu tidak bisa diselamatkan, kemungkinan... akan diamputasi....", Tangis Nadia pecah berhamburan
Secara spontan, Verna memeluk saudara kembarnya, menyiapkan diri untuk didorong ataupun ditolak mentah-mentah oleh Nadia.
Tetapi itu tidak terjadi, Nadia sepenuhnya luluh dalam pelukannya, sama seperti masa-masa dulu, ketika Nadya menjadikan Verna tempatnya bersandar. Nadia menangis, keras-keras dalam pelukan Verna, dan Verna memeluknya erat-erat turut menangis bersamanya. Mereka berpelukan, sama-sama menangisi Bayu. Lelaki yang sama-sama mereka cintai dengan sepenuh hati.
Saat ini semua permusuhan terasa tidak penting lagi. Tidak penting lagi, karena lelaki yang sama-sama mereka cintai itu sekarang sedang memperjuangkan hidupnya di meja operasi.
Orang tua mereka dan orang tua Bayu memilih terdiam dan memberi ruang kepada dua saudara kembar yang saling menumpahkan kepedihan itu, Tanza juga berdiri sedikit menjauh.
Lama kemudian Nadia mengangkat kepalanya dan mengusap air matanya, lalu menatap Verna lemah,
"Maafin gue."
Permintaan maaf itu sudah mewakili segalanya. Hanya sebuah kata yang singkat tetapi Verna sudah mengerti arti terdalam dari ucapan Nadia. Dia sungguh mengerti.
Dengan lembut Verna mengangguk. Tak perlu ada kata-kata. Nadia sudah mengerti bahwa mereka sudah saling memaafkan.
Mereka berdua lalu menghampiri mama dan papa mereka, yang langsung memeluk kedua puteri kembarnya dengan penuh rasa sayang. Verna juga menyalami kedua orang tua Bayu, mama Bayu langsung memeluknya dengan penuh air mata. Tentu saja, mereka sama-sama cemas, menanti kepastian kondisi Bayu di dalam sana.
Setelah itu mereka duduk di sofa paling ujung, di ruang tunggu operasi. Sementara itu Tanza memilih duduk di paling ujung, menjauh. Tetapi Verna melihat, Nadia bahkan tidak melirik Tanza, perhatiannya terlalu terpusat pada pintu kamar operasi itu.
Dengan senyuman pedih Nadia bergumam, cukup pelan hingga hanya bisa di dengar mereka berdua.
"Gue... gue tiba pertama kali di sini.... Bayu tadinya masih sadar.... dia penuh darah, kata polisi, saksi mata bilang Bayu menyetir lurus seperti kosong pikirannya, dia nembus lampu merah begitu saja dan ditabrak mobil dari arah samping.....", Nadia meringis sedih, "Gue pikir kalau sampai Bayu mencoba bunuh diri, itu pasti gara-gara gue yang terlalu memaksa dia."
"Nadia, Bayu nggak mungkin bunuh diri. Dia nggak mungkin melakukan itu."
"Verna.", suara Nadia dipenuhi kesakitan, "Gue mendesaknya ahkir-ahkir ini. Gue jengkel dia selalu menghindar kalau gue minta bantuannya ngurus masalah pernikahan. Gue paksa dia dengan ancaman, dengan semua cara. Padahal jauh di lubuk hati gue, gue tahu Bayu setengah hati ngejalanin ini semua.... dia mikirin lo.."
"Nadia...."
"Lo ga usah jaga perasaan gue Ver, sebenarnya kebenaran itu udah gue ketahui sejak dulu. Cinta Bayu cuma di lo... gue aja yang terus memaksa dan memaksakan semuanya, karena gue egois, karena gue mau dapat yang gue mau, dan ahkirnya Bayu yang jadi korban, lo yang jadi korban...."
"Gue yang salah Nadia, gue... gue gak bisa nahan diri gue, perasaan gue...."
"Mungkin dari sejak awal perasaan Bayu ke gue bukan cinta." Nadia tersenyum lembut, dan menggenggam tangan Verna, "Mungkin dia ngerasain cinta yang sebenar-benarnya sama lo.... gue sadar itu Ver, cuma gue mengusir kesadaran itu jauh dari pikiran gue. Gue malahan jadi ketakutan sendiri, bertingkah posesif sama Bayu, mengawasinya, memata-matainya.... sampe jadi paranoid karena takut kalo Bayu nemuin lo.... hidup gue sendiri jadi nggak tenang, penuh ketakutan...."
