Selasa, 28 Mei 2013

Another 5% Part 2

PS : Untuk Mendy Jane yang besok akan berulang tahun, kuberikan requestmu lebih cepat hee semoga besok ada lagi hadiah susulan untukmu *peluk*
 
 

 
 
 
Rolan menoleh dan melihat Shelly yang memandangnya dengan terkejut di pintu. Wajah Selly pucat pasi, perempuan itu benar-benar cemas. Selly segera meletakkan jeruknya di meja terdekat dan menghambur menghampiri Rolan,
 
"Rolan! Astaga! Kau bisa berdiri?" jemarinya menyentuh lengan Rolan, mencoba menopangnya. Tetapi entah kenapa lengan Rolan yang biasanya kuyu dan rapuh kini terasa begitu kuat dan kokoh. Selly mengerutkan keningnya. Dia mendongak dan menatap wajah Rolan, lelaki ini terasa berbeda. Bahkan pancaran wajahnyapun berbeda. Rolan sama sekali tidak tampak seperti orang sakit. Yah sebelumnya Selly maklum karena pengobatan terus menerus telah mempengaruhi kondisi Rolan, kulitnya menjadi kuyu dan kering, rambutnyapun menipis. Tetapi sekarang, lelaki di depannya ini tampak seperti Rolan yang dulu, Rolan sebelum sakitnya semakin parah.

Rolan tersenyum lembut, menatap Selly, kemudian meraih jemari mungil perempuan itu dan mengecupnya,
 
"Jangan kuatirkan aku sayang, aku sudah sembuh."
 
Sudah sembuh? Bagaimana mungkin? Selly menatap Rolan bingung, tetapi kemudian bergumam tegas,
 
"Aku tidak tahu apa yang terjadi kepadamu Rolan, tetapi baiknya kau tidur demi kesehatanmu. Jangan mencoba berdiri sendiri lagi tanpa pengawasan suster atau aku, mengerti?"
 
Rolan hanya terkekeh, tampak geli melihat sikap tegas Selly. Tetapi dia tidak membantah. Tubuhnya terasa ringan dan kuat, sama sekali tidak ada rasa sakit, sama sekali tidak ada rasa nyeri. Pendengarannya sempurna, pengelihatannya luar biasa tajam, seluruh inderanya seakan-akan dilahirkan kembali, dengan kualitas yang beratus-ratus kali lebih baik.
 
"Oke-oke." Rolan setengah melompat menaiki ranjangnya, membuat Selly memekik kaget, dia kemudian berbaring masih tersenyum lebar, tidak mempedulikan tatapan cemas Selly,
 
"Jangan cemberut lagi dong. Aku sudah berbaring bukan?"
 
Lama Selly menatap Rolan dengan pandangan bingung bercampur tanda tanya. Tetapi perempuan itu kemudian menghela napas panjang dan mendesah. Seharusnya dia tidak boleh protes kalau Rolan tampak sehat dan seceria ini, seharusnya dia bersyukur atas kesempatan ini. Mungkin efek obatnya pada akhirnya berfungsi baik pada Rolan sehingga bisa mengurangi rasa sakitnya.
 
Selly menatap wajah Rolan yang tersenyum lebar menatapnya dan hatinya dipenuhi rasa syukur, diserapnya senyum itu dan disimpannya dalam ingatannya yang terdalam. Dia akan membutuhkan semua kenangan manis itu nanti, ketika yang terburuk yang paling ditakutkannya terjadi. Tetapi tentu saja Selly tidak akan memikirkannya dulu. Sekarang, di saat yang terbaik ini, dimana Rolan tampak begitu sehat dan ceria, Selly akan berbahagia bersamanya,
 
Sementara itu Rolan mengamati seluruh perubahan ekspresi Selly dengan seksama. Dia tahu, Selly pasti sedang kebingungan. Tetapi tentu saja Rolan tidak akan bisa menjelaskan semuanya kepada Selly bukan? Selly pasti tidak akan percaya kalau dia bercerita tentang pertemuannya dengan lelaki tua itu, dan kemudian kemungkinan fungsi otaknya diaktifkan sampai 95% yang membuat tubuhnya bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Dia belum punya bukti medis karena hasil labnya belum keluar, jadi kemungkinan besar Selly akan menuduhnya berhalusinasi. Nanti, mungkin setelah hasil lab-nya keluar, Rolan mungkin bisa menjelaskan semuanya kepada Selly.
 
