Kalimat-kalimatmu seindah hujan di pagi hari, sehalus ungkapan hati yang tak bertepi.
Dan hatiku
hanyalah setetes embun sisa hujan di malam hari, menggayutkan mimpi bisu,
menunggu matahari mengeringkannya.
Hanya.....Ragaku sendiri
bukan raga yang sama, dan cintaku sendiri bukan cinta yang mudah.
Akankah aku bisa
membuatmu bertahan.
Atau haruskah aku
memendam perih lagi,
Menatap punggungmu
yang berlalu dan kemudian pergi?
“Mungkin saya akan menjelaskan tentang orangtuamu sebelumnya, Diandra.” Ibu Dewi tersenyum lembut, meminta Diandra untuk bersabar, “Saya harap itu bisa membantumu menerima semuanya nanti.”
Diandra hanya bisa
menganggukkan kepalanya menunggu, meskipun hatinya penasaran setengah mati.
“Tidak seperti anak-anak
lain kebanyakan di sini, sebenarnya kau cukup beruntung. Sebagian besar yang
ada di sini merupakan anak buangan, tidak bisa melacak asal usulnya lagi,
benar-benar tidak bisa menemukan asalnya. Tetapi aku bisa memastikan
asal-usulmu.” Ibu Dewi melanjutkan, “Orangtuamu sebenarnya sangat menyayangimu, mereka memang tidak kaya tetapi mereka
berusaha mencukupimu, itulah yang kutangkap dari petugas dinas sosial ketika
mengantarkan bayimu kemari, sayangnya umur mereka tidak panjang dan mereka
tidak punya sanak keluarga, sama-sama sebatang kara. Karena kejadian itu, para tetangga
menemui dinas sosial dan diputuskan untuk menitipkanmu di sini. ”
“Orang tua saya sudah
meninggal?” Diandra merasakan dadanya ditonjok keras-keras. Meskipun sudah
menduga hal ini sebagai kenyataan yang paling buruk, tetap saja informasi ini menghentak
batinnya.
“Ya Diandra, maafkan saya
harus menceritakan kenyataan ini kepadamu. Tetapi setidaknya kau bisa merunut
asal-usulmu, kau bukan anak buangan yang tidak jelas siapa asal usulnya. Mereka
mengalami kecelakaan dan meninggal, saat itu usiamu tiga bulan, dan kau selamat
dari kecelakaan itu.”
Ibu Dewi lalu berdiri, dan
melangkah ke laci besi besar yang ada di sudut ruangan,
“Sebentar, sepertinya arsip
lamapun masih tersimpan dengan rapi di sini.” Perempuan setengah baya itu
tersenyum, “Saya selalu menjaga setiap arsip sebaik mungkin supaya ketika ada
yang datang dan bertanya saya bisa membantu.”
Diandra dan Axel saling
bertukar pandang, Axel yang mengetahui kesedihan yang menohok hati Diandra
mengulurkan jemarinya dan meremas jemari Diandra dengan lembut, Diandra
mendongakkan kepalanya dan menatap Axel, lalu tersenyum.
Meskipun pahit, Diandra
bersyukur ada Axel yang mendampingi dan menopangnya di sini.
Memerlukan beberapa menit
untuk mencari arsip lama itu, sampai kemudian Ibu Dewi mengeluarkan sebuah map
yang berwarna biru dan membawanya ke meja.
“Ini arsip tentangmu
Diandra, di sana ada foto dan nama orang tua kandungmu.”
Jemari Diandra bergetar
ketika menerima map itu, dan kemudian dia membukanya. Matanya terpaku pada copy
akte kelahiran lamanya, yang kertasnya sudah menguning dimakan usia.
Namanya Diandra, sama
seperti namanya sekarang, rupanya orangtuanya... orangtua angkatnya memutuskan
untuk tidak mengganti namanya.