"Lo nggak salah Nadia, Bayu... Bayu pacar lo, dan cinta nggak pernah salah...'
"Cinta memang nggak pernah salah.", Nadia menghela napas, "Tetapi akan jadi salah kalau seseorang memaksakan cintanya. Cinta lo sama Bayu juga nggak pernah salah.. gue percaya lo nggak bermaksud Ver. Gue percaya. Selama ini gue diliputi kecemburuan dan perasaan dikhianati.... yang gue pikirkan cuma gimana nyakitin lo, gimana gue bisa bikin lo ngerasain kesakitan yang sama kayak gue... tetapi makin gue nyakitin lo, bukan kepuasan yang gue dapat... perasaan ini hampa... puncaknya ketika tadi gue menggenggam tangan Bayu yang masih kritis bersimbah darah di UGD.", Air mata Nadia mengalir lagi, deras dan diliputi kesakitan yang dalam.
"Bayu menatap mata gue, matanya berkabut, gue genggam tangan dia, nyoba ngasih semangat ke dia, bilang dengan sungguh-sungguh kalau gue ada di sampingnya buat ngasih dia kekuatan, teriakin ke dia supaya dia berjuang..... tapi hanya satu kata yang diucapkannya sebelum tak sadar...", Nadia mengusap air matanya, "Dia manggil nama lo Ver, dia bilang dengan jelas, Verna.... dan gue bagaikan di sambar petir dengernya... "
 Verna memeluk Nadia lagi di sofa itu, dan Nadia balas memeluk Verna, kemudian setelah isakannya mereda, Nadia mengangkat kepalanya dan menatap Verna.
 "Hanya lo yang diingatnya di saat-saat kritisnya. Detik itu juga gue sadar, betapa cintanya Bayu ama lo, betapa kejamnya gue yang telah misahin dua orang yang saling mencintai, apalagi memaksakan sebuah pernikahan yang pada ahkirnya akan menyakiti diri gue sendiri....", Nadia menggenggam tangan Verna, "Kalau setelah ini, Bayu selamat. gue berjanji, gue nggak akan menghalangi cinta kalian."
 Wajah Verna memucat,
 "Nadia... lo nggak bisa begitu saja..."
 "Gue bisa.", suara Nadia mantap."Gue memang cinta sama Bayu, seperti halnya lo, kita berdua pasti bisa nerima Bayu apa adanya, bagaimanapun kondisi Bayu setelah ini... ", Napas Nadia terdengar sesak, "Tetapi yang dipilih Bayu adalah lo, dan gue... saat ini gue pikir lebih baik gue biarkan orang yang gue cintai bahagia, daripada gue memaksakan dia cinta sama gue, yang sulit terjadi...", senyum Nadia tampak tulus. "Kalau nanti Bayu selamat, tolong jaga dia baik-baik buat gue."
 Verna terpaku tak bisa berkata-kata, matanya berkaca-kaca demi kemudian sebutir air mata meluncur turun dari matanya, deras dan kemudian susul menyusul butir demi butir menjatuhi pipinya.
 "Gue gak bisa bahagia di atas penderitaan lo."
 "Gue memang sakit, tapi gue akan sembuh. Mungkin akan lebih sakit kalo gue memaksakan pernikahan dengan Bayu, lalu hidup dengan kesadaran bahwa Bayu nggak cinta sama gue, belum lagi detik demi detik dipenuhi ketakutan dan kecemburuan nggak penting karena gue cemas Bayu akan mencari lo lagi." Nadia berusaha meyakinkan Verna. "Percayalah Verna, gue lebih lega dalam kondisi begini."
Verna mengusap air mata di pipinya, kemudian menatap pintu kamar operasi yang masih tertutup rapat,
"Gue nggak tahu harus bilang apa Nadia..."
"Gue mau minta maaf untuk satu hal lagi."
Verna menoleh menatap Nadia,
"Untuk apa?"
"Untuk Tanza." dengan pelan Nadia mengedikkan bahunya ke arah Tanza yang duduk di bangku paling ujung dan merenung, "Lo pasti kaget, kalo gue bilang gue udah kenal Tanza sejak lama."
Verna sama sekali nggak kaget, tetapi dia terdiam dan memutuskan akan lebih baik kalau Nadia berpikir Verna tidak tahu apa-apa sama sekali. Kalau Nadia sampai tahu bahwa Tanza sudah menceritakan semua sama dia, Nadia mungkin akan merasa malu sekali. Saat ini saja, permintaan maaf Nadia akan Tanza pasti membutuhkan perjuangan berat untuk mengakui kesalahannya.