Senyumnya melebar, lalu mengambil lagi kantong jeruk di tangannya, dia melangkah mendekati ranjang Rolan dan duduk di samping ranjang,
 
"Aku membawakan jeruk." gumamnya dalam senyum lembutnya yang biasa. Senyum lembutnya yang bisa meneduhkan hati Rolan seketika.
 
"Aku mau." Rolan berbisik serak. Mengamati wajah Selly dengan penuh cinta. Ah. Betapa rasa cintanya kepada perempuan ini sama kuatnya seperti ketika dia menyadari perasaannya. Selama ini dia tumbuh bersama Selly, meskipun Selly adalah anak pelayan di rumahnya, tetapi  mereka dekat dan Rolan selalu menganggap Selly adik kesayangannya, melindungi dan menyayanginya sepenuh hati. Dan kemudian ketika mereka dewasa, Rolan menyadari bahwa Selly sudah mengambil hatinya dan tak bisa diminta kembali. Cintanya kepada Selly begitu besar, apalagi setelah Selly menunjukkan betapa besar cinta dan setianya, menjaga dan merawat Rolan bahkan di kondisi sakitnya yang paling buruk sekalipun.
 
Selly menundukkan kepalanya dan mengupas jeruk itu, dan Rolan tidak bisa menahan dirinya untuk mengulurkan jemarinya, menyentuh dagu Selly dan mendongakkannya,
 
"Terimakasih karena telah mendampingiku sampai sejauh ini." Suara Rolan serak menahan perasaan, "Aku mencintaimu, Selly dan jika Tuhan memberiku kesempatan, akan kulakukan apapun untuk membahagiakanmu."
 
Mata Selly sendiri berkaca-kaca mendengar kalimat Rolan yang diucapkan dengan sepenuh hati itu. Sebutir air mata menetes di pipinya ketika dia berkata,
 
"Aku juga mencintaimu Rolan. Sungguh-sunguh, sepenuh hatiku." gumamnya dengan bibir bergetar.
 
Jemari Rolan lalu meraih kepala Selly mendekat, dan bibir mereka bertemu, berpadu dengan penuh cinta di ruangan rumah sakit yang sunyi dan bernuansa putih.
 
***
 
"Aku sudah menemukannya." Gabriel duduk di ruang kerjanya, menatap tajam ke arah pelayan pribadinya yang setia. "Karena dia sudah memberikan kekuatannya kepada Rolan, dia tidak punya pelindung lagi. Dan dia tidak bisa sembunyi lebih lama dariku."
 
Carlos berdiri di sana, menatap gugup kepada tuannya yang dingin dan kejam, "Bukankah menurut aturan semesta, kita tidak bisa mengejar mantan pemegang kekuatan? Karena orang itu sudah tidak punya kekuatan lagi untuk melindungi diri dari anda. Sudah berabad-abad aturan itu dipegang oleh para pemegang kekuatan. Mereka tidak boleh membunuh siapapun yang sudah menyerahkan kekuatannya."
 
