...Itu untukku..itu bukan untukku...
Dia untukku...dia bukan untukku...
“Aku mengetahuinya tanpa
sengaja. Beberapa waktu yang lalu.” Axel menatap Diandra lembut, setelah lama
akhirnya Diandra bisa sedikit tenang dan mendengarkan Axel, “Waktu itu ayah dan
ibumu sedang berbicara dengan nenek di dalam, mereka membicarakan tentang
adopsimu dan sebuah kabar dari panti asuhan tempatmu dulu di adopsi.... mereka
tampak cemas... “ Axel menghela napas panjang, “Tentu saja aku terkejut luar
biasa, aku kemudian diam-diam pergi
sehingga sampai sekarangpun, mereka tidak tahu bahwa aku tahu.”
Diandra terdiam menatap
Axel, tiba-tiba merasa ingin tahu. Laki-laki ini, yang seumur hidupnya dianggap
sebagai kakak kesayangannya, sepupunya yang paling dekat.... menciumnya. Apakah
yang ada di benak Axel?
Axel rupanya sadar bahwa
Diandra sedang menebak-nebak perasaannya, dia tersenyum dengan rasa bersalah
yang kental,
“Maafkan aku... sejak aku
mengetahui kenyataan itu, aku.... aku melihatmu dengan cara berbeda, perasaanku
tidak sama lagi, terlebih aku melihat betapa setianya kau merawat Reno... betapa
kau akan menjadi isteri yang sempurna....dan betapa irinya aku kepada Reno.”
Mata Axel bersinar redup, “Aku mencintaimu Diandra., mungkin aku terlambat
menyadarinya, mungkin keadaan kita rumit karena bagaimanapun juga, secara hukum
dan dalam pandangan masyarakat, kau adalah saudara sepupuku. Tetapi aku bahkan
sudah berjanji dalam hati... waktu Reno masih sakit keras itu, dan waktu aku
yakin bahwa usia Reno tidak akan lama lagi, aku berjanji dalam hatiku, ketika
Reno meninggal nanti, aku bersedia menjadi penopangmu, akan kuserahkan dirimu
untuk membahagiakanmu.”
Kali ini Axel tidak
menutup-nutupi perasaannya lagi, dia menatap Diandra dengan tatapan yang
lembut, penuh cinta yang meluap-luap, membuat Diandra merona dari ujung kepala
sampai ujung kaki.
Ah. Apakah yang diharapkan Axel darinya? Diandra masih merasa canggung, masih merasa bingung, Dia
tidak mungkin menumbuhkan perasaan itu, ini terlalu mendadak apalagi seumur
hidupnya dia tumbuh dengan menganggap Axel sebagai saudaranya..... meskipun apa
yang akan terjadi nanti, Diandra tentu saja tidak mengetahuinya.
“Aku tidak mengharapkan
apapun darimu Diandra, aku tidak akan memaksamu membalas cintaku.” Axel sekali
lagi, seolah bisa membaca apa yang berkecamuk di benak Diandra, “Sudah cukup
bagiku bisa mencintai dan menyayangimu...” Lelaki itu lalu menghela napas
panjang, “Kurasa itulah yang mendorongku untuk menemui Nana dan menjelaskan
semuanya tanpa seizinmu. Ketika kau menceritakan semuanya aku merasa begitu
marah kepada Reno, dia menyia-nyiakanmu, dia sungguh tidak menyadari betapa
beruntungnya dirinya itu, maafkan aku Diandra atas sikap impulsifku.”
Diandra menatap Axel ingin
tahu,
“Bagaimana reaksi Nana
ketika kau menjelaskan semuanya?”
Axel mengangkat bahunya,
“Dia terkejut luar biasa tentu saja, kurasa dia bahkan tidak pernah menduganya
sama sekali, dan dia juga tidak tahu kalau kekasihnya mendonorkan jantungnya.
Kurasa aku sedikit merasa kasihan kepadanya, Reno sama sekali tidak mengatakan
apapun kepadanya, dia juga tidak tahu tentang dirimu.”