"Gue... gue yang nyuruh Tanza ngedeketin lo. Biar... biar lo nggak cinta lagi sama Bayu."
Verna hanya melirik Tanza sebentar, lalu mengangguk,
"Lo nggak marah sama gue?" 
Verna tersenyum dan meremas tangan Nadia,
"Gue nggak akan marah Nadia, lo berhak melakukan itu."
"Gue kekanak-kanakan....", Nadia menghela napas lagi, "Tapi... tapi Tanza cowok yang baik, dia mungkin bersahabat denganmu dengan sungguh-sungguh, bukan palsu."
Sekali lagi Verna mengangguk dan tersenyum lembut,
 "Iya Nadia, gue ngerti kok. Gue nggak nyalahin lo, gue nggak nyalahin Tanza. Gue bener-bener maklum kenapa lo ngelakuin ini semua..."
 Hening
Dua saudara kembar itu terdiam setelah mencurahkan perasaannya. Kini hanya doa yang tercurah dari hati mereka. Doa untuk Bayu. Kekasih yang sama-sama mereka cintai.
 ***
Dokter itu keluar dari kamar operasi lima jam kemudian.
Nadia dan Verna yang lebih dulu menyerbu dokter itu, disusul oleh seluruh keluarga mereka dan Tanza.
"Operasi limpanya berhasil, pasien akan baik-baik saja setelah melalui proses penyembuhan intensif.... tetapi..", dokter itu menelan ludah sejenak sambil menatap mata-mata cemas di hadapannya, "Mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan lengan sebelah kanannya, pasien harus diamputasi."
***
Kesakitan itu membungkusnya. Dia seakan disekap dalam selubung nyeri yang begitu kuat, sampai tak tertahankan lagi. Dengan seluruh kekuatannya dia berusaha menembus selubung itu, berusaha merobeknya. Tetapi dia lemah, dan kemudian menyerah. Berlutut dan kalah membiarkan selubung itu makin menekannya, berusaha melenyapkannya.
Tetapi kemudian suara itu terdengar, suara yang sangat dirindukannya. memanggil namanya.
Verna...?
Dia kembali berdiri, lalu berusaha merobek selubung tebal itu, tidak mampu pertamanya, tetapi dia berjuang keras, ingin mendengar suara Verna yang memanggilnya samar-samar di kejauhan itu. Butuh mendengar suara Verna, Vernanya....
Dan selubung itu kemudian tersobek, memancarkan cahaya putih menyilaukan menembus lubang-lubang sobekannya, dia memejamkan mata dan merasakan tubuhnya tersedot keluar ke arah cahaya itu.
***
Matanya terbuka dan mengernyit ketika menyadari dirinya berada di dalam ruangan bercat putih keseluruhannya. Lidahnya terasa pahit dan kering. Dan keadarannya terasa sangat berat untuk dikembalikan.
Sesaat Bayu kebingungan, dia ada dimana? kenapa? apa yang terjadi?
Lalu tanpa sadar Bayu menggerakkan lengannya yang terasa berat karena infus, menyentuh perutnya, dan rasa sakit tiba-tiba menusuknya.
Perutnya terasa nyeri! Kenapa?
Lalu ingatan itu berhamburan memasuki kesadarannya. Bayu ingat dia sedang mengemudiakan mobil siang itu, menembus jalan yang lengang, pikirannya melayang ke tanggal pernikahannya yang semakin dekat. Ke perasaan tersiksanya karena merasa sama seperti sapi yang akan di bawa ke ladang pembantaian, tidak bisa menolak untuk terus berjalan ke sana, meski tahu akan mati kemudian.
Dan setelah itu Bayu tidak ingat apa-apa lagi, hanya suara hantaman yang keras yang kemudian mengantarnya dalam kegelapan, nyeri itu masih terasa, pun kemudian ketika kesadarannya kembali akibat rasa sakit yang amat sangat.
Bayu ingat dia melihat wajah Verna kala itu, sedang cemas menatapnya dengan air mata. Verna... atau Nadia? tiba-tiba kepala Bayu terasa sakit, dia mencoba menggerakkan lengannya, untuk memijit kepalanya. Lalu tertegun.