Mata Gabriel tampak dingin dan tajam, "Apakah kau ingin mengguruiku? Apakah kau pikir aku tidak tahu semua aturan bodoh tentang alam semesta itu? Ya. Aku tahu bahwa aku dilarang mengejar mantan pemegang kekuatan karena dia sekarang sudah menjadi manusia yang lemah sama seperti yang lain. Tetapi lelaki tua itu telah begitu lama  menyulitkanku dan mengganggu seluruh rencanaku, dan dia bahkan memberikan kekuatan itu kepada Rolan, seorang lelaki yang sudah mempunyai cinta sejatinya, membuatku kalah satu langkah." Mata Gabriel menyipit kejam, "Aku tahu lelaki tua itu sudah merencanakan semuanya, untuk menghancurkanku. Dia adalah duri dalam daging dan dia harus dilenyapkan." Senyum jahat muncul di bibirnya, "Dan aku akan mengunjunginya malam ini."
 
Carlos hanya menunduk dan diam, gemetar karena aura keji yang dipancarkan oleh Gabriel. Tetapi jantungnya berdebar kencang. Dia ketakutan. Dengan membunuh Matthias, lelaki tua pemegang kekuatan sebelum diserahkan kepada Rolan, maka Gabriel akan melanggar hukum semesta. Semua keseimbangan yang sudah dijaga baik-baik akan kacau. Bumi ini akan terancam.
 
Tetapi siapa pula yang berani menentang keinginan tuannya ini? Gabriel adalah manusia yang diberkahi kekuatan dasyat itu, kekuatan untuk mengaktifkan 95% dari kemampuan otaknya. Dan kalau Rolan ada di sisi putih sebagai kekuatan baik. Maka Gabriel ada di sisi hitam, sebagai penyeimbangnya. Sebagai kekuatan Jahatnya.
 
***
 
Matthias tahu, entah kenapa. Dia memang sudah kehilangan kekuatannya setelah dia menyerahkannya secara sukarela kepada Rolan. Seharusnya dia memang bisa hidup lama, orang yang memegang kekuatan itu akan memiliki umur panjang, dan kekuatan yang luar biasa.
 
Tetapi Matthias merasa lelah. Dia lelah bertarung dengan Gabriel yang begitu berambisi untuk menghancurkan dunia. Dia lelah sendirian di dunia, menua sendiri sementara orang-orang yang dicintainya tumbang satu persatu. Dia hanya ingin beristirahat, menyusul mantan isterinya yang telah lama pergi, jauh sebelum dia menerima anugerah kekuatannya itu.
 
Entah kekuatan itu bisa dinyatakan sebagai anugerah atau kutukan. Seperti pepatah yang selalu didengarnya, Kekuatan yang besar hampir pasti akan selalu disertai oleh tanggung jawab yang tak kalah besarnya.
 
Dia adalah penyeimbang mewakili terang dan kebaikan. Hanya ada satu di dunia ini. Lawannya, juga satu-satunya di dunia ini adalah penyeimbang mewakili kegelapan dan kejahatan.
 
Gabriel memang sesuai dengan kekuatannya, dia begitu kejam dan jahat, hasrat satu-satunya mungkin adalah menghancurkan dunia ini. Tetapi bagaimanapun juga pada dasarnya Gabriel memang harus ada. Karena tidak akan ada terang kalau tidak ada kegelapan, tidak ada kebaikan kalau tidak ada kejahatan.... semua harus saling menyeimbangkan.
 
Sayangnya hasrat kelam Gabriel pada akhirnya membuatnya semakin berambisi untuk menghancurkan Matthias. Gabriel rupanya tidak menginginkan keseimbangan seperti aturan yang sudah dibuat semesta untuk mengikat mereka. Dia ingin seluruh dunia dikuasai kegelapan tanpa ada terang, sehingga dia ingin melenyapkan Matthias.
 
Tetapi tentu saja dia tidak akan pernah bisa melenyapkan Matthias, di masa lalu, Gabriel berkali-kali menyerang Matthias, mencoba membunuhnya, sayangnya sudah aturan semesta bahwa mereka tidak akan bisa membunuh satu sama lain, karena kekuatan mereka sama persis. Mereka sama-sama bisa mengaktifkan kekuatan otaknya sampai 95%. Itu artinya jika yang satu menyerang, mereka akan mengeluarkan kekuatan dengan intensitas sama, dan bisa menyembuhkan diri dengan intensitas yang sama pula, yang berarti perang imbang yang kosong tanpa pemenang.
 
