PS : aku bobo dulu yaa... cerita yang lainnya akan dipostingkan besok pagi-pagi sekali, aku janji hehehe tunggu yaa semoga mau bersabar, maafkan beberapa hari ini telat sekali kalau posting
"Kalau sampai tuan Rolan memberikan darahnya kepada nona Sabrina, maka anda harus berhenti memberikan darah anda kepadanya."
Gabriel menoleh, mengernyit mendengar perkataan Carlos, "Kenapa?"
"Karena belum pernah ada dalam sejarah, dua orang pemegang kekuatan yang berlawan memberikan darahnya untuk satu orang manusia. Hal ini memang tidak tercatat di buku aturan alam semesta, dan tidak dilarang, tetapi saya mengkhawatirkan efeknya kepada nona Sabrina. Saya takut akan terjadi hal yang ekstrim." Carlos menyambung dengan sungguh-sungguh.
"Seperti Sabrina bisa langsung mati?" Gabriel menyela, ada nada sinis dalam suaranya.
Tatapan Carlos tampak penuh spekulasi, "Atau malah sebaliknya, nona Sabrina bisa sembuh total."
Gabriel mengernyit tidak suka, "Aku tidak suka kemungkinan itu. Aku lebih suka Sabrina dalam kondisinya yang sekarang, sakit dan tidak berdaya. Dalam kondisi sakit, dia sudah begitu mengganggu, apalagi kalau sembuh."
Dengan takut-takut Carlos bergumam, "Tetapi dia adik sedarah anda."
Gabriel terkekeh, "Lalu kenapa?" Tatapannya berubah menjadi tajam dan kelam, "Karena dialah aku kehilangan ibuku, kalau mama tidak menyerap rasa sakit Sabrina dia tidak akan meninggal secepat itu karena kanker ganas yang diserapnya dari Sabrina.."
Seketika itu juga Carlos memilih mundur. Gabriel selalu berubah menjadi begitu menakutkan ketika membahas ibunya. Anabelle adalah perempuan yang kuat, sebagai pengabdi pada sang pemegang kekuatan, Carlos pernah mengabdi kepada Anabelle, juga pada nenek Anabelle.....dan dia memang sangat menyayangkan kematian Anabelle....
Karena kematian Anabelle mengubah segalanya. Mengubah Gabriel dari anak kecil lemah yang dipaksa menerima kekuatan besar, menjadi sosok yang penuh dendam... dendam yang membuatnya ingin menghancurkan kekuatan terang.
Gabriel masih merenung, kemudian dia menatap Carlos tajam, "Rolan sudah dibuka kekuatannya oleh Marco bukan? seharusnya dia bisa membaca pikiran Sabrina, kenapa dia bisa tertipu begitu dalam oleh tampilan lemah Sabrina hingga rela memberikan darahnya?"
Carlos mengangkat bahunya, "Mungkin karena alasan sentimentil yang menutupi kekuatannya, anda tahu, tuan Rolan masih baru menggunakan kekuatannya, dia masih belajar... dan kadang-kadang emosinya masih menutupi kekuatannya. Lagipula Sabrina sudah berpengalaman."
"Apa maksudmu?" Gabriel mengangkat kepalanya, tampak tertarik.
"Bukankah kadang-kadang nona Sabrina bisa menutupi pikirannya? Seperti yang dipelajarinya dari ibu anda bertahun-tahun yang lalu. Kadang-kadang dia bisa menutupi pikirannya dari anda bukan? sehingga anda harus memaksanya?"
Gabriel teringat ketika dia harus memaksa Sabrina berbicara dengan membakar dahi Sabrina menggunakan kekuatan panasnya melalui telunjuk tangannya. Ya. Sabrina kadang-kadang bisa menutupi pikirannya hingga tak terbaca, bukan tak terbaca sepenuhnya, hanya tertutup kabut.
Pada Akhirnya Gabriel tersenyum sinis.
"Sebenarnya aku berencana menyingkirkan Sabrina karena menggangguku, tetapi aku berubah pikiran. Biarlah Sabrina menjadi ujian bagi si pemegang kekuatan terang. Ujian bagi cinta sejatinya, karena kalau dia bisa dengan mudahnya tergoda oleh tipuan Sabrina, berarti cintanya kepada Selly tidak sedalam itu."
