PS : untuk yang menanti Embrace The Chord, InsyaAllah nanti malam yah, ini daku sedikit meriang dan pusing hehehe... Kalau naskah another 5% sudah siap dari kmrin2, jadi diposting duluan, kalau naskah Embrace The Chord baru 50%nya jd harus dikerjain dulu :)
Rolan menggendong Sabrina
yang lunglai dan berjalan menuju sayap rumah sakit tempat penderita kanker di
rawat intensif.
Suster yang berjaga di sana.
Suster yang sangat dikenalnya karena Rolan juga lama di sini langsung berdiri
dari tempat duduknya. Menyongsong mereka dengan panik,
"Astaga. Tuan Rolan.
Bagaimana... Kenapa bisa nona Sabrina??" Lalu suster itu menyadari bahwa
Rolan tampak begitu sehat dan kuat, "Anda tidak apa-apa Tuan Rolan? Anda
menggendong Sabrina?"
"Aku tidak
apa-apa." Rolan tersenyum penuh keyakinan, "Aku baik-baik saja
suster, jangan cemaskan aku, dimana kamar Sabrina? Aku akan menidurkannya di
sana."
"Di lorong itu lurus.
Kamar sebelah kanan yang paling ujung di seberang kamar anda....
Astaga dia tampak pucat sekali, seharusnya dia tidak boleh berjalan-jalan
keluar, dia pasti menyelinap tadi." Wajah suster itu memucat, " saya
akan memanggil dokter."
Rolan menganggukkan
kepalanya, dan membawa Sabrina yang lunglai digendongannya ke kamar yang
ditunjukkan suster itu.
Kamar itu berada jauh
di ujung. Lokasinya berseberangan dengan kamar Rolan - yang sebentar lagi akan
menjadi bekas kamarnya - Selama sakit Rolan hampir tidak pernah keluar kamar,
kecuali saat dia harus melakukan pemeriksaan di luar. Pantas saja dia tidak
pernah melihat Sabrina sebelumnya meskipun sebenarnya kamar mereka hanya berseberangan.
Kamar Sabrina lengang seperti
kamarnya di rumah sakit, tetapi terkesan feminim karena sprei dan bed covernya
berwarna pink, sepertinya dibawa sendiri dari rumah.
Dengan lembut dan hati-hati,
Rolan membaringkan Sabrina ke atas ranjang. Dia memperhatikan betapa pucatnya
perempuan ini. Tiba-tiba hatinya terasa sedih membayangkan betapa perempuan
semuda dan serapuh ini mengalami kesakitan sama seperti yang pernah
dirasakannya dulu. Seandainya Sabrina tidak sakit, dia pasti akan menjadi perempuan
yang ceria....
Bulu mata Sabrina yang
panjang dan tebal bergerak-gerak, lalu mata hijau bening itu terbuka, tampak
bingung dan menatap ke sekeliling. Sabrina mencoba bangun dan duduk, tapi Rolan
segera mencegahnya,
"Jangan bangun dulu, kau
baru saja pingsan, kau pasti pusing."
Sabrina mendongakkan
kepalanya dan menatap Rolan seakan baru menyadari kehadirannya.
"Ah...kau... Kau yang
menolongku di lorong tadi." Perempuan itu mengernyit seakan kesakitan.
"Dokter akan segera
datang, apakah kau pusing?" Rolan tahu bagaimana rasanya, bagaimana sakitnya kepalanya dulu...
Sabrina menganggukkan kepalanya,
tersenyum lemah. "Aku selalu merasa pusing dan mual setiap saat.....
Lama-lama aku terbiasa." Sabrina menatap Rolan lagi, "apakah kau
sedang membesuk seseorang di sini?"
Rolan tersenyum dan
menggelengkan kepalanya, "Bukan. Aku pasien di sayap rumah sakit ini,
kamarku ada di ujung sebelah sana."
"Pasien di sayap Rumah
sakit ini?" Sabrina mengerutkan keningnya, "Kau tampak terlalu sehat
untuk seorang penderita kanker."
Rolan terkekeh, "Aku
sudah sembuh."
"Sembuh?" Mata
hijau Sabrina yang indah membelalak lebar, "Bagaimana bisa?"
"Aku sembuh begitu
saja." Rolan tersenyum, mengangkat bahunya.
Sabrina membuka mulutnya
tampak hendak berbicara. Tapi kemudian dokter Beni masuk. Dia tersenyum menatap
Rolan yang juga ada di ruangan itu,
"Di sini anda rupanya
Tuan Rolan, saya menunggu anda di ruangan saya untuk membicarakan hasil test
anda."
Rolan tersenyum meminta maaf,
"Maafkan saya, saya
sudah dalam perjalanan ke sana ketika saya menemukan Sabrina hampir pingsan di
lorong."
"Ah ya, Sabrina."
Dokter Beni menoleh ke arah Sabrina yang setengah duduk di ranjang dengan pipi
memerah, "Kau rupanya memutuskan untuk berjalan-jalan lagi sendirian.