Rahasia dari kemenangan itu ada di cinta sejati. Cinta sejati itu adalah pasangan, yang bisa membuat sang pemegang kekuatan bisa mencintai sepenuh hati, begitu juga sebaliknya. Ya. Jikalau sang pemegang kekuatan bisa menemukan cinta sejati, dan pada titik akhirnya, sang cinta sejati bersedia mengorbankan diri, maka Sang pemegang kekuatan akan mendapatkan 5% kekuatan yang tersisa, menjadikan otaknya teraktifkan sampai 100%. Dengan keunggulan itu maka sang pemilik cinta sejati, bisa mengalahkan lawannya.
 
Sayangnya Matthias tidak pernah bisa menemukan cinta sejatinya. Jauh di dalam hatinya dia sadar bahwa cinta sejatinya sudah pergi, terkubur bersama jasad isterinya yang telah meninggal begitu lama. Sejak saat itu, meskipun Matthias berusaha, dia tahu bahwa dia menipu hatinya sendiri. Dia sudah tidak bisa mencintai lagi, yang berarti hal itu akan menutup kemungkinan bagi dirinya untuk mengalahkan Gabriel.
 
Untunglah demikian juga halnya dengan Gabriel, lelaki itu sampai sekarang masih belum bisa menemukan cinta sejatinya. Karena hatinya yang kelam dan gelap itu sepertinya tidak akan bisa mencintai. Gabriel terlalu kejam dan jahat untuk jatuh cinta. Hingga dia tidak bisa mendapatkan keunggulan yang dia mau, kesempatan untuk mendapatkan kekuatan tambahan sebesar 5% itupun tertutup untuknya.
 
Jadi begitulah yang terjadi, selama bertahun-tahun Gabriel dan Matthias bertarung tanpa bisa menemukan satupun pemenangnya. Pertarungan itu ternyata membuat Gabriel frustrasi dan dia melampiaskannya kepada manusia yang tidak berdosa. Semua bencana yang terjadi beruntun di seluruh penjuru dunia itu, angin ribut, gempa bumi, dan semua kekacauan alam yang tidak terencana, yang tidak terdeteksi dan merenggut beribu-ribu nyawa mahluk hidup, semua itu adalah hasil dari kekuatan Gabriel ketika dia marah dan memanggil angin serta gempa bumi.
 
Gabriel sangat kejam, nyawa manusia baginya sepadan dengan nyawa semut, mahluk kecil yang dianggapnya tidak berguna dan bisa dibunuh kapan saja. Dan ketika semua bencana itu semakin sering terjadi, Matthias tahu dia tidak boleh berdiam diri. Gabriel harus dihentikan.
 
Jadi Matthias lalu berkelana, mencari manusia terbaik. Manusia yang berhati suci, yang berhak menerima kekuatannya. Dan yang terpenting, manusia itu harus punya kekasih yang merupakan cinta sejatinya. Cinta sejatinya itu haruslah teguh dan kuat, dan mau berkorban pada akhirnya. Kemudian Matthias menemukan semua hal itu pada pasangan Rolan dan Selly. Dia menyerahkan kekuatannya kepada Rollan, dengan harapan nanti ketika tiba waktunya, Rollan bisa mendapatkan tambahan kekuatan 5% dari cinta sejatinya, dari Selly, dan kemudian mengalahkan Gabriel, menghentikan semua kekacauan alam yang begitu banyak memakan korban di dunia ini.
 
Semua itu memang ada konsekuensinya. Dengan menyerahkan kekuatannya, Matthias sekarang menjadi manusia lemah, manusia biasa yang tidak punya perlindungan dan kekuatan apa-apa. Tetapi hal itu tidak masalah untuknya, dia rela asalkan kejahatan Gabriel bisa dihentikan. Sekarang, setelah kehilangan kekuatannya,  seharusnya dia bisa hidup tenang, karena aturan semesta melarang Gabriel untuk membunuhnya, membunuh mantan pemegang kekuatan yang sudah lemah.
 