***
"Sudah siap?" Rolan menunggu di pintu, menoleh dan tersenyum menatap Selly yang tampak cantik dengan sweater hijau muda dan rok panjang warna cokelat. Dengan lembut Rolan menyentuh dahi Selly,
"Masih hangat, nanti kita periksakan ke dokter rumah sakit ya sebelum menengok Sabrina, semoga saja hanya demam biasa."
Selly mengangguk. Tubuhnya sudah lebih enakan karena obat turun panas yang diberikan oleh Rolan. Hanya saja tenggorokannya terasa gatal dan hidungnya panas. Mungkin dia terserang virus flu, dan karena daya tahan tubuhnya turun, dia menjadi lemah dan mudah terserang.
Dibiarkannya Rolan membimbing tangannya dan mereka berjalan bersisian keluar dari flat Selly, menuju rumah sakit.
***
"Untung hanya flu biasa." Rolan dan Selly keluar dari ruang pemeriksaan dokter, mereka sekarang berjalan ke area untuk perawatan penyakit kanker, tempat Sabrina di rawat. Tadi Rolan menyempatkan diri menelepon dokter Beni ketika Selly diperiksa di bagian rawat jalan rumah sakit, dan kata dokter Beni, Sabrina sudah sadarkan diri.
Selly menganggukkan kepalanya, tersenyum lemah. Jantungnya tiba-tiba berdesir pelan ketika mereka semakin mendekati ruangan Sabrina. Entah kenapa dia merasakan perasaan yang tidak enak, seperti rasa tidak nyaman dan penuh di dada... seperti sebuah firasat...
Tetapi firasat akan apa? Apakah ini semua hanya karena Selly merasa sedikit cemburu kepada Sabrina yang telah mengambil waktu Rolan dua kali, waktu yang seharusnya diberikan untuknya? Tetapi Selly tidak seharusnya merasa cemburu bukan? akan sangat kejam kalau dia cemburu kepada Sabrina yang sedang bertarung melawan penyakitnya? Seharusnya Selly sehati dengan Rolan, mendukung Sabrina, merasakan empati karena Sabrina menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang hampir merenggut Rolan darinya dulu.
Meskipun begitu, perasaannya sebagai perempuan biasa membuat hatinya memberontak. Dia cemburu, karena dulu sebelum Rolan pulang dari rumah sakit, dia sudah mempunyai impian tinggi akan kebersamaan mereka.... dan kemudian yang dilakukan Rolan adalah memberikan sebagian besar waktunya untuk Sabrina.
Selly langsung menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir perasaan tidak enak di dadanya.
Tidak! dia tidak boleh berpikiran seperti itu, apalagi kepada Rolan... bukankah Rolan selalu datang kepadanya setelahnya? bukankah Rolan yang menolongnya dari bawah hujan deras itu, menyelamatkannya dan merawatnya ketika sakit?
Selly masih ingat sentuhan jemari yang sejuk dan kecupan lembut di bibirnya ketika demamnya sedang tinggi-tingginya itu. Sentuhan dan ciuman itu... membuatnya yakin bahwa dia dicintai.
"Sabrina sedang bangun." Rolan setengah berbisik di depan pintu perawatan Sabrina, membuat Selly tersadar dari lamunannya.
Mau tak mau dia mengikuti Rolan masuk ke dalam ruang perawatan
"Rolan." Sabrina bergumam dalam suara lemahnya, meskipun begitu, suaranya terdengar sumringah penuh kegembiraan, "Kau datang."
"Tentu saja aku datang." Rolan tersenyum lembut, "Aku datang bersama Selly."
Sabrina menoleh, menatap Selly, lalu tersenyum lembut seolah baru menyadari kehadiran Selly, "Oh Selly, kau ikut juga. Apa kabarmu?"
Selly mencoba tersenyum, melihat Sabrina yang tampak lemah dan rapuh, tiba-tiba saja dia merasa bersalah karena merasa cemburu kepada Sabrina. Astaga, dia sehat dan beruntung ... sungguh tidak pantas dia merasa cemburu kepada Sabrina yang sakit, lemah dan harus menghabiskan hampir sepanjang waktunya di ranjang rumah sakit.
"Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaanmu Sabrina, kata Rolan kau mengalami serangan kemarin?"
Sabrina menganggukkan kepalanya, matanya tampak sedih, "Ya... tubuhku melemah akhir-akhir ini." Tatapannya menerawang, seolah memikirkan seseorang, tetapi kemudian ketika dia menatap Sabrina dan Rolan, perempuan itu tampak mencoba tersenyum, "Tetapi tidak apa-apa, aku senang karena kalian menengokku, terimakasih ya...."
Selly mengangguk dan tersenyum. Sabrina lalu mengalihkan pandangannya ke arah Rolan.
"Rolan... maukah kau memanggilkan suster untukku? Sepertinya aku harus ke kamar mandi."
Rolan menganggukkan kepalanya. "Oke. Tunggu ya." lelaki itu melangkah pergi,. meninggalkan Sabrina dan Selly berduaan.
Sejenak suasana hening, Sabrina tampak merenung sambil menatap jendela di luar, lalu dia menoleh menatap Selly yang duduk diam di kursi samping ranjang, "Rolan sangat baik..."
Selly tersenyum, "Ya, dia memang baik."
"Kau beruntung memilikinya."
Sekali lagi Selly tersenyum menanggapi perkataan Sabrina, "Memang. Aku sungguh beruntung."
Tiba-tiba air mata menetes di pipi Sabrina, membuat Selly bingung. Dia menatap Sabrina dengan cemas.
"Sabrina? Kenapa? Apakah kau sakit?" Selly hampir beranjak dari duduknya hendak memanggil sustes, tetapi jemari kurus dan rapuh Sabrina menahannya.
"Jangan. Aku tidak apa-apa." Sabrina mengusap air matanya, tetapi air matanya tampaknya malahan mengalir semakin deras, jemarinya yang memegang tangan Selly meremasnya makin erat, "Aku... aku membutuhkan Rolan di sisiku... kumohon Selly..." gumamnya di sela isakannya.
Selly tertegun, menatap Sabrina dengan terkejut, "Apa Sabrina?"
"Aku mohon padamu, berikan Rolan kepadaku." Isakannya semakin keras dan suaranya bergetar menahan emosi, "Kau.. kau perempuan sehat dan cantik pasti ada banyak orang di dunia ini yang mau mencintaimu... tetapi aku... aku kondisiku seperti ini, umurku tidak lama lagi, dan aku hanya punya Rolan, satu-satunya lelaki yang mau memperhatikanku, aku tidak punya siapa-siapa lagi." Tangisan Sabrina makin keras, "Rolan sangat memperhatikanku, aku tahu dia punya perasaan lebih kepadaku, dia... dia selalu mengecup dahiku dengan lembut, mengantarku tertidur, dia bilang ingin menghabiskan banyak waktunya bersamaku, tetapi di sisi lain dia tidak enak kepadamu, karena itu dia terpaksa membagi waktunya untuk kita....Kumohon berikan Rolan untukku, biarkan kami bersama Selly.... setidaknya sampai aku mati... umurku tidak lama lagi..sedangkan kau, hidupmu masih terbentang panjang di depanmu.."
Lalu Sabrina menangis tersedu-sedu, begitu kerasnya, Membuat Selly kebingungan. Kata-kata Sabrina sungguh mengejutkan Selly, dia tidak menyangka Sabrina akan berkata seperti itu kepadanya. Dan benarkah apa yang dikatakan Sabrina kepadanya? bahwa Rolan sebenarnya ingin menghabiskan waktunya bersama Sabrina tetapi dibatasi oleh rasa bersalah kepadanya....? benarkah itu?
"Suster akan segera da...." Rolan membuka pintu, masih dengan senyum lebar di bibirnya, tetapi dia tertegun dan bergegas ke tepi ranjang ketika melihat Sabrina menangis tersedu-sedu, "Ada apa Sabrina? Kenapa menangis? kau sakit?"