Untung tadi ada Rolan menolongmu, kalau tidak kau akan terbaring di lorong sana
beberapa lama sampai ada orang lain lewat. Bukankah sudah kubilang kalau kau
hendak jalan-jalan kau bisa memanggil suster perawat untuk menemanimu?"
Pipi Sabrina semakin merah,
memberikan rona di kulitnya yang putih pucat.
"Maafkan saya
dokter." Gumamnya lemah, penuh penyesalan, "Saya sungguh tidak
bermaksud keluar sendirian. Tadi saya memanggil suster. Tetapi tidak ada yang
datang. Jadi saya mencoba berjalan ke luar dan ternyata di pos perawat tidak
ada orang. Akhirnya saya keluar menuju lorong mencari perawat...."
Dokter Beni menganggukkan
kepalanya. "Nanti jangan diulang lagi ya." Gumamnya. Lalu mulai
memeriksa Sabrina, "Kepalamu pusing?"
"Berdentam-dentam
seperti biasa." Jawab Sabrina sambil tersenyum lemah.
Dokter Beni mengangguk,
"Nanti akan reda setelah minum obat. Oke, saya akan mengontrol pasien yang
lain dulu." Dia menoleh ke arah Rolan dan tersenyum, "Mengenai hasil
test..."
"Saya sebenarnya tidak
perlu tahu apa hasilnya. Saya yakin hasilnya sama seperti yang kemarin."
Sela Rolan yakin.
Dokter Beni tertegun. Lalu
menganggukkan kepalanya. "Well memang hasilnya sama, sungguh suatu
keajaiban." Matanya menatap Rolan sungguh-sungguh, "Bagaimanapun juga
kami memerlukan anda untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kami harus mencari tahu
apa yang terjadi."
Rolan menganggukkan
kepalanya, tersenyum lebar, "aku akan berusaha membantu sebisanya
dokter."
Setelah dokter Beni pergi.
Tinggalah Rolan bersama Sabrina yang menatapnya malu-malu.
"Sekali lagi terimakasih
atas bantuannya tadi, aku benar-benar ceroboh dan jadi merepotkanmu." gumam Sabrina akhirnya
Rolan menganggukkan
kepalanya. "Sama-sama, senang bisa membantu." Dia lalu mengulurkan
tangannya, "Kita malahan belum berkenalan secara resmi, kenalkan aku
Rolan."
Sabrina menyambut uluran
tangan Rolan, tersenyum hangat.
"Aku Sabrina."
***
Selesai!
Selly menutup berkas
laporannya dengan puas dan menghela napas panjang. Lebih lama dari waktu yang
dijanjikannya kepada Rolan, ternyata Selly membutuhkan waktu lebih dari empat
puluh lima menit untuk menyelesaikan semuanya. Semoga Rolan tidak marah kepadanya, semoga Rolan mau mengerti keadannya.
Dia sudah benar-benar terlambat, jadi dia memutuskan untuk naik taxi demi menghemat waktu.
Selly lalu berdiri, meletakkan
berkas setumpuk yang tebal itu di meja besar Gabriel, lalu setengah berlari
keluar.
Dia harus bergegas!
Seketika itu dia bertubrukan
dengan tubuh besar yang kokoh, beraroma parfum cendana. Tubrukan itu sangat keras
hingga Selly hampir saja terlontar jatuh seandainya saja Gabriel tidak menahannya dengan
kedua tangannya yang ramping dan kuat di pundaknya.
"Hei..hei.. Maafkan
aku." Gabriel meluruskan Selly yang terhuyung, lalu melepaskan
pegangannya, "Mau kemana terburu-buru?"
Selly menghela napas panjang,
menatap Gabriel yang sekarang sudah mengenakan pakaian santai dan tampak luar biasa tampan, sepertinya lelaki itu sempat pulang ke rumah tadi dan berganti pakaian, atau bahkan mungkin sudah mandi mengingat wanginya yang begitu segar. Tiba-tiba Selly membandingkannya dengan kondisinya sendiri, dia belum mandi dan akan segera bertemu Rolan, Selly langsung bertekad menyemprotkan parfum ke sekujur pakaiannya nanti di taxi agar dia tetap harum dan segar ketika bertemu Rolan.
"Maafkan saya. Saya
harus segera ke rumah sakit..."
"Rumah sakit lagi? kemarin kita pertama kali bertemu di dekat rumah sakit."
Gabriel mengangkat alisnya, "Apakah ada saudaramu yang sakit?"
"Bukan saudara."
Selly menggumam cepat, "Dia calon suami saya."
"Oh." Gabriel
menatap Selly lembut, "Aku ikut prihatin Selly, semoga calon suamimu lekas
sembuh ya." Lelaki itu melirik ke berkas yang diletakkan Selly di mejanya,
"Pekerjaannya sudah selesai?"