Dia tidak bisa merasakan lengan kanannya....
Dengan gugup Bayu berusaha mengangkat kepalanya, menengok ke arah lengan kanannya. Dan melihat, bahwa tangan kanannya sudah tidak ada, hanya berupa gumpalan perban pendek yang membalut begitu tebal di sikunya..... lengan sampai jemarinya sudah tidak ada.
Jeritan Bayu yang terdengar sampai keluar ruangan kemudian membuat seluruh perawat berhamburan.
***
"Hai, apa kabar." Verna duduk di sebelah ranjang Bayu dan tersenyum, menatap lelaki itu yang begitu muram dan pucat.
Bayu begitu histeris dan shock mengetahui lengannya diamputasi hingga meronta-ronta dan berteriak-teriak di ranjang rumah sakit, membuat dokter harus menyuntiknya dengan obat penenang.
Sekarang lima jam kemudian, Verna diizinkan untuk masuk dan menengok Bayu.
"Gue seneng Lo selamat.", gumam Verna kemudian, karena Bayu sama sekali tidak berkata-kata.
Lelaki itu berbaring muram dan memalingkan kepala, tak mau menatap wajah Verna.
Hening.
Hening yang lama dan menyiksa.
"Bayu?" Ahkirnya Verna bertanya lagi, cemas dengan kediaman Bayu,
"Kenapa lo kesini?" suara Bayu tampak tersiksa, penuh kesakitan, "Lo nggak perlu kesini."
"Gue, gue denger dari Nadia kalo lo kecelakaan, Nadia minta gue kesini."
Kali ini kata-kata Verna menarik perhatian Bayu, Karena sepengetahuan Bayu, hal terahkir yang akan dilakukan Nadia adalah menghubungi Verna.
"Iya Bayu, Nadia yang minta gue datang kesini... Nadia sudah berubah Bayu, dia... dia nggak akan memaksakan pernikahan itu lagi, dia nyuruh gue jagain lo."
"Gue ga butuh rasa kasihan lo." gumam Bayu pahit
"Apa?"
"Lo nggak ngeliat kondisi gue sekarang?" Bayu menatap Verna marah, "Gue.. gue nggak punya tangan, gue sudah bukan laki-laki sempurna lagi, gue cuma orang cacat!"
"Bayu!", suara Verna meninggi, "Gue nggak nyangka lo tega mandang diri lo selemah itu, itu bukan Bayu yang gue kenal!"
"Bayu yang lo kenal mungkin udah nggak ada lagi.."
"Nggak! gue yakin lo masih Bayu yang gue kenal, Bayu yang gue cintai sepenuh hati."
Ekspresi Bayu berubah mendengar kata-kata Verna, pernyataan cinta Verna mau nggak mau membuat hatinya hangat, tapi apa gunanya? Bayu sekarang udah nggak pantas buat Verna.
"Bayu, denger gue." Verna berseru lembut, mencoba menarik perhatian Bayu, "Gue cinta lo karena diri lo, karena pribadi lo, karena dulu ketika gue habisin waktu gue sama lo, gue ngerasa hangat, nyaman dan bahagia. Gue nggak peduli lo kehilangan satu lengan, toh lo masih beruntung, operasi limpa lo berhasil, lo masih punya satu lengan lagi, dan bagi gue lo masih Bayu gue.'
"Gue nggak pantes buat lo lagi Ver..."
"Jangan ngomong gitu Bayu, itu sama aja lo ngerendahin cinta gue ke lo." air mata frustrasi mulai menetes di mata Verna, "Gue harus bagaimana biar lo yakin ama cinta gue?"
Bayu menatap Verna dalam-dalam dan matanya ikut berkaca-kaca. Ah, ini memang Verna yang sama, belahan jiwanya, cinta sejatinya.
"Gue takut kondisi gue ini ngeberatin lo nantinya..."
"Bayu, gue akan dampingi lo sampai lo terbiasa dengan kondisi baru lo, rumah sakit juga akan ngebantu lo, lo bisa pake tangan palsu, dan gue akan bantu lo, gue akan bantu lo Bayu." Verna mengulang-ulang kata-katanya dengan penuh semangat, hingga Bayu tersenyum.
"Gue mungkin akan bikin lo kesulitan di saat-saat awal."
'Gue siap Bayu, Lo harus tahu, ketika lo selamat dari operasi gue sangat bersyukur, gue nggak minta apa-apa lagi sama Tuhan, asalkan lo selamat, gue akan sekuat tenaga jadi pasangan yang bisa nguatin lo di saat apapun.