Sabrina malahan semakin tersedu, "Aku pusing Rolan... kepalaku sakit...." Lalu Sabrina merangkulkan lengannya yang mungil ke tubuh Rolan, memeluk lelaki itu. "Aku merasa kematian akan menjemputku sebentar lagi.. aku takut."
"Jangan berpikir seperti itu." Rolan berbisik lembut di atas kepala Sabrina, "Jangan berpikir seperti itu Sabrina, kau akan baik-baik saja." Lengannya mengelus rambut Sabrina penuh kasih.
Di saat yang sama, Selly masih termangu menatap pemandangan di depannya. Kekasihnya sedang memeluk perempuan lain yang tampak begitu rapuh dan bergantung kepadanya..... pemandangan ini menyakiti hatinya dan membuatnya remuk redam... apakah Rolan tidak sadar kalau dia melakukan hal itu di depannya sama saja dengan menyakiti hatinya? Bagaimanapun... sesabar apapun dia, dia tetaplah perempuan biasa bukan?
Suaranya bergetar ketika bergumam, "Aku... kurasa aku harus pulang Rolan, kepalaku pusing."
Rolan mengerutkan keningnya, menatap Sabrina yang masih tersedu-sedu di pelukannya, "Tunggu sebentar ya?" gumamnya memberi isyarat supaya Selly bersabar.
Selly merasakan panas di dadanya, dia menghela napas panjang, "Aku... kurasa aku akan pulang duluan saja naik taxi, kau bisa menunggui Sabrina di sini."
"Aku akan pulang bersamamu." Rolan bergumam lembut kepada Selly, lalu melepaskan Sabrina dari pelukannya, "Sabrina, aku harus mengantar Selly pulang."
Tetapi kemudian, tiba-tiba saja Sabrina lunglai dan dia kejang.... membuat Rolan panik dan menekan tombol panggilan darurat. Dokter dan suster langsung berdatangan dan berusaha menangani Sabrina, sementara Rolan dan Selly dihela ke luar.
"Aku bisa pulang sendiri Rolan, mungkin kau harus menunggu Sabrina di sini, kasihan kalau dia sadar..." mata Selly menatap mata Rolan, berusaha mencari-cari kebenaran di sana. Apakah benar yang dikatakan Sabrina tadi? bahwa keinginan Rolan sebenarnya adalah berada di sini dan menunggui Sabrina? beranikah dia menantang Rolan untuk memilih?
Rolan hendak membuka mulutnya membantah perkataan Selly ketika pintu ruang perawatan terbuka dan seorang suster keluar, suster itu tentu saja sudah mengenal Rolan karena Rolan pernah lama dirawat di sini.
"Rolan... Sabrina sudah sadar, dia memanggil-manggil namamu..."
Rolan tertegun, bingung. Selly melihat keraguan di mata Rolan dan jantungnya terasa berdenyut menyakitkan. Pada akhirnya, dialah yang mengambil keputusan untuk Rolan dan dirinya.
"Tinggalah. Aku tidak apa-apa kok. Aku akan naik taxi, minum obat dan tidur begitu sampai di rumah." Apa yang diucapkannya berbeda dengan benaknya yang berteriak. Selly ingin memohon kepada Rolan, memaksanya, melakukan apa saja agar Rolan mau ikut pulang dengannya dan meninggalkan Sabrina. Tetapi dia tidak bisa melakukannya, dia harus melihat sendiri bagaimana pilihan Rolan.
Rolan menggenggam jemari Selly, mengecupnya lembut penuh sayang. "Kau tidak apa-apa pulang sendirian, Selly?" tanyaya kemudian, ada nada ragu di suaranya.
"Aku tidak apa-apa." Pulanglah bersamaku! Pulanglah bersamaku! Benak Selly berteriak-teriak melawan kata-katanya sendiri. Berharap Rolan menyadari bahwa kata-kata kuatnya adalah palsu...
"Baiklah. Maafkan aku Selly, aku harus menunggui Sabrina, kau tahu sendiri aku dulu pernah mengalami serangan yang sama, dan ketika itu aku membutuhkanmu untuk menggenggam tanganku... aku memilikimu saat itu. Sementara sekarang Sabrina tidak punya siapa-siapa, hanya aku yang bisa membantunya, kuharap kau mengerti...."
aku hanya punya Rolan, satu-satunya lelaki yang mau memperhatikanku, aku tidak punya siapa-siapa lagi...Kumohon berikan Rolan untukku, biarkan kami bersama Selly....