Kemudian matanya menatap
foto itu, foto yang tak kalah tuanya.... di sana ada ibu kandungnya yang sedang
menggendongnya dalam senyuman, juga ayahnya yang merangkul ibunya.....
Kemudian Diandra mengernyit,
di dalam foto itu, ayahnya merangkul anak lain.
Diandra mengangkat matanya
dan menatap ke arah Ibu Dewi dengan berlumur pertanyaan.
Ibu Dewi juga menatap foto
itu, lalu menghela napas panjang,
“Ya Diandra, kabar yang
waktu itu membuatku menghubungi orangtuamu, kabar itu menyangkut kakakmu. Kau
mempunyai seorang kakak, anak di dalam
foto itu adalah kakakmu.”
Wajah Diandra langsung pucat
pasi dan kebingungan. Axel meremas tangannya lembut, dan jemari Diandra yang
menatap foto itu makin bergetar.
Dia... punya seorang kakak?
***
“Nana?” Reno memanggil
dengan lembut, berusaha mengetuk pintu itu dengan pelan. Dia sudah memencet bel
yang ada di samping pintu, tetapi tetap saja tidak ada jawaban.
Suasana tetap hening,
membuat Reno bertanya-tanya dalam hatinya, apakah jangan-jangan Nana tidak ada
di sini? Kalau Nana tidak ada di sini,
kemana lagikah Reno harus mencari Nana?
Lalu gerakan itu terdengar,
suara langkah kaki yang lemah mendekati pintu. Harapan Reno langsung melambung
tinggi.
“Nana, itukah kau sayang?”
Hening yang lama, kemudian
suara Nana yang lemah menyahut dari dalam,
“Aku belum ingin berbicara
denganmu, Reno.”
Reno menghela napas panjang,
tahu pasti bahwa Nana akan sangat marah kepadanya,
“Nana... bagaimanapun juga
kita harus berbicara.” Reno mendekatkan dirinya di depan pintu, “Izinkan aku
masuk dan kita akan berbicara.”
“Tidak.” Nana menyahut
tegas, dan tiba-tiba saja hati Reno terasa sakit. Apakah Nana tidak
memperbolehkannya masuk karena marah akan kebohongannya, ataukah karena Nana
tidak ingin kehadirannnya menodai kenangannya bersama Rangga?
“Kita harus bicara Nana,
semarah apapun kau kepadaku, kau harus menghadapinya. Aku memang bersalah
karena tidak menjelaskan semuanya kepadamu sebelumnya. Buka pintunya untukku
Nana, aku mohon.”
Lama sekali tidak ada
jawaban hingga Reno memutuskan untuk menyerah dan berbalik pergi, menerima
kenyataan bahwa Nana mungkin belum siap untuk bicara kepadanya.
Setidaknya dia cukup lega
mengetahui Nana berada di mana, dan bahwa kondisi Nana baik-baik saja....
Detik yang sama, ketika Reno
memutuskan untuk pergi, terdengar suara handel pintu dibuka. Reno menunggu
dengan penuh harap, dan pintu itupun akhirnya terbuka.
Nana berdiri di sana,
menatapnya dengan mata sembab. Perempuan itu pasti sudah menangis begitu
kuatnya. Tiba-tiba saja hati Reno terasa mencelos, perih. Dialah yang telah
menyebabkan Nana menangis sampai seperti ini.
“Boleh aku masuk?” Tiba-tiba
saja jantung Reno berdebar, mengantisipasi jawaban Nana.
Sebagai jawaban, Nana
memundurkan tubuhnya dan memberikan kesempatan kepada Reno untuk masuk,
Reno melangkah memasuki
ruangan itu, matanya mengitari seluruh ruangan. Udaranya masih terasa pengap,
mungkin karena sudah sejak lama ruangan ini tidak dibuka. Tetapi Nana
sepertinya sudah membuka tirai dan jendela sehingga sirkulasi udara segar sudah
masuk, dan karena di luar sedang hujan, suasananya terasa sangat khas, suasana
sendu yang kelabu.