"Sudah." Jawab
Selly bersemangat, "Saya sudah membuat laporan se-informatif mungkin.
Semoga anda puas dengan semua informasi yang dimuat di sana."
"Oke." Gabriel
menganggukkan kepalanya, "Pergilah. Maafkan aku karena menahanmu....
Hati-hatilah."
"Baik, terimakasih Sir." Selly membungkukkan badan hormat, lalu buru-buru melangkah setengah
berlari menuju lift,
"Oh, Selly?"
Tiba-tiba saja Gabriel memanggil, membuat langkah Selly terhenti dan menoleh
lagi.
"Ya Sir?"
"Kau bisa memakai
supirku, dia ada di bawah di depan lift. Dia akan mengantarmu ke rumah
sakit..."
"Tidak Sir! Tidak perlu!
Saya bisa naik taxi..." dengan segera Selly menggelengkan kepalanya.
"Di luar hujan dan
menunggu taxi membutuhkan waktu lama, kasihan calon suamimu menunggu di sana.
Pakai saja supirku, hitung-hitung sebagai permintaan maafku karena membuatmu
kerja lembur dan terlambat menemui calon suamimu." Gabriel bergumam dengan tenang, matanya menatap Selly tajam, tak terbantahkan.
Sejenak Selly terpana, tapi
kemudian dia sadarkan diri, mungkin Gabriel benar, akan lebih praktis kalau diantar oleh supir Gabriel, dan tadi katanya di luar hujan pula.
"Terimakasih Sir."
Gumamnya bersemangat dan pintu lift-pun terbuka. Sebelum Selly masuk ke dalam
lift dia sempat melirik ke arah Gabriel berdiri tadi, tetapi lelaki itu sudah
tidak ada, dan pintu ruang besar tertutup rapat.
***
Mobil besar berwarna hitam itu berhenti tepat di depan rumah sakit, setelah mengucapkan terimakasih pada supir Gabriel yang dari tadi hanya diam saja, hanya mengangguk dan tak bersuara sedikitpun, Selly lalu keluar dari mobil dan setengah berlari memasuki lobby rumah sakit itu.
Dia benar-benar terlambat! Meski supir Gabriel berusaha melaju secepat mungkin, tetapi kemacetan jalan raya menghalangi mereka untuk segera sampai. Rolan pasti sudah menemui doktrer Beny sendirian.
Dengan rasa menyesal, Selly berjalan menuju ruangan dokter Rolan, tempat mereka sering berkonsultasi mengenai kesehatan Rolan. Tetapi lorong itu lengang, dan pintu ruangan tertutup rapat.
Yah dia memang benar-benar terlambat, Rolan pasti sudah kembali ke kamarnya.
Dengan langkah tergesa, Selly menuju sayap rumah sakit tempat pasien kanker ditempatkan, menganggukkan kepala pada suster jaga yang sudah sangat mengenalnya, lalu setengah berlari menuju kamar Rolan.
Kamar itu kosong....Dimana Rolan?
Selly melangkah keluar kamar, kebingungan...apakah Rolan menjalani pemeriksaan lagi? Atau Rolan menjalani perawatan intensif di tempat lain? tetapi bukankah Rolan sudah sembuh? Atau jangan-jangan.... hasil test kemarin salah?
Pikiran-pikiran buruk memenuhi benak Selly membuatnya semakin cemas. Dia hendak berjalan ke tempat suster jaga untuk menanyakan tentang Rolan ketika suara tawa itu terdengar. Suara tawa yang amat sangat dikenalnya.
Itu suara tawa Rolan!
Dan datangnya dari kamar seberang..... dengan hat--hati, takut salah dengar, Selly mengintip ke pintu di kamar seberang yang terbuka.
Di sana Rolan duduk di tepi ranjang, sedang menjelaskan sesuatu dengan bersemangat pada seorang pasien lain yang terbaring setengah duduk di tempat tidur, kemudian mereka tertawa bersama.
Tanpa sadar, Selly mendorong pintu itu, menimbulkan bunyi geseran pintu dan membuat Rolan menoleh. Mata Rolan langsung melebar, begitu juga senyumnya ketika melihat Selly,
"Ah, Selly, Sayang, akhirnya kau datang juga." Rolan mengulurkan tangannya, "Sini, kemari kukenalkan dengan Sabrina, dia pasien di sini juga sejak lama."
Rolan memiringkan tubuhnya, dan kemudian, pasien itu... pasien bernama Sabrina yang tadi tertutup punggung Rolan terlihat jelas di mata Selly,
Oh astaga... cantiknya.... sungguh kecantikan yang sangat rapuh, kulit Sabrina begitu pucatnya tetapi matanya hijau dan besar, terlihat begitu mencolok dengan bulu mata yang indah dan panjang. Kecantikan yang rapuh, kecantikan yang bagaikan dewi peri hutan yang transparan ketika disentuh...