Kata-kata Sabrina tadi langsung terngiang di benak Selly, menikam hatinya hingga terasa perih.
"Aku mengerti... aku pulang dulu ya." Selly menyentuh pipi Rolan dengan lembut, dan lelaki itu mengecup telapak tangan Selly dengan sayang, lalu memeluk Selly erat-erat.
"Hati-hati di jalan sayang, aku akan segera ke tempatmu nanti setelah selesai dengan Sabrina ya."
Selly menganggukkan kepalanya, tak sanggup lagi menatap mata Rolan karena dorongan untuk menangis terasa sangat kuat. Dia lalu membalikkan tubuhnya, melangkah menuju lift sambil menggigit bibirnya menahan tangis.
Dia masih berharap dan menunggu.... menunggu Rolan memanggilnya, atau berubah pikiran dan memilih pulang bersamanya. Tetapi yang didengarnya adalah pintu tertutup. Rolan sudah masuk ke tempat Sabrina di rawat....
Selly memejamkan mata dan air mata bergulir ke pipinya.
Rasanya sakit sekali... sakit sekali, seakan jantungmu direnggut paksa dan kau tidak bisa berbuat apa-apa...
***
Selly terbangun dengan kepala pening di pagi harinya, matanya sembab dan terasa perih karena dia menangis semalaman tanpa henti.
Bahkan malam kemarin, Rolan tidak meneleponnya. Sedang apa Rolan pagi ini? apakah dia sedang berada di rumah sakit dan menunggui Sabrina? berdua bersama perempuan itu dan menikmati waktu mereka berduaan...?
Lagi. Rasa sakit itu berdenyut di jantungnya. Selly menghela napas panjang dan turun dari tempat tidurnya, melangkah menuju kamar mandi. Dia mengernyit ketika melihat bayangan dirinya di cermin...
Astaga matanya benar-benar sembab dan menghitam di sekelilingnya, perlu riasan tebal untuk menutupi seluruh bekas air mata dan kepedihan itu...
***
Selly memutuskan untuk pergi bekerja meskipun dia merasa belum sehat benar. Ketika turun dari angkot dan kemudian memasuki lobby perusahaan, seorang satpam menyapanya.
"Nona Selly." satpam itu tersenyum ramah, "Bagaimana malam yang dulu itu?, apakah akhirnya tuan Gabriel menemukan anda? Sungguh hujan badai yang mengerikan waktu itu ya."
Selly termenung dan mengernyit, dia menatap Satpam itu dan menyadari bahwa ini adalah satpam yang sama yang menyapanya ketika dia menunggui Rolan datang menjemputnya di sore yang berhujan deras waktu itu. Dan apa kata Satpam itu tadi?
"Tuan Gabriel?" Selly menyuarakan kebingungannya? apa hubungannya Gabriel dengan dia di malam itu? bukankah Gabriel sudah pulang jauh sebelumnya?
"Ya. Tuan Gabriel." Satpam itu sepertinya tidak menyadari kebingungan Selly, "Ketika anda memutuskan untuk menembus hujan badai itu. Tuan Gabriel muncul dari dalam, sepertinya dia belum pulang... kemudian dia menanyakan anda, saya bilang anda baru saja keluar menembus hujan... lalu tuan Gabriel mengatakan bahwa dia akan menyusul anda, saya pikir anda akhirnya...."
Tidak... dia tidak bertemu Gabriel.... benar bukan? Kalau dia bertemu Gabriel dia pasti ingat. Ingatan terakhirnya adalah kehilangan kesadarannya ditengah hujan deras di pinggir jalan, berpikir dia akan terbaring saja di sana celaka tanpa ada orang yang menolongnya.
Tetapi kenapa satpam itu mengatakan seperti itu?
Selly mencoba hanya menganggukkan kepalanya dan menatap satpam yang masih tersenyum lebar itu, lalu dia bergegas berlalu, dipenuhi kebingungan dalam benaknya.