Tatapan mata Diandra
menerawang, rasanya sakit ketika mengingat betapa Reno marah kepadanya tadi.
Nana pergi... entah kemana. Diandra menghela napas panjang. Mungkin ini yang
seharusnya terjadi, mungkin ini sudah diatur Yang di Atas sebelumnya, bahwa
Nana harus mengetahui kenyataan yang sebenarnya, bahwa Reno tidak bisa lama
menyimpan seluruh kebenaran itu dari Nana.
Pikiran Diandra tiba-tiba
teralihkan oleh sesuatu,
“Axel... kau bilang pada waktu kau tahu bahwa aku anak angkat,
kau mendengar mereka membicarakan tentang panti asuhanku.”
“Ya. Aku tidak tahu mereka
membicarakan apa, yang aku tahu mereka menyebut-nyebut nama panti asuhanmu dan
nama ibu pengurusnya, kalau tidak salah ibu Dewi, dan mendiskusikan sesuatu,
aku rasa mereka sedang berdebat apakah mereka akan memberitahumu atau tidak.”
“Memberitahuku tentang apa?”
Diandra tampak sangat tertarik, tetapi Axel menatapnya dengan menyesal,
“Aku tidak tahu Diandra, aku
terlambat mencuri dengar, mungkin mereka ingin memberitahumu bahwa kau bukan
anak kandung mereka?”
Kata-kata Axel itu, walaupun
diucapkan tanpa maksud melukai hatinya, tetap saja membuat hati Diandra serasa
diremas-remas. Axel menatap Diandra dan wajahnya tampak sedih,
“Maafkan aku Diandra, aku
harap hal ini tidak membuatmu sedih, seperti yang aku bilang anak angkat atau
bukan, kau tetap anak kesayangan orangtuamu, mereka mengasihimu seperti anak
mereka sendiri. Dan dengan menjadi anak angkat, bukan berarti derajatmu turun,
Diandra.”
Diandra menghela napas
panjang,
“Tetapi bahkan aku tidak
tahu asal usulku sendiri.”
“Kau tidak perlu
terus-terusan menoleh ke masa lalu, bukankah yang terpenting adalah masa
sekarang? Diandra yang sekarang adalah hasil didikan kasih sayang orangtuamu,
tidak peduli darimana asal-usulmu.”
Diandra menggelengkan kepalanya,
“Tetap saja itu menjadikan
sebuah lubang besar di hatiku.” Mata Diandra tampak pedih, membuat Axel ingin
memeluknya dan mengambil semua kepedihan itu, “Axel, apa nama panti asuhan
tempat aku diadopsi?”
Axel tampak ragu, “Kuarasa
itu bukan keputusan bagus Diandra, mengorek-ngorek masa lalu hanya akan
menambah luka batinmu.”
Diandra sekali lagi
menggelengkan kepalanya, menatap Axel penuh tekad,
“Aku harus mengetahui
asal-usulku Axel, kalau tidak aku akan hidup dengan bertanya-tanya, kenapa
orang tua kandungku membuangku, kenapa aku berakhir di panti asuhan, anak
siapakah aku?” Dia menatap Axel dengan tatapan mata mengancam, “Kalau kau tidak
mau memberitahuku, aku akan mencari tahu sendiri.”
Axel menatap Diandra dan
tahu betapa keras kepalanya perempuan ini, dia mendesah dan menghela napas
panjang,
“Oke. Baiklah, asal
kuberitahu, asalkan kau izinkan aku mendampingimu ke sana.”
***
“Apartemen Rangga?”
Reno menatap mama Nana
dengan ragu. Itu adalah informasi yang tidak pernah diberitahukan kepadanya
oleh Nana.
Mama Nana melempar pandang
ke arah Nirina, dan Nirina menganggukkan kepalanya,
“Itu adalah warisan Rangga
untuk Nana..... hanya saja sejak kecelakaan itu, Nana sama sekali tidak pernah
mengunjunginya, aku rasa dia terlalu sedih untuk ke sana, seluruh tempat itu
menyimpan kenangannya dengan Rangga.” Lanjut mama Nana kemudian,
Reno tertegun. Tempat
kenangan Nana dengan Rangga, dia lalu bertanya-tanya ke dalam benaknya sendiri.