Mata Reno melirik ke arah
sofa besar yang sepertinya sengaja diarahkan supaya menghadap ke jendela. Dan
tiba-tiba saja Reno tahu, dia tahu bahwa Nana dan Rangga sering menghabiskan
waktu dengan duduk di sana, menghitung hujan bersama-sama.
“Boleh aku duduk?”
Nana menganggukkan
kepalanya, kemudian memimpin langkah Reno menuju ke sofa lain, sofa yang
berhadapan di bagian depan ruangan khusus untuk tamu. Reno kemudian duduk dan
Nana mengambil tempat di seberangnya, membuat hati Reno sakit karena Nana
memperlakukannya seperti orang asing.
“Pertama-tama aku ingin
minta maaf Nana, maafkan aku karena menyimpan semua kebenaran ini darimu,
maafkan aku karena membohongimu dan memilih untuk tidak mengungkapkannya sejak
awal mula.....”
“Kau membohongiku.” Nana
menyela, menatap Reno dengan mata penuh tuduhan dan Reno sendiri bahkan tidak
bisa menyangkalnya, matanya menatap Nana dengan sedih,
“Memang, aku berbohong
kepadamu, tetapi Nana, menurutmu apa yang harus kulakukan? Mana mungkin aku
mendatangimu dan kemudian mengatakan, ‘Hai aku Reno, kau tahu tidak, aku
menerima transplatasi jantung, dan coba tebak, jantung yang kuterima adalah
jantung kekasihmu yang sudah meninggal.’ Tidak mungkin aku berkata begitu
bukan?” Reno mengernyit, ekspresi wajahnya tampak kesakitan.
Nana tertegun, berusaha
menelaah seluruh kata-kata Reno dan kemudian, mau tak mau dia menyadari
kebenaran kalimat Reno. Tetapi bukankah setelah pertemuan mereka, dan kedekatan
mereka kemudian, ada banyak sekali kesempatan bagi Reno untuk mengungkapkan
kebenaran itu? bahkan Nana mengajak Reno ke makam Rangga bukan? Itu sebenarnya
adalah momen yang tepat bagi Reno untuk bercerita.
“Aku tahu, kau pasti
berpikir kenapa aku tidak mengungkapkannya lebih cepat, bahkan di saat kita
begitu dekat dan bersama-sama.” Reno meremas rambutnya dengan frustrasi, “Aku
bingung.”
Nana menatap Reno, dan
kemudian mau tak mau matanya melirik ke arah dada kiri Reno.... menyadari bahwa
di dalam situ ada jantung Rangga yang sedang berdetak di sana...
Oh Tuhan, kenapa kisah
cintanya bisa sepelik ini?
Reno melirik ke arah Nana
kemudian tersenyum pahit, jemarinya meraba dada kirinya, menghela napas
panjang,
“Aku benar-benar
kebingungan. Aku takut kalau aku mengungkapkan semuanya, kau akan bereaksi
seperti ini, menjauh dariku dan pergi. Pada akhirnya aku memilih bersikap
pengecut dengan tidak memberitahumu, mengulur-ngulur waktu dan berusaha
menikmati kebersamaan kita, aku salah, maafkan aku.”
“Pengetahuan ini mengubah
segalanya.” Ekspresi Nana tampak tegas, “Membuatku menyadari bahwa mungkin saja
yang kucintai bukan dirimu, tapi Rangga. Aku mencintaimu karena melihat Rangga
di dalam dirimu.”