Tetapi dia tahu, Gabriel tidak pernah mematuhi aturan semesta. Matthias tahu Gabriel sudah ada di dalam dan menunggunya, meskipun sudah tidak punya kekuatan, tetapi dia bisa tahu aura kejam yang disebarkan oleh Gabriel dari tubuhnya. Rasanya sama seperti menjemput kematian yang sudah pasti akan menghadangnya. Tetapi Matthias tidak mau lari, dia sudah lelah.
 
Matthias membuka pintu aprtementnya dan melihat apa yang sudah diantisipasinya, Gabriel duduk di sana, dengan nyaman di kursi besarnya, dan tersenyum ketika melihat Matthias masuk.
 
"Selamat datang Matthias, maafkan aku masuk ke rumahmu tanpa permisi."
 
Matthias menatap Gabriel dengan jijik, "Sudah kuduga, kau akan melanggar aturan semesta dan mengejarku."
 
Tanggapan Gabriel atas hinaan itu hanyalah kekehan pelan, lelaki itu menatap Matthias tajam, "Tentu saja kau tidak akan mengira bahwa aku akan melepaskanmu begitu saja kan Matthias? Kau sudah menggangguku begitu lama, dan aturan semesta sama sekali tidak berpengaruh untukku. Akulah semesta itu, dan aku akan menguasai semuanya." Suaranya merendah, dia menggerakkan sedikit ujung jarinya dan dalam sekejap, tubuh Matthias rubuh, berlutut di depannya. Sebesar itulah kekuatan Gabriel, hanya dengan menggerakkan ujung jarinya, dia bisa menggerakkan semua benda sesukanya.
 
Gabriel menyilangkan kakinya dengan pongah, menatap Matthias yang terperangkap di tubuhnya sendiri, berlutut di depan Gabriel dan tak bisa bergerak,
 
"Bagaimana rasanya, Matthias? berlutut di depan musuhmu yang sangat kau benci?" lelaki itu tertawa kejam, "Pasti rasanya sangat menyakitkan."
 
Matthias mengangkat matanya meskipun lehernya terasa amat kaku dan tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan, terkunci di sana. Dia menatap Gabriel dengan penuh kebencian.
 
"Tubuhku berlutut tapi hatiku tidak. Kau akan musnah, Gabriel. Penggantiku, dia memiliki cinta sejatinya. Kau tinggal menunggu saat-saat kekalahanmu."
 
Gabriel tergelak.
 
"Penggantimu itu hanyalah pesakitan bodoh yang tidak bisa apa-apa, dan kau menyuruhnya menghadapiku?" Tawa Gabriel makin keras, "Tidak kusangka kau begitu bodoh Matthias, aku memang mungkin tidak akan bisa mendapatkan cinta sejatiku. Tetapi aku bisa membuat penggantimu kehilangan cinta sejatinya juga."
 
Mata Matthias membelalak, "Apakah kau akan mengincar perempuan tidak berdosa itu?"
 
"Semua ini kesalahanmu, Matthias. Mereka dulunya hanyalah pasangan yang berbahagia dan tak berdosa, tetapi sekarang kau telah menempatkan mereka sebagai musuhku. Aku akan menghancurkan mereka." Gabriel berdiri, tepat di depan Matthias yang masih berlutut, matanya melirik ke bawah dengan sinar yang kejam, luar biasa. "Dan sebagai penghormatan kepadamu, aku akan mencabut nyawamu dengan cepat, kau tidak akan tersakiti."
 