Setetes air mata mengalir di sudut mata Bayu, dan Verna berdiri, lalu mengecup dahi Bayu.
"Kita berjuang bersama-sama ya"
***
Verna melangkah keluar dari kamar Bayu yang sudah tertidur, dan bertatapan dengan Tanza yang duduk di sofa luar, menunggunya,
Entah sudah berapa lama Verna tadi melupakan kehadiran Tanza, tiba-tiba saja Verna merasa bersalah,
"Nadia sedang turun makan di kantin bareng sama orang tua lo dan orang tua Bayu, gue bilang gue akan nungguin lo keluar dulu, lo juga harus makan Ver."
Verna mengangguk dan sengatan rasa bersalah itu semakin dalam. Tanza begitu baik, dan mencintainya. Tetapi Verna sudah memilih. Dia harus bersama Bayu dan merawatnya.
"Gimana kondisi Bayu?" Tanza bertanya ahkirnya ketika mereka berjalan bersisian menuju kantin.
"Bayu... sudah sedikit lebih tenang."
Tanza menghela napas panjang,
"Nadia tadi sudah menjelaskan seluruh kondisinya kepada orang tua kalian, ketika lo lagi di kamar nungguin Bayu, dia bilang dia nyerahin Bayu ke lo."
Verna menelan ludahnya.
"Maafin gue Tanza."
Tanza merengkuh pundak Verna dalam rangkulannya,
"Jangan pikirin gue, lo bahagia kan dengan kondisi ini?"
Oh Ya. Verna amat sangat bahagia. Ahkirnya dia dan Bayu bisa saling mencintai. Tanpa dihantui perasaan bersalah, tanpa ketakutan akan penghakiman dan tuduhan-tuduhan dari orang lain. Verna tidak mungkin bisa lebih bahagia daripada ini.
"Gue bahagia Tanza, ini bagaikan sebuah impian yang menjadi kenyataan.", dengan sedih Verna menatap mata Tanza, "Gue... gue gak tahu gimana harus minta maap sama lo."
"Gue udah bilang jangan pikirin gue... dan mungkin kalo informasi ini bisa mengurangi rasa bersalah lo...", Tanza menunduk dan menatap Verna, "Perasaan gue ke lo mungkin bukan cinta antara pasangan, perasaan sayang gue ke lo lebih seperti kasih sayang antara kakak dan adik. Sebelumnya gue nggak sadar dan mengira kalo gue cinta sama lo. Tetapi kejadian di kost lo barusan, waktu lo nyoba gaun itu.... ketika gue mau cium bibir lo, tapi gue nggak bisa dan nyium dahi lo...", Tanza mengangkat bahu, "Mungkin karena gue menganggap lo seperti adek gue sendiri, dan mencium lo dengan romansa terasa salah."
Verna menganggukkan kepalanya,
"Gue seneng dengernya Tanza."
Tanza tersenyum lembut.
"Jadi seperti gue bilang, ga usah terlalu mikirin perasaan gue lagi ya."
Ada setitik kepahitan di mata Tanza, tetapi dia cepat-cepat memalingkan matanya supaya Verna tidak melihatnya. Tak bisa dipungkiri, meskipun mungkin Tanza memang hanya menganggap Verna sebagai adik. Tetapi rasa cinta itu pernah ada, dan mematahkan hatinya. Tanza patah hati. Tetapi dia berusaha supaya Verna tidak menyadarinya.
Biarkan Verna menikmati bahagianya ini sepenuhnya
***
"Bagaimana rasanya?" Verna menatap ingin tahu ke arah Bayu yang sedang duduk di ranjang, mencoba tangan palsu yang dibuatkan khusus untuknya, untuk pertama kalinya.
"Aneh", gumam Bayu sambil mengerutkan keningnya, Rasanya aneh ada sesuatu yang diikatkan di lenganmu dan terasa begitu kaku, tidak selentur tangan aslinya.
Tetapi mungkin ini lebih baik, Bayu akan belajar menggunakan tangan palsunya sebaik mungkin. Pada awalnya dia memang kerepotan dan frustrasi karena tangan kanannya benar-benar bagian tubuh paling krusial baginya, kadang dia kesulitan ketika akan menggaruk bagian-bagian tubuhnya yang terbiasa menggunakan tangan kanan, ataupun harus belajar menulis dengan tangan kiri, tetapi syukurlah ada Verna di sampingnya yang salalu memberikan kekuatannya hingga Bayu terdorong untuk sembuh sebaik mungkin supaya bisa membahagiakan Verna.