Wajah Reno tampak pucat pasi
ketika mendengar kata-kata Nana. Tentu saja. Kemungkinan itu selalu terlintas
di benaknya, membuatnya selalu bertanya-tanya, menebak-nebak apakah Nana
mencintainya, ataukah Nana mencintainya hanya karena jantung ini ada di dalam
tubuhnya? Tetapi pada akhirnya Reno menyerah pada perasaannya,
“Aku tidak peduli. Satu hal
yang harus kau tahu pasti, aku tidak peduli Nana. Jantungku ini meneriakkan
namamu, tetapi bukan hanya itu, jiwaku ini, pikiranku ini, semuanya hanya
berisi tentangmu, mungkin dulu aku tertarik kepadamu karena jantung ini, tetapi
kau harus tahu, bahwa kemudian, ketika aku mengenalmu, semakin dalam dan
semakin dekat, aku benar-benar mencintaimu, bukan hanya jantungku tetapi
seluruh diriku, jiwa dan ragaku. Dan kalau kemudian kau hanya mencintai jantung
ini, bagiku itu cukup. Cintaku kepadamu terlalu besar, cukup untuk
menanggungkannya.”
Reno menatap Nana, berusaha
membaca ekspresi Nana, tetapi perempuan itu hanya memasang ekspresi kosong. Dia
kemudian melanjutkan.
“Kau tahu, aku sering
berpikir, kalau kisah tentangku ini ditulis dalam bentuk buku, aku yakin bahwa
aku akan dipandang sebagai tokoh antagonis, sebagai sosok yang dihujat semua
orang... karena sikapku yang egois, meninggalkan tunanganku begitu saja,
tunangan yang begitu setia dan tidak salah apa-apa.” Reno menghela napas
panjang, “... aku tahu bahwa apa yang kulakukan memang tampaknya tidak bisa
dijelaskan oleh nalar bagi kebanyakan orang... terlalu pelik, yang terlihat
hanyalah keegoisanku, melukai hati orang lain hanya untuk mendapatkan yang
kuinginkan.” Lelaki itu menyandarkan tubuhnya di sofa dan tampak pasrah,
“Tetapi beginilah aku, inilah aku apa adanya, Reno yang jahat dan egois, Reno
yang tak punya hati, meninggalkan tunangannya, menyakitinya sedemikian rupa
tanpa alasan logis, hanya untuk mengejar perempuan yang didebarkan oleh
jantungnya. Beginilah diriku Nana... entah kau menerimanya atau tidak. Aku Reno
dan ada jantung Rangga di dalam tubuhku dan yang paling penting, aku
mencintaimu.”
Nana tertegun mendengar
ungkapan perasaan Reno itu, dia merasakan dadanya sesak, air matanya yang
memaksa mengalir, membuat matanya terasa panas. Tetapi kemudian Nana menggelengkan
kepalanya,
“Tetap saja semua ini tidak
adil untukmu Reno. Semula aku berpikir bahwa aku bisa beranjak dari Rangga dan
kemudian membuka hati untukmu, tetapi ternyata aku salah. Aku kembali lagi
kepada Rangga, aku ternyata tidak pernah beranjak darinya, dan aku tak akan
membiarkanmu merelakan diri sebagai pengganti Rangga.” Nana menghela napas
panjang, sebutir bening mengalir dari sudut matanya, ke pipinya, “Pergilah Reno
jalani kehidupanmu sendiri, kau memang membawa jantung Rangga tetapi kau bukan
Rangga, kau adalah Reno. Kau harus bisa memisahkan kenangan lama dan kenangan
baru. Aku yakin Reno memiliki cinta sejati yang ada di hatinya, dan aku yakin,
jantung Rangga akan bisa mengikuti hati Reno dan kemudian menjadi jantung
Reno.”
Wajah Reno makin pucat dan
ekspresinya tampak kesakitan, seolah-olah Nana telah menorehkan garam di
lukanya yang menganga,
“Aku pikir kau mengerti....
aku pikir kau yang paling mengerti...” senyum Reno tampak miris, menahankan
kepedihannya, “Ternyata kau sama saja seperti yang lain, kau tidak mengerti
atau mungkin kau tidak mau mengerti.” Reno tertawa pahit, dan kemudian beranjak
berdiri, “Kurasa aku sendiri sudah tidak tahu lagi harus bagaimana, kurasa aku
memang ditakdirkan hanya untuk menyakiti orang lain dan kemudian melukai diriku
sendiri. Kau akan mendapatkan yang kau mau Nana, dunia tanpa aku di dalamnya,
dan aku akan membawa jantung Rangga pergi bersamaku.”