Dengan langkah hati-hati, Selly menerima uluran tangan Rolan, dan Sabrina yang berada di atas ranjang tersenyum kepadanya, sambil mengulurkan tangan,
"Hai, aku Sabrina, Rolan menolongku ketika pingsan di lorong tadi." Mata hijaunya bercahaya dan tampak cantik, "Kau pasti Selly, Rolan banyak bercerita tentangmu tadi."
Selly menyambut uluran tangan Sabrina, merasakan jemari itu dingin dan rapuh dalam genggamannya,
"Hai juga, aku Selly."
Rolan tersenyum lebar, "Bayangkan Selly, aku dan Sabrina hanya berseberangan kamar dan kami ada di rumah sakit ini sangat lama, tetapi tidak pernah bertemu sebelumnya." Rolan lalu berdiri dan menatap Sabrina lembut, "Baiklah, aku tidak mau mengganggu istirahatmu Sabrina, kau pasti lelah, jadi kami akan pergi." dengan posesif, lelaki itu merangkul pinggang Selly.
Sabrina menganggukkan kepalanya, "Terimakasih Rolan, menyenangkan sekali menghabiskan waktu bersama seseorang." Sabrina lalu menoleh ke arah Selly dan tersenyum lembut, "Kau sungguh beruntung memiliki seseorang yang bersedia menemani dan mengisi hari-harimu ketika kau sakit..... sedangkan aku, aku selalu di sini sendirian... keluargaku hanya papaku, dan dia sangat sibuk dengan bisnisnya... " mata Sabrina tampak sedih, berkaca-kaca.
Tiba-tiba saja Selly merasa iba melihatnya, gadis ini sakit, tampak begitu rapuh dan kesepian, mengingatkannya pada Rolan di masa-masa sakit parahnya dahulu,
"Jangan kuatir Sabrina, aku dan Rolan pasti akan sering kemari untuk menemanimu ngobrol." gumamnya impulsif seketika.
Mata Sabrina langsung melebar, kesedihan di sana lenyap berganti dengan harapan,
"Benarkah?" dia tersenyum lebar dan tampak cantik sekali, "Terimakasih. terimakasih.. itu amat sangat berarti bagiku." gumamnya ceria.
***
Rolan dan Selly berjalan keluar dari kamar Sabrina dan menuju ke seberang, ke arah kamar Rolan,
"Maafkan aku... aku terlambat datang karena pekerjaanku..." Selly bergumam penuh penyesalan ke arah Rolan.
Kekasihnya itu menoleh, menatap Selly dan kemudian memeluknya erat, mengecup dahinya lembut,
"Tidak apa-apa sayang, aku mengerti kok. Lagipula aku juga tidak melihat hasil test itu." gumam Rolan riang, menagap Selly di pelukannya.
Mata Selly melebar, "Tidak melihat hasil testnya? jadi...?"
"Tadi aku sempat bertemu dokter Beni ketika dia memeriksa Sabrina, katanya hasil testnya sama, aku sudah sembuh."
"Sudah sembuh?" Selly menatap Rolan, melihat senyum Rolan yang lebar. Rolan bersungguh-sungguh, mukjizat ini benar adanya!
Air mata mengalir di sudut mata Selly, mengalir ke pipinya, membuatnya sesenggukan,
"Ya Tuhan Rolan... aku amat sangat bersyukur... amat sangat bersyukur..." Selly menangis, perasaannya meluap-luap, antara rasa syukur dan bahagia, terharu dan semua perasaan indah itu bercampur aduk di benaknya, membuatnya sesenggukan.
Rolan mengecup air mata di pipi Selly dengan lembut, kemudian menenggelamkan tubuh Selly yang mungil di pelukannya, memeluknya kuat-kuat,
"Aku mencintaimu Selly, amat sangat mencintaimu. Sekarang kau bisa memilikiku, diriku yang sehat, seutuhnya."
***
Sabrina sedang termenung sambil menatap ke arah jendela, memantulkan sinar senja yang menggelap. Ketika dia merasakan aura itu,
"Kau selalu datang tanpa permisi." gumamnya dan kemudian menoleh ke arah Gabriel yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sana, bersandar malas di dekat jendela, berdiri di bawah bayang-bayang senja sehingga wajahnya tertutup siluet gelap.
"Perempuan jahat." Gabriel tersenyum sinis, "Kau menggunakan penampilan rapuhmu untuk memanipulasi hati manusia yang lemah."
Sabrina membalas senyuman Gabriel, "Bukankah kau seharusnya berterima kasih kepadaku, Gabriel ? Secara tidak langsung aku membantumu bukan?"
"Aku tidak butuh bantuan." Mata Gabriel menggelap, "Apa sebenarnya rencanamu, Sabrina? Kenapa kau mendekati Rolan?"
Sabrina menghindari tatapan Gabriel yang tajam, berusaha membentengi diri. Dia tahu bahwa kalau mau, Gabriel bisa menggunakan kekuatannya untuk membaca pikiran, karena itulah dia berusaha membentengi dirinya kuat-kuat. Dia sudah terbiasa melakukan itu kalau berhadapan dengan Gabriel.