"Nantinya akan terbiasa." Kali ini Nadia yang bergumam dalam senyum, "Mungkin kau hanya akan membutuhkan bantuan ketika mengancingkan baju atau hal-hal kecil lainnya, tapi untuk hal-hal sederhana, tangan palsu itu akan sangat membantumu."
Bayu tersenyum dan menatap Nadia lembut,
"Terimakasih Nadia."
Nadia membalas senyuman Bayu dengan sama tulusnya,
"Oh ya, karena kita semua sudah berkumpul di sini, gue pingin menyampaikan kabar gembira."
Verna dan Bayu menoleh bersamaan mendengar nada serius di suara Nadia.
"Gue dapat beasiswa buat ngelanjutin magister di Jepang, mungkin dalam dua bulan ke depan aku akan berangkat, masa kuliah memang belum dimulai, tetapi gue akan tinggal di sana dulu untuk adaptasi."
"Nadia?" Wajah Verna berubah sedih, "Apakah lo... apakah lo sengaja pergi gara-gara gue? karena mungkin lo ga sanggup ngelihat gue sama Bayu?"
Nadia menggeleng,
"Gue sungguh bahagia buat kalian berdua, sungguh.", Senyum Nadia tampak meminta pengertian, "Tapi gue ingin menyembuhkan hati gue, supaya nanti ketika gue pulang, gue bener-bener bisa nerima semuanya dengan lapang dada."
"Tapi Nadia...'
Nadia mendekat lalu memeluk Verna dengan sayang,
"Tolong jangan merasa bersalah Ver, gue sayang sama lo, jadi jangan pernah merasa bersalah. Gue cuma pingin ngejar kebahagiaan gue sendiri, doain gue ya?"
"Gue pasti doain lo Nadia... gue pasti."
"Makasih Verna", Nadia tersenyum dan menatap Bayu, "Lo juga harus cepat sehat Bayu, jaga Verna baik-baik."
Bayu mengangguk sepenuh hati,
"Pasti, gue janji Nadia...."
Nadia mendekat dan memeluk Bayu,
"Makasih Bayu...", suara Nadia terasa sesak menahan tangis.
Bayu memeluk Nadia dengan sebelah tangannya,
"Gue juga makasih banyak Nadia, makasih banget...."
***
Verna dan Bayu duduk di teras rumah menatap hujan. Kondisi Bayu sudah membaik, dan sudah boleh pulang dari rumah sakit.
Sekarang mereka duduk menatap hujan deras yang turun membasahi bumi dengan suara gemericik yang menyenangkan. Ya, hujan kali ini tidak terasa menyesakkan lagi pagi Verna, karena ada Bayu di sebelahnya, menemaninya.
"Gue bahagia banget." bisik Bayu ditelan gemericik hujan.
"Gue juga...."
"Lo... lo nggak nyesel? berahkir sama gue dengan kondisi seperti ini, cowo itu, Tanza, tampak berkali-kali lebih sempurna daripada gue."
Verna tersenyum berusaha meredakan keraguan  Bayu,
"Bayu, gue dan Tanza itu lebih seperti kakak adik, lo jangan pikirin ya.... gue saat ini bener-bener bahagia."
"Lo nggak malu gue pake tangan palsu kayak gini?" kalo kita jalan pasti banyak yang noleh ngeliatin gue.'
"Gue rasa itu keren." Verna tersenyum jahil, "Kayak bajak laut... gue kepikiran gimana kalau kita pasang pengait di tangan palsu lo biar kayak kapten hook yang terkenal itu."
"Verna!", Bayu melirik jengkel karena Verna bercanda, tetapi kemudian dia tertawa bersama Verna, "Makasih ya Ver, yang perlu lo tau, biarpun gue banyak kekurangan, gue mensyukuri kesempatan yang di kasih Tuhan ini, kesempatan yang pada ahkirnya ngebawa gue bisa bersama lo, mencintai lo sebebas-bebasnya, gue berjanji, gue akan berusaha sekuat tenaga buat bahagiain lo."
"Gue yakin itu Bayu, gue juga janji akan sedapat mungkin bahagiain lo."
"Gue cinta lo Verna."
"Gue juga Bayu."
Dan suara pernyataan cinta itu bersahutan dengan hujan yang makin mengalir deras. Seperti melodi pengiring hati yang terlah sekian lama saling merindukan. Sekarang Verna akan bersahabat dengan hujan, dan tersenyum mengenang semua saat romantis, yang dia nikmati bersama Bayu, kekasihnya.
THE END