Dari ujung jemari Gabriel keluarlah api berwarna biru, lelaki itu mengarahkannya ke tubuh Matthias yang masih berlutut. Api biru itu menyelubungi tubuh Matthias, hanya sekejap, bahkan Matthias tidak sempat merasakan apa-apa. Dan beberapa detik kemudian, api itu mati, menyisakan tubuh Matthias yang sekarang hanya berupa buliran abu yang berserakan di lantai.
 
Gabriel melihat melihat buliran abu itu, dan tersenyum puas. Dia lalu melangkah keluar dari apartemen Matthias, kakinya menginjak abu itu, membuatnya bertebaran dan berserakan.
 
***
 
Setelah menghabiskan sore yang menyenangkan bersama Rolan, Selly melirik jam tangannya,
 
"Sudah jam delapan malam, aku harus pulang." Selly tersenyum menatap Rolan yang tiba-tiba berekspresi sedih, diraihnya jemari Rolan dan diremasnya, "Kau tahu aku sebenarnya sangat ingin tidur di sini setiap malam, menungguimu, tetapi pihak rumah sakit tidak mengizinkannya demi kebijakan kesehatan mereka. Kita seharusnya bersyukur karena ada dispensasi dari pihak rumah sakit sehingga aku bisa menginap di sini setiap akhir pekan."
 
Rolan menganggukkan kepalanya, menghapus ekspresi sedih di wajahnya, dia mengerti.
 
"Maafkan aku, aku hanya merasa tidak suka ketika harus jauh darimu." Meskipun hal ini mungkin hanya perlu ditahankannya sebentar lagi. Dia yakin ketika hasil lab sudah keluar, para dokter akan mengetahui bahwa dia sembuh total. Segera, Rolan akan keluar dari rumah sakit ini dan dia bisa memiliki waktu bersama Selly sebebas-bebasnya.
 
Selly tersenyum lembut, lalu mengecup dahi Rolan, "Jaga diri ya, aku akan kembali besok." bisiknya tak kalah lembut.
 
Ketika Selly sudah melangkah hampir di pintu, Rolan kembali memanggilnya,
 
"Selly?"
 
Selly langsung menghentikan langkahnya, "Ada apa Rolan?"
 
"Hasil pemeriksaanku tadi pagi akan keluar besok, kau mau menemaniku ketika dokter membicarakannya?" Rolan akan memastikan Selly ada di sana ketika dokter memberitahukan kesembuhannya.
 
Selly tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Tentu saja aku mau." Perempuan itu meniupkan cium jauh kepada Rolan, "Aku mencintaimu, Rolan."
 
"Aku juga mencintaimu, Selly."
 
***
 
Selly berjalan keluar dari apartemen itu dan melangkah ke ujung jalan yang sama untuk mencari angkutan. Beberapa lama dia berdiri di sana, dan tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya, tanpa peringatan menimpanya begitu saja. Selly mendesah kesal karena bajunya langsung basah, dan dia berlari-lari kecil menembus hujan, mencari tempat berteduh.
 
Ini bisa gawat. Selly mendesah dalam hatinya. Dia tidak membawa payung dan kalau tidak tidak berdiri di pinggir jalan dia tidak akan mendapatkan angkot yang berarti dia tidak bisa pulang. Kalau hujan turun begini derasnya sampai larut malam, Selly akan kesulitan menemukan kendaraan untuk pulang ke rumah.
 
Dengan bingung Selly melangkah menuju emperan toko, yang tidak jauh dari jalan raya, dia berdiri di sana sendirian, memeluk tubuhnya sendiri yang setengah basah melawan angin dingin yang menghembusnya.
 
"Apakah kau membutuhkan payung?" suara yang familiar itu terdengar di sebelahnya. Selly mendongak dan membelalakkan matanya, yang berdiri di sebelahnya adalah lelaki misterius yang ditabraknya tadi! Kenapa tadi dia tidak merasakan kedatangan laki-laki itu? sejak kapan lelaki itu berdiri di sebelahnya?
 
Lelaki itu tersenyum lembut, dan mengulurkan payung besar berwarna hitam, "Kau bisa memakai payungku."
 