"Kau tidak perlu tahu rencanaku, Gabriel... yang perlu kau tahu, aku tidak akan mengganggu apapun rencanamu."
"Oh ya?" Gabriel memajukan tubuhnya, berdiri di tepi ranjang dan kemudian mengulurkan telunjuknya untuk mengangkat dagu Sabrina yang pucat dan rapuh, "Jangan main-main denganku Sabrina, apa yang kau lakukan tadi memang memuluskan rencanaku, tetapi bukan berarti aku menyetujuinya. Aku punya rencanaku sendiri yang sudah kususun dengan baik, dan aku tidak mau siapapun ikut campur, bahkan kau sekalipun." Gabriel tidak main-main, ekspresi kejam muncul di wajahnya, "Apakah kau mengerti, Sabrina?"
Tubuh Sabrina terasa panas, membakar. Oh Astaga! Gabriel menaikkan suhu ruangan ini, lelaki itu benar-benar marah, dan sekarang seluruh ruangan terasa panas membakar. Peluh Sabrina bercucuran sedangkan Gabriel tampaknya sama sekali tidak terpengaruh dengan suhu ruangan ini yang begitu membakar.
"Gabriel! Panas! Panas!" Sabrina menjerit, keringat bercucuran di seluruh tubuhnya dan rambutnya basah kuyup.
Mata Gabriel tetap dingin, "Jawab aku Sabrina, apakah kau mengerti? Dan kemudian katakan apa rencanamu."
"Aku mengerti! Aku mengerti!" Sabrina memekik, tidak tahan dengan suhu ruangan yang panas dan juga rasa panas yang membakar tubuhnya, "Gabriel! Kumohon, kumohon kakak! Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu!"
Seketika itu juga panas yang membakar ruangan itu menghilang. Gabriel mundur dan menatap Sabrina dengan dingin,
"Jelaskan."
Mata Sabrina berkaca-kaca, menatap Gabriel, kakak tirinya yang sangat dicintainya, tetapi tidak pernah bisa membalas cintanya. Kenapa Gabriel bisa sekejam ini kepadanya? Tidak adakah sedikitpun rasa sayang Gabriel kepadanya? dia adik Gabriel bukan?
"Aku... aku sudah tahu semuanya, bahwa Rolan bisa mengancam keselamatanmu... bahwa mungkin saja kau terbunuh kalau Rolan bisa mendapatkan pengorbanan dari Selly dan mendapatkan 5% tambahan kekuatannya..." air mata Sabrina menetes, "Aku hanya tidak ingin kau mati..."
"Jadi kemudian kau menyamar dan mencoba merebut Rolan dari Sabrina demi menyelamatkanku?" Gabriel mendesis dingin, " Aku tidak akan kalah dari Rolan apapun yang terjadi, dia hanya anak ingusan yang tidak tahu bagaimana cara menggunakan kekuatannya." Mata Gabriel menyala, "Aku tidak peduli apapun yang kau lakukan Sabrina, kali ini kau kumaafkan. Tapi jangan sampai kau ikut campur lagi tanpa seizinku."
Dan kemudian Gabriel menghilang ditelan bayang-bayang gelap yang menyambut malam.
Sabrina menangis di atas ranjang, terisak-isak perih akan sikap dingin Gabriel. Seharusnya Gabriel bisa mencintainya! Kalau saja Gabriel bisa mencintainya, maka lelaki itu akan memiliki cinta sejati dan tidak perlu cemas akan dikalahkan oleh Rolan!
Gabriel adalah cinta sejati Sabrina, dan Sabrina tidak akan pernah menyerah sampai Gabriel mencintainya. Dan alasan sebenarnya berusaha mendekati Rolan bukan hanya demi menyelamatkan Gabriel, tetapi lebih karena Sabrina tidak rela Gabriel mendekati Selly dan menebarkan pesonanya kepada perempuan itu!
Sabrina tidak akan berhenti. Sebab jika Rolan sudah benar-benar terpesona kepadanya, maka Gabriel tidak akan perlu repot-repot mendekati Selly.
***
Ruangan itu sunyi, hanya ada Gabriel di sana, dahinya berkerut, Apa yang dilakukan Sabrina mungkin akan memberikan keuntungan kepadanya. Dengan merayu Rolan, mungkin saja hal itu akan membuat pekerjaan Gabriel lebih mudah.
Walaupun begitu ada rasa tidak suka di benak Gabriel, dia tidak suka Sabrina selalu berusaha mencampuri apapun rencananya. Sabrina adalah adik tirinya, mereka berhubungan darah, berbeda ayah tetapi satu ibu. Sabrina sangat mirip dengan ibu mereka yang rapuh dan sakit-sakitan sepanjang hidupnya. Dan Sayangnya adiknya itu menyimpan obsesi terpendam yang tidak pernah dimengertinya. Tidakkah Sabrina mengerti bahwa mereka berhubungan darah? selain itu apapun yang terjadi Gabriel tidak akan bisa membuka hatinya kepada perempuan manapun. Jiwanya terlalu kelam dan gelap untuk dirasuki penyakit bernama 'cinta'.