Baca Epilog : http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/12/verna-dan-hujan-epilog.html

44 komentar:

  1. ahhh kenapa harus ama bayu...*sedih sesedih-sedihnya...walau nadia + tanza iklas tapi ak ga iklas *loh siapa aku...yahh pokoknya ndk iklass :'( bukan krn bayu diamputasi, tapi ah sudahlah *duduk di pojokan nemenin tanza

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi geli sendiri baca komennya Astrid ;)
      maafkan aku sayaaaang hehehe mungkin karena Tanzanya mau buat Astrid aja yah hihihi
      *ikutan duduk di pojokan, nyelas ditengah2 Tanza dan Astrid*

      Hapus
  2. Aduh mb santhy nih nyela aja...liad tuh kasian tanza...nggeser paksa biar pindah jauh2 dari tanza

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehehe *bawa Tanza di tenteng pake satu tangan trus kabur*

      :D :D

      Hapus
  3. iya,aq g stju kalo ma bayu.knp g ma tanza? :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi renaaaaa.... tanzanya buat kita2 aja yah
      *menatap menyesal trus kabur*
      hehehe ;)

      Hapus
  4. yaaaaaahhhhhh.......
    Kirain Verna y bakalan sama Tanza
    Ternyata oh ternyata.....
    Kejutan di malam minggu???????

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaa tuhe itu kucing di ppnya gendut amat lucu hehehhe :)
      hiksss mungkin verna maunya bersatu dengan cinta pertamanya yah hiks hiks
      *menatap penuh rasa bersalah*
      hihihihi :)

      Hapus
  5. Asiikkkk... akhirnya. Comment dulu ahhh.. thanks Mba *muuaaaaccchhhhhhh :x *

    BalasHapus
  6. mba santhyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

    bikin aku mau ke rumah mba santhy trs peluk mba

    hehehehe

    suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka suka

    kisah cinta yg bagus.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayooo ke rumahkuu kan kita deket hehehhe :)

      syukurlah fathy suka yaaah
      *peluk*

      Hapus
  7. Happy ending bgt sih mbak..
    Hihihi
    Yah.. Walaupun kondisinya Bayu ga sempurna..
    Tapi..
    Cinta bsa nyempurnain smuanya..
    Ya kn mbak?;;):D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mendy hehehehe.... itu istilahnya bagus banget :
      Cinta bisa nyempurnain semuanya

      hehehehe :D iyaaa setujuuu, manusia tidak sempurna, tapi cinta bisa membantu membuat manusia saling menerima dan menghargai ketidak sempurnaan masing2
      *peluk*

      Hapus
  8. Cinta tak harus memiliki. Cinta sejati adalah turut berbahagia bila yang dicintai bahagia. Tanza.. yakinlah, di sudut sana ada yang mencintaimu. Dia menunggu datangnya saat yang tepat. Seperti ada yang bilang "Jangan tutup dirimu"

    BalasHapus
    Balasan
    1. setujuuuu mari kita doakan Tanza menemukan jodohnya yang tepat nanti yaaaah :D

      Hapus
  9. Ah.. Suka suka ending'y.. Bayu n Verna, cinta sejati! :*
    *peluk mba santhy*

    BalasHapus
  10. kenapa mlm ini judulnya semua cinta tak harus memiliki?????
    hwaaa
    sad ending buat tanza ><
    lanjuut buat karya laiinnya mba ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaaa jangan sedih sayaaang* hehehhe
      nanti Tanza dan semuanya akan menemukan cinta sejatinya masing2 :)
      heeeee
      makasih sayaaaang aku akan semangattt *peluk*

      Hapus
  11. Mba Santhy, thank you.. wow.. That's really-really unconditonal love.. akhrnya, Verna dan Bayu jg, cinta memang gak bs dipaksakan kan Mba?? Bahagia itu kalau kita bs bersama dgn org yg kita cintai, dan yg mencintai kita.. Thank you mba Santhy, buat ending nya, sesuai dgn yg aku pesan *menangis terharu buat Verna&Bayu*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Christineee wooooww komentarnya dahsyat :)
      "Bahagia itu kalau kita bs bersama dgn org yg kita cintai, dan yg mencintai kita"

      sama2 sayaaang makasih udah mau membaca dan menyukai kisah ini yaah *peluk*

      Hapus
  12. Jam 12.38 bka blog ini eh verna ud ada seneng .tp kok verna ma bayu ya.mksh mbak santy

    BalasHapus
    Balasan
    1. heeee NIraaaa suka sama Tanza yaaah :)
      soalnya setelah bersemedi (hehehe) ahkirnya menemukan jawaban kalo Verna mau balik ke cinta pertamanya Nira hueeee *peluk*