Mata Selly melirik ke arah payung yang diulurkan kepadanya, kemudian beralih lagi menatap wajah Gabriel yang luar biasa tampan, dia bingung.
 
"Eh... tapi nanti anda tidak akan punya payung."
 
Senyum lelaki itu melebar, "Mobilku akan datang sebentar lagi menjemputku, dan aku tidak butuh payung. Aku senang bisa menolongmu, terimalah payung ini." Jemarinya terulur lagi mendekatkan payung itu kepada Selly, dan mau tak mau Selly menerimanya, matanya menatap lelaki itu penuh terimakasih.
 
"Terimakasih... terimakasih... kalau ada lain kesempatan saya akan mengembalikan payung ini."
 
Lelaki itu tersenyum, "Aku yakin akan ada lain kesempatan" lelaki itu mengulurkan tangannya, "Namaku Gabriel."
 
Selly membalas uluran tangan itu, matanya menatap ke arah Gabriel, "Saya... Selly."
 
Gabriel menganggukkan kepalanya, "Selly, mobilku sudah datang. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan." Lelaki itu setengah membungkuk, kemudian melangkah tenang menembus hujan, masuk ke mobil hitam yang datang dan berhenti di pinggir jalan, kemudian lelaki itu memasuki mobil itu.
 
Mobil hitam legam dan besar itupun membelah hujan, meninggalkan Selly yang masih terpaku sambil memeluk payung hitam besar di tangannya.
 
Bersambung ke Part 3
 
 

14 komentar:

  1. Mkasih bgt mbak Santhy..:*
    Love u mbak..:D:*

    BalasHapus
    Balasan
    1. happy Birthday, mbak Mendy..
      Wish y'all the best in everything..
      GBU, aamiiiiiin.

      Ntar aku bikin Announcement di djie plas... :)

      Hapus
  2. owww..jangan-jangan nanti gabriel naksir selly juga? Moga aja selly bisa menyesatkan gabriel ke jalan kebenaran. Soalnya aku percaya bahwa semua manusia itu pada dasarnya baik,hehe...

    BalasHapus
  3. aduh makasih mbak san udh diposting lagi, muach muachh :* :*

    BalasHapus
  4. yiha~ aura kegelapan[?] mulai melancarkan aksinya.....selly hati2 jgn sampai dirimu tersepona..jiahaha ><

    BalasHapus
  5. Wah pastiakhirnya Selly jadi rebutan....aaaaaa ailopyu mbak Shant#kecuppipi :*

    BalasHapus
  6. Mba san sering2 posting ya #maunya
    Selalu penasaran ma lanjutannya..

    BalasHapus
  7. Sayangnya ultah q masih lama ya jadi ndak bisa request ..
    Coba ada yang ultah tiap jam pasti enak tuh dimanjain dengan karya2 mb Santhy hihi ...

    Ishhh aq ndak suka Gabriel ngapain tuh bilang2 klo ada lain kesempatan ngarep bnget ya ckck ..

    BalasHapus
  8. Wah wah ini bisa2 pertarungan jupe dan depe bangkit lagi bhahahaa~ hihi cerita yang kali ini paling beda dari yang lain thanks yaa mbak saaan~

    BalasHapus
  9. Duuhhh..... sungguh kejam Gabriel ini ugh.....>_<.......
    Please, jangan bawa Selly masuk perangkap Gabriel, nyawana bisa dlm bahaya.....
    Makasih Mba San ^_^

    BalasHapus
  10. karakter gabriel mantap. bener-bener menakutkan.

    BalasHapus
  11. Huhuuhh.. telat bacanya.. T.T mba san aku suka selly ama gabriel.. abiz liat foto gabriel hatiku lsg jatuh cinta.. thanks mba san...

    BalasHapus
  12. baru ngerti ceritanya pas di part ini..
    Astaga apa gabriel yg akan menang?
    Penasaran... Next baca lagi ah...

    BalasHapus