Bagaimana dengan dia? Mampukah dia datang ke sana? Kemudian melihat tempat
kenangan Nana dengan Rangga? Tempat pribadi Nana dengan Rangga yang bahkan tidak
dibagi Nana bersamanya?
Tiba-tiba saja Reno
merasakan cemburu yang mengusik hatinya, perasaan cemburu yang membuatnya
merasa seperti orang ketiga, disingkirkan di luar lingkaran, sendirian.
“Saya akan ke sana.” Reno
beranjak berdiri, merasakan jantungnya berdenyut kencang, “Semoga Nana ada di
sana.”
“Kabari kami ya.” Mama Nana
ikut beranjak, mengantarkan Reno sampai ke depan.
Setelah mobil Reno, mama
Nana dan Nirina saling berpandangan, lalu keduanya menghela napas panjang.
***
“Di sini tempatnya.” Axel
menatap layar GPS di mobilnya kemudian menoleh ke arah Diandra di sampingnya.
Diandra menatap ke arah
panti asuhan itu, lokasi panti asuhan ini cukup sejuk, di kawasan dekat
pegunungan yang terkenal dengan udaranya yang bersih dan dingin. Bangunannya
meskipun bangunan tua, tetapi terawat dan rapi. Halamannya sangat luas,
dinaungi oleh rindangnya pepohonan, ada beberapa ayunan di halaman itu.
Setelah menghela napas
panjang, Diandra membuka pintu mobil,
“Ayo.” Gumamnya sambil turun
dari mobil.
Axel mengikuti
dibelakangnya, lalu menjajari langkahnya ketika mereka menyeberangi halaman
yang luas itu.
Mereka sampai di teras depan
panti asuhan itu, suasana tampak lengang. Apakah ini karena sudah memasuki jam
tidur? Ada lonceng kuno di sebelah
pintu, mungkin difungsikan sebagai bel, Diandra menarik rantainya dan
membunyikan lonceng itu.
Setelah tiga kali bunyi
lonceng, baru ada gerakan dari dalam rumah. Sesosok wajah mengintip dari balik
gorden, lalu tampak mengernyit karena tidak mengenali tamunya, tetapi pada
akhirnya pintupun di buka.
Seorang perempuan berpakaian
rapi, dengan rambut digulung ke belakang membuka pintu itu, usianya mungkin
sudah lebih dari setengah abad dengan sebagian rambutnya yang memutih, walaupun
begitu perempuan itu tampak sehat.
“Ada keperluan apa?”
suaranya berwibawa sekaligus ramah.
Diandra menoleh ke arah
Axel, tiba-tiba saja merasa gugup dan bingung harus berkata apa. Untunglah Axel
kemudian mengambil alih,
“Mohon maaf kami mengganggu
kesibukan ibu.” Axel bergumam dengan sopan, “Kami ke sini untuk membahas sesuatu
yang penting, mungkin akan panjang, bolehkah kami masuk?”
Ibu itu menatap Axel dan
Diandra berkali-kali, benaknya memberikan firasat. Memang ada beberapa kali
kejadian, selama berpuluh-puluh tahun dia menjadi ibu Panti Asuhan ini, bahwa
ada beberapa anak yang sudah dewasa datang kembali ke panti asuhan ini untuk
menelusuri akarnya. Kadangkala Ibu panti asuhan bersedia membantu dengan
berbagai pertimbangan, kadangkala dia bahkan tidak punya data apapun sehingga
terpaksa membuat kecewa.
Matanya menelusuri sosok
Axel dan Diandra. Sungguh pasangan yang cocok, batinnya.
Apakah salah satu dari mereka sesuai dengan dugaannya? Datang
kemari untuk menelusuri akarnya?
***
Nana duduk di sofa itu,
tepat di saat hatinya begitu perih, hujanpun turun dengan derasnya. Airmatanya
langsung mengalir lagi, membasahi matanya yang sudah sedemikian sembabnya.