"Carlos!" lelaki itu memanggil pelayan setianya yang langsung muncul seketika.
"Ya Tuan."
"Kau sudah membawa apa yang aku minta?"
Carlos mengangguk tanpa kata, menyerahkan sebuah buku yang berat dan tebal dan meletakkannya di meja Gabriel. Gabriel menatap buku kuno yang usianya mungkin sudah ratusan tahun itu, dia bahkan tidak mau menyentuhnya. Buku itu penuh dengan aturan-aturan semesta yang mengikat sang pemegang kekuatan, diwariskan oleh pemilik kekuatan terdahulu turun temurun kepadanya. Matthias pasti juga mewariskan buku yang sama untuk Rolan entah bagaimana caranya nanti, meskipun Gabriel bisa memastikan bahwa sampai detik ini Rolan belum menerima buku itu.
Gabriel sangat jarang membaca buku itu, bahkan hampir tidak pernah menyentuhnya, dia muak dengan segala aturan semesta yang mengikat sang pembawa kekuatan yang tercantum begitu banyak di dalam buku itu. Gabriel biasanya menyuruh Carlos mempelajarinya dan menjelaskan kepadanya.
"Apakah kau sudah menemukan bagian itu? bagian mengenai 'pengorbanan sang cinta sejati'?"
Carlos menganggukkan kepalanya, "Saya menemukan petunjuk tentang hal itu Tuan, meskipun bagian itu disamarkan dengan barisan puisi kuno yang penuh teka-teki."
"Disamarkan?" Kali ini Gabriel tertarik, "Tunjukkan padaku."
Carlos melangkah mendekat dan membuka buku itu dihadapan Gabriel dengan hati-hati,
"Buku ini hampir tidak pernah membahas tentang pengorbanan cinta sejati, sepertinya hal itu memang dihindarkan untuk terjadi di antara kedua pembawa kekuatan." Carlos menjelaskan, "Yang dijelaskan secara gamblang hanyalah, ketika kedua pembawa kekuatan memutuskan saling bertarung, maka yang menjadi pemenang adalah yang mempunyai cinta sejati, yang akan memberikan pengorbanan sehingga bisa membangkitkan 5% kekuatan otak yang tersisa.......dan memang untuk pemegang kekuatan kegelapan, diberikan benteng penghalang khusus supaya tidak bisa menemukan cinta sejatinya. Hal ini dimaksudkan agar kekuatan kegelapan tidak tergoda untuk membunuh kekuatan cahaya."
Gabriel tersenyum sinis, "Jadi kekuatan semesta mengatur bahwa bagaimanapun juga, kekuatan kegelapan tidak akan pernah bisa memenangkan pertarungan? Hatiku dibentengi dengan kegelapan yang pekat sehingga tidak bisa jatuh cinta. Pada akhirnya selalu digariskan bahwa kekuatan terang yang menang."
Carlos menatap Gabriel hati-hati, "Itu semua diatur mengingat kekuatan terang adalah pecinta damai, meskipun dia menemukan cinta sejatinya, dia tidak akan mengobarkan perang karena tahu bahwa keseimbanganlah yang paling utama. Sedangkan kekuatan gelap, hampir bisa dipastikan merupakan pemicu terjadinya perang kekuatan...."
Mata Gabriel menggelap, "Ya. Kami para pemegang kekuatan kegelapan memang memiliki hati yang jahat dan hasrat untuk menghancurkan dunia, karena itulah kami dikutuk untuk tidak bisa jatuh cinta, supaya kami tidak bisa menemukan cinta sejati kami, dan supaya kami tidak bisa mengalahkan pemegang kekuatan terang." Mata Gabriel tampak muram, "Tetapi aku harus mengalahkan Rolan bagaimanapun juga, Matthias mencurangiku dengan memilih Rolan yang sudah memiliki cinta sejatinya. Dan karena sekarang sepertinya Rolan masih belum mendapatkan lima persen kekuatan itu - bahkan meskipun dia sudah memiliki Selly di sampingnya - itu membuatku bertanya-tanya, apakah ada ritual khusus dari Rolan untuk mendapatkan tambahan kekuatan lima persen itu."
"Semua ritualnya tersirat di puisi ini." Jemari Matthias menunjuk bagian di lembaran buku itu.
Mata Gabriel langsung mengarah kesana, membaca barisan puisi di buku kuno dengan kertas yang sudah menguning dan tua itu.
Ketika dua memecah belah semesta
Maka sang takdir akan memberikan sang pemenang
Hanya satu yang bisa meraihnya
Satu yang terpilih sang pembuka hati
Satu terpilih yang bisa merasakan cinta sejati
Darah dan air mata akan tertumpah
Pilihan akan diajukan
Darah yang tercinta ataukah keseimbangan semesta?