      Hapus
  13. aduuh aku jd speechls nih mba ,, bingung deh msti senang apa sdih yah ?plih bayu ato tanza ??helpmehelpme doooonk hhhe
    di tunggu mba karya2 baru nya nih ttep smngat yah chayooo !!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. heeeeeee masih bingung yah ida :D
      hmmm pilih Tanza aja dear, soalnya dia masih free itu kayaknya hihihihi

      makasih deaar aku akan semangatttt *peluk erat2 sampe megap2*

      Hapus
  14. co cweeetttt,ahiak ahiak....
    btw ceritanya dr awal dah mellow banget ampek ngrasa sedih meringis heee..
    lanjutkan lagi mbak Santhy yg lain, thx atas karyanya...
    Tanza gakdibikin serialnya nehh, hehehe #ngarep

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaa ahkirnya ada koment dr Keyna jugaaa (kangeeennn) hehehehe :D

      iyaaa itu memang dibikinnya pas galau karena suasana berhujan :) sebenernya draft awalnya tragedi, tp karena lama2 ga tega dibikin happy ending hihihihi :)

      Hapus
  15. Huaaa,padahal ngarep verna sama tanza aja

    BalasHapus
  16. Huaaa,padahal ngarep verna sama tanza aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. heeeee ririiiiiin maafkan akuuuu
      eeeh tp dengan begini Tanza masih free buat kita2 hihihi
      *peluk sayang*

      Hapus
  17. Hmmm.... napa sy lbh mengharapkan verna happy ending dgn tanza ya.. selalu merasakan bahwa mrk berdua itu lbh cocok aje.. hehe.. tp dr awal inti ceritanya sih verna cinta mati ama bayu.. thanks ys mba santhy.. ditunggu karya2 selanjutnya.. =D

    BalasHapus
    Balasan
    1. heeeee maafkan akuuu hiks hiks
      soalnya hasil dari semedi ini memutuskan verna balik ke kekasih pertamanya, eeh mungkin Tanza akan menemukan cinta sejatinya sendiri? nanti kita lihat yaah *tersenyum misterius*

      Hapus
  18. udah lama ga mampir ke sini..ternyata verna dah selesai...lega tapi ga rela...
    kasian tanza nya mbak...
    T_T...
    *peluk tanza...eh salah..maksudya peluk mbak santhy..hehe^^
    thanks buat verna-nya mbak..di buat bahagia..

    BalasHapus
    Balasan
    1. heeeeee kok yang dipeluk Tanzaa? bukan akuu?
      *menatap iri*

      hehehehe iyaa sayaaang :D semoga Verna bahagia dengan pilihannya yaah

      Hapus
    2. Tuh kan,mbak.. banyak yg milih Tanza-Verna...

      Hapus
  19. Aku seneng...
    Happy ending yg mengharukan, tetap memilih keluarga
    dah bner bgt tuh mbak endingnya :-)
    suporter bayu-verna mania

    BalasHapus
  20. iya,mba' santhy...kyknya kok kecewa & gak ikhlas verna jadian sma bayu....ceritanya gak happy ending nih :( hiks,hiks,hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. eeeeeh mungkin Tanza sedang menanti kekasih sejatinya sendiri lho di sana :) *tersenyum misterius*

      *peluk sayang*

      Hapus
  21. aku kecewa,mbak..
    Aku lebih suka Verna sama Tanza aja...

    part ini kurang mendebarkan dibanding part 1-3,mbak.. Mungkin karena emang akhir cerita kali ya.. tapi kurang aja sengatannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. heeeee aku menunggu2 koment faril hehehehe
      :D waaaah maafkan akuuu huhuhu cuma kepikirannya dasar ceritanya cinta verna ke bayu, jd verna dikembalikan ke cinta pertamanya :D :D
      semoga bab epilog bisa mengobati yah hee *senyum2 memelas*

      Hapus
    2. kenapa nunggu komen dariku,mbak? aku sering PHP loh,hahaha


      tetep aja nggak terima,mbak.. Di cerita sebelumnya udah ngarah ke Tanza-Verna.. Tapi kenapa balik ke Bayu lagi (mungkin karena aku udah kadung benci sama karakter Bayu kali ya,hehe)

      Tapi syukurlah nasib Tanza lebih baik pas di epilog. :)

      Hapus
  22. waw..happy ending, tp..tanza? sm aku ajah yah mba san #mohon2 :v

    BalasHapus