Dia duduk di sofa itu
sendirian dan mulai menghitung hujan yang tetes demi tetesnya menampar jendela
kaca yang besar itu. Dia menghitung hujan sendirian.
Jemarinya tanpa sadar
mengelus tempat kosong di sebelahnya di sofa. Dulu Rangga sering duduk di sana,
menghitung hujan bersamanya.
Hati Nana terasa pedih dan
perih. Ingin rasanya agar waktu berhenti dan dunia menelannya, sehingga dia
bisa duduk di sini, tidak perlu menghadapi orang-orang, tidak pelu menghadapi
segala permasalahan pelik yang menimpa dan menghancurkannya, dan kemudian
selamanya berdiam di apartemen ini dengan kenangannya bersama Rangga.
Rangga... kalau
memang lelaki itu ditakdirkan kembali kepadanya, kenapa harus dengan kisah yang
seperti ini?
Kenapa Rangga mendonorkan
jantungnya tanpa memberitahu Nana? Kenapa Nana harus menghadapi kebenaran akan
Reno, bukan dari Reno sendiri melainkan harus dari orang lain?
Bahkan sekarang Nana
bertanya-tanya akan perasaannya pada Reno, menelaah hatinya sendiri dan
kebingungan. Apakah cintanya selama ini kepada Reno, hanya merupakan peralihan
rasa cintanya kepada Rangga?
Apakah dia mencintai Reno
karena ada jantung Rangga di dalamnya? Kalau begitu, jikalau keadaan berbeda,
jikalau Nana dipertemukan dengan Reno, tanpa ada jantung Rangga di dadanya,
akankah Nana mencintai Reno?
Dan pertanyaan lainpun
menggelitik di benaknya. Jikalau bukan jantung Rangga yang didonorkan kepada
Reno, akankah Reno mengejar dan mencintainya? Ataukah lelaki itu menjalani
kehidupan yang seharusnya? Menikah dan hidup bahagia dengan tunangannya?
Semua itu begitu kompleks
dan membuat kepala Nana pening. Tetapi kemudian dia menghela napas panjang,
tidak. Hubungannya dengan Reno tidak mungkin dilanjutkan. Ini tidak adil bagi
Reno karena Nana bahkan tidak tahu dia mencintai Reno ataukah mencintai Rangga
yang ada di dalam diri Reno, pun dengan Reno yang pasti juga tidak bisa
menelaah, apakah Reno pribadi yang mencintai Nana, ataukah itu semua hanya
karena jantung Rangga di dadanya?
Dan itu tidak adil pula bagi
Dian... Diandra...Mata Nana menerawang, membayangkan betapa cantiknya mantan
tunangan Reno itu. Pasti amat sangat menyakitkan bagi Diandra waktu itu ketika
mereka berpapasan dulu, ketika itu Reno sedang menggandeng Nana. Dari cerita
Axel, Nana bisa menyimpulkan betapa cintanya Diandra kepada Reno....dan
kemudian Reno berubah ketika berganti jantung.
Semua ini memang tidak bisa
dinalar oleh akar pikirannya. Tetapi setidaknya Nana sudah memutuskan.
Dia harus menolak Reno dan
membuat lelaki itu menjauh, meskipun sekarang dadanya berdebar kencang,
merasakan jantung Reno memanggil-manggilnya.
***
Reno memarkir mobilnya di
parkiran apartemen itu, lalu sekali lagi melirik alamat yang diberikan oleh
mama Nana dan di catat di ponselnya, dia menatap tulisan yang menerangkan lantai
dan nomor apartemen Rangga, lalu menghela napas panjang dan menaiki lift,
Ketika lift berhenti di
lantai yang dimaksudkannya, Reno melangkah memasuki lorong yang sepi. Gema
kakinya bergemerisik di karpet tebal yang melapisi lorong itu.
Dan kemudian Reno berhenti
di depan pintu kamar itu, pintu apartemen Rangga, tempat Nana dan Rangga dulu
sering menghabiskan waktu bersama.