***
"Sayang." Rolan bergumam ketika Selly mengangkat teleponnya, saat itu dia sedang berada di lift menuju ke atas ke ruangannya.
"Ya Rolan?" Selly menyahut, berusaha menyembunyikan rasa sedih di hatinya. "Bagaimana keadaan Sabrina?"
"Dia baik-baik saja. cuma semalam dia menangis ketika aku hendak meninggalkannya, membuatku serba salah, maafkan aku....sekarang dia tertidur, jadi aku bisa meneleponmu."
Kenapa sekarang seolah-olah posisinya dan Sabrina dibalik? Selly bertanya dalam hatinya. Kenapa sekarang seolah-olah Sabrina yang memiliki Rolan dan Selly yang harus menunggu Rolan mencuri waktu bersamanya?
"Apakah... apakah kau akan menemuiku nanti sore?" Selly memberanikan diri bertanya, suaranya terdengar bergetar, tetapi dia berhasil menyamarkannya.
"Aku tidak bisa berjanji, tapi aku akan mengusahakannya. Kau pasti tahu bahwa bersamamu adalah apa yang paling kuinginkan, Selly. Sabar ya?"
Tiba-tiba saja kata-kata Rolan menyejukkan hati Selly..... Bersamamu adalah apa yang paling kuinginkan.... mungkin Selly harus selalu percaya kepada Rolan dan melupakan kata-kata Sabrina kemarin,
"Aku akan bersabar, hubungi aku lagi ya nanti?"
"Pasti sayang, aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu Rolan."
Dan kemudian percakapan mereka berakhir, membuat Selly merasakan perasaan kosong yang menyayat di hatinya. Tetapi Selly menjadi yakin bahwa dia seharusnya mempercayai Rolan, mempercayai cinta mereka. Apa yang dikatakan Sabrina kemarin mungkin hanyalah bentuk keputusasaan seorang perempuan yang sakit dan kesepian... Seharusnya Selly tidak meragukan Rolan. Cinta Selly begitu dalam kepada Rolan, dan dia yakin, Rolanpun demikian adanya kepadanya.
***
Ketika dia memasuki ruangan, Selly hampir bertabrakan dengan Gabriel yang hendak menuju keluar, dia hampir jatuh terbentur tubuh kokoh Gabriel, untunglah lelaki itu kemudian menahannya dengan kedua tangannya di pundak Selly.
"Kau sudah masuk kerja? apakah kondisimu sudah membaik?" Gabriel langsung bertanya, menatap Selly dengan tatapan tajamnya.
Selly mengangguk, merasa gugup ditatap setajam itu, "Saya... sudah baikan Sir."
Lalu dengan tidak disangka, Gabriel mengangkat jemarinya, dan menempelkan telapak tangannya di dahi Selly.
"Oke. Demammu sudah turun rupanya." Lelaki itu melangkah mundur, dan kemudian berjalan ke samping Selly, keluar dari pintu itu. "Jangan memaksakan diri." gumamnya sebelum melangkah pergi, meninggalkan Selly yang masih termenung di ambang pintu.
Selly termenung bukan karena kata-kata Gabriel. Tetapi lebih karena sentuhannya....
Kenapa sentuhan telapak tangan Gabriel di dahinya itu terasa begitu familiar?
Bersambung ke Part 17
janji yah mba san ;)
BalasHapusmksh mba san ^^
siaaap nanti aku bangun pagi heee :D
HapusHuaaaa.... Tanggung Mba San...
BalasHapusKerennn abisss
Aku bacana sampe nahan napas lho...
Makasih Mba Santhy *peluk*
ditunggu mbak san :) selamat tidur jangan lupa isa jangan tinggal sebelum tidur ^^
BalasHapusMksih ya mbak santhy.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusgabriel.... love you.....
BalasHapusSelly saber ya...sama gabrielaja... dia nggak bakalan nyakitin kamu...heheheh
Wah tuh kan, aku makin cinta deh sama Gabriel. Selly ini terlalu baik hati, dan Rolan gak pantas dibaikin terus. Hmm semoga Selly sadar kalo yg nolong dia itu Gabriel hihi
BalasHapusMakasih Mba San udh sempetin ngepost, selamat beristirahat hehe :)
Makasih mb santhy udah posting lgi ..