Semua pilihan akan memberi makna
Yang kalah dan yang menang muncul setelah pilihan diambil
Pengorbanan cinta sejati akan menentukan segalanya.
Mata Gabriel menggelap, dia menatap ke arah Carlos dan lelaki itu membalas tatapannya penuh makna, menyiratkan bahwa dia memiliki pemikiran yang sama.
Ya.... pengorbanan cinta sejati itu melibatkan pengorbanan nyawa....demi memberikan kekuatan kepada Rolan sebesar lima persen, Selly harus mengorbankan nyawanya. Entah bagaimana caranya, tetapi itulah yang tersirat di puisi kuno ini.
Bersambung ke part 6
genrenya fantasy,,,, keren,,,,, jd serasa kyk meg cabot yang serba bisa,,,,
BalasHapusdi tunggu lanjutan dating with the dark dan yang lainya kak,,,
salam kenal dariku... :D
salam kenal sayang heee iyaa ini baru mencoba di genre ini meskipun semoga tidak meninggalkan keromantisan kisahnya yah :))
Hapussemoga suka yaah
salam kenal balik sayaang :))
Kyaaaaaa kenapa Selly jadi Sabrina??typo lagi mbakkk.....
BalasHapusBerarti Selly harus mati gitu biar Roland menang......aaaaaaaaaaaaaa kepo!!!!!
waaa sebentaar aku koreksi duluu heee
Hapuseeh sayaang di sebelah mana yah typonya aku baca berulang belum nemu *minta petunjuk*
HapusMungkin yang dimaksud @Vianycka paragraf ini mb Santhy *bantu jawab* hihi #yang aq tulis pake capslock mb
Hapus"Jadi kemudian kau menyamar dan mencoba merebut Rolan dari SABRINA demi menyelamatkanku?" Gabriel mendesis dingin, " Aku tidak akan kalah dari Rolan apapun yang terjadi, dia hanya anak ingusan yang tidak tahu bagaimana cara menggunakan kekuatannya." Mata Gabriel menyala, "Aku tidak peduli apapun yang kau lakukan Sabrina, kali ini kau kumaafkan. Tapi jangan sampai kau ikut campur lagi tanpa seizinku."
Kyaaaa baru ngecek astagah......terimakasih udah bantu jawab yaaa :D
Hapusakhirnya ada lagi...*senyum lega*
BalasHapusbtw..cpt sembuh ya mba sansan..biar postingan ny lancar trus..hehehe *modus*
tapi kapan nih mba..crush in rush ny? udah g sabar nih *jambak rambut sambil gigit jari*
tapi teteup..tengkyu ya mba sansan..*hughugkiss*
xixixixi crush in rush besok yah atau paling lambat lusa, kmrin udah beres dipoles untuk edisi blog-nya tapi belum aku periksa :D
Hapusmakasih sayaang amiin :)
mksh mb santhy.,
BalasHapussetia nunggu joshua.,
sama2 sayaaang heee semoga Joshua bisa segera dikerjakan yaah :) *peluk2*
HapusWaduhhh,, brarti ntar Selly harus mati donk??
BalasHapusHWAAAAA gak mau mbaakk T___T
btw surprise bgt ternyata Sabrina adiknya Gabriel
mbak San emang top ^^b
tak sabar nunggu Jason >,<
get well soon ya mbak Santhy :D
naaa itu yg dikatakan sama puisi kuno tersebut hehehe tetapi semoga masih ada jalan lain yah :)
Hapusmakasih sayaang aku akan berusaha sehaaatt :D
Asyikkk2.. Genre FantasiQ datang..
BalasHapusNambah lagi 1 personel..
Puisi yg terakhir tuch (berarti selly harus mati bwat rolan??????)
Deg..deg..an..
Mbak San2, jangan terlalu dipaksa.. mending istirahat dulu.. Biar gimana kesehatan kan tetep no.1.
Eits tunggu dulu.. tapi biasanya ada pusing2 yg bawa kabar positif lho mbak.. sambil senyum2 sendiri..
SEMANGAT mbak san2.
Makasih banyak dah dipostingin..
Luv U
makasih sayaang :)heee semoga yaah *ikutan senyum2* hehehehe
Hapusiyaa aku nungguin jemputan kantor ini hehehe :)
nebak arti puisi:
BalasHapus"satu sang pembuka hati"...itu artinya selly cz dia yang membuka hati kedua cowok itu, gabriel and rolan
"darah yang tercinta ataukah keseimbangan semesta"...emh mungkin nanti selly jatuh cinta pada gabriel ( garep.com ) and karena gabrielnya jahat dan pengen menghancurkan dunia, jadi selly nanti harus memilih antara menjaga keseimbangan dunia atau membunuh gabriel.
haha...sory mbak shanty q menghayal banget. habis penasaran so much!!!
mbak shanty masih meriang ta? cepet sembuh ya mbak??? ( salam wat jason and rachel ya,hehe...)
dipikir2 kq ga nyambung artinya?hehe...