Nana ada di dalam sana,
entah kenapa Reno mengetahuinya. Dari jantungnya yang berdenyut kencang sampai
terasa sakit, dari perasaannya yang tiba-tiba meluap-luap.
Reno akan menjelaskan
semuanya kepada Nana, dan kemudian siap untuk memohon kepada perempuan itu agar
mau menerimanya.
Nana adalah segalanya
untuknya, perempuan yang didebarkan oleh jantungnya. Reno harap Nana mau
mengerti.
***
Ibu Dewi sang ibu Panti
asuhan mendengarkan penjelasan Axel dan Diandra yang bergantian. Dia mencatat
nama dan seluruh informasi yang diberikan oleh pasangan itu dalam benaknya,
kemudian menganggukkan kepalanya,
“Saya ingat tentangmu
Diandra... dan kalau memang bisa membantu, Saya senang bisa memberitahukan
informasi untukmu. Memang kadangkala ada aturan yang mengikat saya yang
melarang saya untuk sembarangan memberikan informasi terlebih kepada mantan
anak di panti asuhan saya... tetapi kadangkala dengan pertimbangan tertentu,
saya mau memberikan informasi untuk membantu sanga anak menemukan jati dirinya
dan tidak bertanya-tanya lagi tentang asal usulnya.” Ibu Dewi kemudian
merenung, tampak mengingat sesuatu, “Dan sebenarnya, saya pernah menghubungi
orangtuamu untuk memberitahu informasi penting menyangkut dirimu, saya pikir
waktu itu kau berhak tahu... tetapi melihat kau sekarang, saya menyimpulkan
bahwa orang tuamu memilih untuk tidak memberitahumu.”
Diandra mengeryitkan
keningnya,
“Informasi tentang apa, ibu?”
Jangan2 Rangga Sodaranya diandra???? wahhh penasarannnn >_<
BalasHapusUgh, aku semakin penasaran dgn kelanjutan dr kisah ini Mba San (T_T), n aku gak sabar nunggu novelna terbit.........hwuaa....
BalasHapusMakasih Mba Santhyku yg cantik ;)
mbak san ......terima kasih ... mudah2an yang di PN juga ada ya hihi ... *peluks
BalasHapusaih kerennnn....
BalasHapusgak sabar nunggu kelajutannya mbak shanty..
mbak san ......terima kasih ... mudah2an yang di PN juga ada ya hihi ... *peluks
BalasHapusAduhh apa lagi ini ....
BalasHapusDiandra terima saja cinta yang datang kepadamu yaitu Axel hihi ..
Aduuuhh,, jngn2 beneer lg sbnarx rangga itu saudaraan dng diandra,,, cm terpisah wktu ad yg adopsi diandra,,, kan rangga jg anak yatim piatu,, waduuuhh,,
BalasHapusCpat diupload yah mbak santhy,,, penasraaan neah ama endingnya,,
hehe sama nih perkiraannya.. diandra adeknya rangga...
BalasHapushaduh diandra en nana.. ada cwo yg cinta kalian dgn tulus.. udh terima aja... itu jodoh kalian.. nanti jodohnya di ambil aku lho (?) hehe
Mbak san !penasaran ni dgn kelanjutannya ^_^
BalasHapusnana & diandra tapi... aku lebih kasian ke diandra dsni dia benar" sedih di tinggal Reno mendpati dirinya anak angkat, untunglah axel ada disampingnya ^__^
BalasHapusLebih suka sama diandra..
BalasHapusPenasaran sama ending ceritanya..
Salutt dengan karya-karyanya mbak san.. :)
wah jgn2 diandra saudaranya rangga?
BalasHapusSeneng deh part Diandra banyak :D
BalasHapusJangan-jangan Rangga saudara Diandra?
Makin penasaran mba...
Udah ditinggal pacar, dpt kenyataan bukan anak kandung, pengakuan cinta dr sepupu yg mendadak, dan kemungkinan Rangga saudaranya, tp klo bener makin kasihan. Diandra belom sepet ketemu Rangga kan?
Aduh mba, knp penderitaan Diandra klop bangeeet (T_T)
Untung udah ada part 13 bisa langsung dilanjut nih
^_^