Tanpa menunggu jawaban Nana,
Reno membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi, meninggalkan Nana dalam
keheningan yang menyesakkan dadanya.
***
Sepeninggal Reno, Nana
berpindah, duduk di sofa kesayangan itu sambil menatap tetes-tetes hujan yang
mulai reda.
Ini yang terbaik, gumamnya meyakinkan dirinya sendiri. Suatu saat
nanti Reno pasti menyadari bahwa apa yang diputuskan oleh Nana ini adalah demi
kebaikannya.
Reno berhak menemukan
perempuan yang mencintai dirinya yang sebenarnya, bukan perempuan yang bahkan
tidak tahu siapa yang dicintainya sekarang.
Meskipun entah kenapa
dadanya terasa sakit, perih dan sesak, seperti patah hati.
Nana mendesah, menyandarkan
tubuhnya di sofa....
Lalu tiba-tiba kalimat
terakhir Reno sebelum pergi terngiang di kepalanya, muncul begitu saja.
Kau akan mendapatkan yang kau mau Nana, dunia
tanpa aku di dalamnya, dan aku akan membawa jantung Rangga pergi bersamaku......
Firasat buruk langsung
menyergapnya begitu saja, membuatnya duduk tegak dengan mata membelalak,
jantungnya langsung berdebar.
Dan kemudian, dengan langkah
cepat, Nana meraih jaketnya dan berlari tergesa keluar apartemen, napasnya
terengah dan air matanya mengalir.
Reno!
Nana memanggil, dengan
seluruh kengerian yang menyelimuti benaknya.
***
Reno mengemudikan mobilnya
di jalanan yang sepi dan berliku itu, matanya basah, basah karena sakit dan
patah hati.
Jantungnya berdenyut
kencang, menyakitkannya.
Reno melirik ke arah dadanya
dan kemudian tersenyum pahit,
Kau tidak mau mati lagi bukan Rangga? Aku
sebenarnya juga. Tetapi buat apa kita bertahan kalau kita sudah tidak
diinginkan?
Tidak. Tetapi bagaimanapun
juga, seberapapun putus asa menderanya, Reno memang tidak ingin mati. Dia sudah
pernah merasakan bagaimana hidup tanpa harapan untuk bertahan, berdoa setiap
malam supaya diberikan kesempatan menjalani hidup lebih lama, lebih panjang.
Dan Reno tidak akan pernah
membuang kesempatan yang diberikan Tuhan kepadanya, dia tidak mau menjadi orang
yang tidak tahu bersyukur, dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang
diberikan Tuhan kepadanya.
Meskipun terasa sakit, Reno
akan bertahan. Meskipun jantung yang menjadi penyelamatnya ini membawanya
kepada kisah cinta yang pelik, Reno akan berjuang. Mungkin saat ini dia kalah,
tetapi bukan berarti dia menyerah.
Ketika benaknya berkelana,
tiba-tiba saja dibalik tirai hujan, muncul sesosok mahluk kecil berkaki empat,
mungkin kucing, yang tiba-tiba saja melompat ke jalan.
Reno kaget, dia membanting
stir ke samping, malangnya karena jalanan licin, bannya selip dan Reno
kehilangan kendali atas mobilnya.
Suara berdecit yang keras
terdengar, dan suara tubrukan yang menggetarkan telinga menyusul kemudian.
Bersambung ke Part 14
horeeeee ..pertama ..komen dulu baru baca ..tks mbak
BalasHapusOH MY GOD!!
BalasHapusnana jahaaat bgt sh, tuhkan renonya jd celaka garagara kepikiran trus --"
*smoga gag kejadian kaya rangga
waww.. makin excited nunggu final nya menghitung hujan..hoho
BalasHapusmba san CiR nya bakal dpost ga hari ini??hehehe ngarep
makasih mba santhy.......