HapusI Love Shanty Agatha..^0^
Adeuyyyhhh...
BalasHapusRolan pasti gmw tu klo tw selly hrs ngrbanin nyawanya
setuju sama Sabrina sebenernya kalo Gabriel mau cepet2 ngelengkapin kekuatan 5% lagi itu ga perlu jauh2 sih ngancurin cintanya Rolan cukup cinta sama sabrina aja tapi yaa balik lagi ke fakta kalo mereka adek-kakak hoho, penasaran itu Rolan kekuatannya kayak gimana hehe, thanks mbak saan ;)
BalasHapusHmm. Seperti novel twilight.. ada tim edward n tim jacob.. klo di novel another 5% ada tim gabriel n tim rolan.. sy pendukung tim gabriel.. ayooo gabriel... km n selly pasti bisa bersatu.. thanks mba san.. n take care ya.. ^^
BalasHapus:( mb san cepet sembuh yaa
BalasHapusSemoga sehat terus, amiin
Hihihi
Daku selalu menunggu postingan mu dengan setia kok ^^
Mba saya pmbaca baru
BalasHapussalam kenal ya mba
wah ternyata sabrina adik tirinya gabriel, kalau bgitu cnta sedarah soalnya sbrina kan ada hubungan drah sama gabriel..
Ngomong mba jangan sampai rolan jtuh cnta sama sabrina ya hehe..
Lebih seru soalnya kalau permsalahnnya hany di selly, gabriel sama rolan aja
hehe
cepat sembuh ya mba
apakah harus ada pengerbanan nyawa demi cinta sejati ? supaya dpat kekuatan 5% itu?
BalasHapuspengorbanan cinta sejati ya mbak? :( pengorbanan nyawa nih? hiks hiks..selly nya ntr mati?
BalasHapushuaaa penasaran gmn ntr mrka pd akhirnya..gabriel bsa ktmu cnta sjatinya gk yaa..kykny dy udh kena kutuk gk bkal punya cnta sejati deh..hehe
get well soon ya mbak sann..tisam buat jason;D
untuk novel mba santhy yg satu ini, aku gemes bngt deh mba #sambil jambak2 rambut tetangga :v
BalasHapusngeselin jg sm gabriel, tp ganteng jg #galau hahahah :v
mksh mba santhy, smg akhrnya sll happy ending, soalnya ga suka klo baca apapun tp akhrnya sad ending, udah deh..ga bklan bisa tidur semnggu full hahahah #boong bngt :v
pengorbanan cinta sejati ya mbak? :( pengorbanan nyawa nih? hiks hiks..selly nya ntr mati?
BalasHapushuaaa penasaran gmn ntr mrka pd akhirnya..gabriel bsa ktmu cnta sjatinya gk yaa..kykny dy udh kena kutuk gk bkal punya cnta sejati deh..hehe
get well soon ya mbak sann..tisam buat jason;D
pilihan apaan tuuh..dua2 nya penting semesta alam atau darah yang tercinta. AhhrrgghH...roland jgn galau ya nanti klo selly ga ada..:)btw roland nya aja blom milih ya..hehe
BalasHapusmaci mb saaaaaannnn..^^
Please Selly jgn mati....... Rolan, cepatlah kau kluar dr rmh sakit n segera nikahi Selly.......
BalasHapusJauhi Sabrina n Gabriel please Mba San......
Aku takut akhirna Rolan jatuh cinta ma Sabrina :( ........
Makasih Mba Santhy :) *peluk erat*
NB: cepat sembuh ya Mba San =)
ah mba makasih udh d post. Rolan nya cakep deh pas senyum gitu ;) jgn sampai ngorbanin nyawa gitu dong mba Selly nya :(
BalasHapusOh iya cepet sembuh ya mba San #hug
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAduhhh kok aq sekarang suka Gabriel ya ??? *ouw ouw ndak punya pendirian ya diriku xixi*
BalasHapusAkankah Gabriel berubah mb?? *kayak power rangers aja*
Mbak Santhy aq malah takut sama paragraf ini:
BalasHapusGabriel tersenyum sinis, "Jadi kekuatan semesta mengatur bahwa bagaimanapun juga, kekuatan kegelapan tidak akan pernah bisa memenangkan pertarungan? Hatiku dibentengi dengan kegelapan yang pekat sehingga tidak bisa jatuh cinta. Pada akhirnya selalu digariskan bahwa kekuatan terang yang menang."
jangan2 nanti malah sebaliknya yg terjadi, kekuatan gelap yg menang, wah gaswat nih mbak,
langsung lanjut baca part 6 dulu mbak makasih udah dipost, suka baca yg double2 nih hihihi
keren :v btw untuk novel ini aku belum nemu analisisnya:'
BalasHapus