BalasHapusAaa seneng banget deh ini next ...
#salamin buat gabriel sama daniel y mb ...
(:)
Mbak san... hwaa shabrina knp gk mati ajah sih? Rolanjuga knp g2? Hiks kasian Selly... T.T
BalasHapustp makasih udh di post mbak san...
RESE SI SABRINA!!!!AISH!!!!SEBEL SAMA ROLAND SAYA!!!!HUH!!
BalasHapusRolan Jahat Bgt sih
BalasHapusBerkali-kali ngelanggar janji gegara sabrina
untung ada gabriel...
Semangat trs bwt mbak San :D
SABRINAAAAAA.... KAMU TUCH BENER BENER Y......
BalasHapusMet bubu mba santhy... dtunggu ETC nya y..... ^^
Selly jangan pikirkan Sabrina, oke?
BalasHapus*serasa berdiri di depan Selly hahaa .___.
Cukup Rolan aja, jangan Gabriel yaaa :D
Omg sabrina bikin org kesel. Selly jgn marah sm rolan ya. Huhu maunya selly sm rolan.
BalasHapuskyaknya aku mkin benci ama sabrina.. mbak Santhy emang jagonya bkin crita yg buat emosi naik trun kya jet coaster.. (^○^)
BalasHapusgood nice a dream, mbak san..☆ミ☆ミ☆ミ
dasar sabrina asam, hufff masi menebak akhirnya.
BalasHapusbagaimana bisa Rolan lebih mementingkan sabrina dibandingkan pacanya sendiri ? benar juga kata gabriel, menguji cinta Rolan.
teman reader mampir ke blog aku ya, hol me tigh 5 klik link ini"
http://siecezyerna.blogspot.com/2013/07/hold-me-tight-part-5.html
tanks mba san and all
Gabriel sebentar lagi bisa memiliki selly ♥(>̯┌┐<)• ,,rolan tinggal nyeselnya
BalasHapushuaaaa, rolan kenapa makin nyebelin kesininya sih?
BalasHapusjadi bingungkan mau milih rolan atau gabriel, huh ._.
thank you mba san, tengah malem jadi ada bacaan deh .hihi
Lagi galau, baca novel ini...
BalasHapusJadi semakin nyesek rasanya ...
Tapi keren abis....
Thks m San , d tunggu postingan berikutnya....
emoseeeeh...liat kelabilan rolan. mksih mbak uda posting...ditunggu mas jasonnya ĦăªĦăĦăĦăª
BalasHapusRolan gk bisa baca pikiran sabrina gegara sabrina cinta sejatinya dan itu juga berlaku sama Gabriel dan Selly.. Ya gk mba?? *sok tau kumat*
BalasHapusMakasih mba san..
Jangan please, rolan harus sma selly !!
BalasHapusSabrina nyebelin ihh !! >.<
Sama kayak MH mba, waktu sakit cinta eh udah sehat lupa diri malah bentar lagi dibuang tuh si Selly
BalasHapusmakasih yo mba san,
waw ! semoga selly cepat menyadarinya . sabrina jahat gtu yah masa minta rolan ke selly - sakit hati sekali selly .
BalasHapuslanjut ya mba santh.
keep spirit n keep healthy !
hehe :*
Scene terakhir bikin bahagia! Semoga Selly sadar kalo Gabriel yang nolongin dia...
BalasHapusRolan, sekali lagi masih bikin Selly sedih. Aku doain situ kehilangan Selly. Liatin aja! Ada Gabriel huuuuu...
sip,fix absolutely fix. Rolan bangzadhhhhhh:(
BalasHapusGgrrrrr kesel baanget ama roland
BalasHapusGa punya otak, kasian selly :-(
Ayo selly, sadarlah gabriel yg menyelamatkanmu....
Makasih mn san :-)
Nyeesss banget selly :'(
BalasHapusini cerita favoritku, tengkyu mba sant ccupp
Selly ma si gabriel... orgx fokus... jgn nengok2 rolan si plin-plan giiiii...