BalasHapussaia tetep nunggu joshua.,
RENOOOOOO!!!!!!!!!! Omggggg!
BalasHapushuahahaha.. Baru nOngol lagi saya.. Ketinggalan Banyak cerita nih..:-D.
BalasHapusKayaknya mba santhy sedang ngebutni bikin sinopsis MH-nya.. Semangat Mba'.. Ayeee mba santhy memang pinter dah buat novel. 6jempol dah(tarik jempol hulk hehe)
Huaaaa Reno kenapa itu ... *berdoa yang terbaik*
BalasHapusYang saudaranya Diandra sapa ya yang pasti nama depannya "R" ya mb hihi
pasti rangga deh. Secarakan Rangga ga' Punya Orang Tua..
BalasHapuswowwww..
BalasHapusmb san yang CIR dong.... :D
Kok nana ngebiarin reno gt aja sich? kasian reno dan jangtungnya rangga donk...
BalasHapusKakaknya diandra Rangga/Reno ya?
emang TOP BGT mba shanty, selalu bikin pnasaran makanya ceritanya selalu ditunggu2 dan ngangenin terus.
lanjut dech mba,,,
miss u muachH2
aduhhh renooo :'(
BalasHapusmakasih ka santhy , kakanya nana kan ??? reno kecelakaan tidakkkkk nanti perkiraan nana reno bunuh diri :(
BalasHapusdan innalillahi.. jeng jenggggg... *back sound*
BalasHapusudh isya tuh reno.. bunuh diri nanti masuk neraka.. ternyata dia terkena musibah... mudah2an gpp yak
Jangan2 kakakny ntuh Reno.. Huaaaa Renooooooooooo.... Smg Reno gpp,,smg Reno gpp,,smg Reno gpp...
BalasHapus*berdoa khsuyu*
Mksh Mba Santhyyy,,surprise d yg tyg hr ni,,hehhehe
Ya ampun nana... kmu tega bgt ma reno
BalasHapuskmu pzti menyesal nana...
Mudah2an reno gk mengalami kecelakaan yg serius & baik2 z
Makasih mba santhy & dtunggu kelanjutan'a :-)
Nah loh...kecelakaan kan??? Makanya atuh neng, dibicarain baik2!! Skrg mlah reno uda kecelakaan duluan...nangis bombay deh ntar!!
BalasHapusReno oh reno :'( berjuang demi nana! Awas ya nana masih muna juga ga cinta sama reno! Buat aku nanti renonya :D maaciw mba san CIR nya dtunggu
BalasHapusReno oh reno :'( berjuang demi nana! Awas ya nana masih muna juga ga cinta sama reno! Buat aku nanti renonya :D maaciw mba san CIR nya dtunggu
BalasHapusaigoo,tisu 1 pack habis
BalasHapuswaduh masalalu diandra blm terungkap, trus renonya gmn?
BalasHapusAduhhh kok sekarang malah nyanka reno yang jadi kakaknya diandra malah Reno bukan Rangga >_< *Gak Konsisten* tapi kayaknya emang Reno dehhh ^^
BalasHapusPerihhhh Kalo jadi Reno.... Keren Reno mampu ngakuin dirinya Egois dan Jahat :) tapi baru kali ini tokoh pria yang sakit hati bikin ikutan sedih biasanya cuma tokoh cewe baru bisa rasain sakit hatinya
BalasHapus^^
Renooo!!!:'(
BalasHapus-Mendy-
salam kenal mba santhy...
BalasHapusmba santhy inspirasiku
hwaaaa lgi2 hrus pnsaran dg klanjutn crtanya..ku hrap mba sgr mlanjutkn tulisn2 mba... jgn smpai sya lumutan krn pnsarn nunggux hikzzz
BalasHapusLanjut mbaak lanjuuuut penasaran akut ih :3
BalasHapus