BalasHapushahaha
BalasHapusdi komen, trjadi pertempuran antara fans rolan dan fans gabriel,
makasi mba san udah posting :)
ihhhh sebelll bget sama si sabrina ... ckck
BalasHapusrolan juga gak sadar" ... kasian si selly .. pdhal gw sneng ama kisah selly n rolan tp berhubung rolan begitu .. bkin nyesekkkk udah lah si selly ama gabriel aja.. ntr klo gabriel dah ddket selly pasti dy brubah baik
Sabrina menganggukkan kepalanya, matanya tampak sedih, "Ya... tubuhku melemah akhir-akhir ini." Tatapannya menerawang, seolah memikirkan seseorang, tetapi kemudian ketika dia menatap Sabrina (( seharusnya Selly ya mb hihi)) dan Rolan, perempuan itu tampak mencoba tersenyum, "Tetapi tidak apa-apa, aku senang karena kalian menengokku, terimakasih ya...."
BalasHapusKenapa sih Sabrina jadi perempuan gitu banget ...
Rolan juga gitu jadi cowok *gregetttt*
Ehhh uda si Rolan & Gabriel jangan kasih darah ke Sabrina biar aja dead dia ...
Thanks mb postingannya :)
sedih bacanya,,,smp menetes airmatanya,,rolan kok kejam banget ya,,, pede banget lg klo selly gak bakal perpaling ke gabriel
BalasHapusmatur thanx u mb santy uda di update..
BalasHapusSabrinaaaaa....kau menyebalkan....
BalasHapusRolan sama Sabrina aja wis.. Lepaskan Selly, Rolan. Km udah terlalu sering menyakiti hati Selly.
BalasHapusSemoga Selly tahu klo yang menolongnya itu Gabe, bukan Rolan.
Mbak San, bukakan hati Selly utk Gabe. Supaya Gabe punya kesempatan utk bertobat dan jadi orang baik demi Selly.
Sakit hati inieee..
BalasHapusThankies mbak san2..
oh selly, kondisi kita hampir sama skrg ini, bukan karena ada sang pangeran seperti gabriel yg slalu disamping #maunya sih, tp pada deman dan flu yg menyerang #kasian deh gw... Oh gabriel aku juga butuh elusan tanganmu dong.. #plak dogorok selly...
BalasHapusYa ampun. Knapa selly begitup sabar ya... Padahal jelas roaln lebih milih nemenin sabrina ketimbang nganterin dia pulang... Huh rolan nyebelin... Mbk san, ini nanggung.. Ayo dilanjut... Thnks mbk
Sabrina pinter banget siiii....
BalasHapusBagus lch klo Rolan terpikat ama adeknya Gabriel, soalnya q lebih rela klo Selly ama Gabriel dari pada sama Rolan cowok yang g' punya pendirian.....
Ak bnci Sabrinaaaaa!!!
BalasHapusDia licik bgt!!!>=o
Ak jga bnci Rolan! Lemah! Ga brpndirian kuat pda prasaanny! Ckck
Udhlah.. Lpaskn Rolan, Selly.. Kmu sma Gabriel aj.. Dijamin psti aman n sllu diperhatikan..
Spertiny, Gabriel adlah cinta sejati Selly..
Mkasih mbak..:*
aku benci sabrina! kurang ajar bgt!! padahal kan dia bisa minta darah gabriel trus menjauh dari kehidupan rolan!! rolan juga polos kali!! masa ceweknya gak diperhatiin, ntar selly pergi baru nangis!!
BalasHapusselly sama gabriel aja dehh :*
Sally kenalilah sentuhan Gibrel, sabrena engga punya hati ngomong seperti itu
BalasHapussally sama gabriel aja yah,,,
BalasHapusrolan payah deh ga sensitif banget sih sama selly,,malah milih sabrina hhhufftth,,,
hu... hu mba san, badanku nyampe dingin baca part ini. Rolan nyebelin !!!!!
BalasHapusaq sih g msalah mau siapa yg dapat seli..
BalasHapusyang ptg gabriel nggak terlalu mengejar egonya buat menangin kegelapan...