Jalanan cukup lancar, meskipun gerimis mulai deras di luar. Selly turun dari taxi dan membayar kepada supirnya, begitu keluar dari taxi Selly berlari-lari kecil menuju teras restoran yang terlindung dari gerimis. Rambutnya sedikit basah, tetapi tidak apa-apa, yang dicemaskan Selly adalah restoran mewah ini. Kalau Rolan tidak segera datang, Selly terpaksa harus menunggu sendirian di lobby sampai Rolan datang.
Diliriknya jam tangannya, Selly datang tepat waktu, jam menunjukkan pukul tujuh malam. Mungkin memang Selly harus menunggu sebentar, dia yakin begitu Rolan sampai di rumah sakit, lelaki itu pasti akan menghubunginya.
"Apakah anda ingin masuk?"
Sapaan itu membuat Selly menoleh, dan langsung bertatapan dengan pegawai restoran yang bertugas di depan. Pipi Selly memerah,
"Eh.. iya, saya sedang menunggu seseorang dulu." jawabnya cepat.
"Kalau anda sudah reservasi, anda bisa menunggu di dalam." pegawai restoran itu tersenyum ramah, "Apakah anda sudah melakukan reservasi?"
Selly ingat perkataan Rolan di telepon tadi bahwa dia sudah melakukan reservasi untuk makan malam pukul tujuh, "Saya.... pasangan saya bernama Rolan Andreas"
"Silahkan masuk dulu, sepertinya hujan akan turun deras di luar, saya akan memeriksa di daftar reservasi." Pegawai Restoran itu membuka pintu kaca besar yang berkilauan itu dan tersenyum ramah kepada Selly yang gugup.
Selly melirik ke arah langit, yang berkerjapan dengan cahaya-cahaya petir berkilauan. Benar kata lelaki petugas restoran itu, sepertinya hujan akan turun deras sebentar lagi dan mau tak mau, Selly harus berlindung ke dalam.
Dia masuk ke dalam ruang tunggu di lobby restoran yang hangat dibandingkan dengan di luar, dan menunggu. Tak lama kemudian, petugas restoran itu datang kepadanya bersama seorang pelayan,
"Mari nona, meja atas nama Rolan Andreas sudah kami siapkan. Pelayan kamu akan mengantarkan anda."
Kemudian pelayan itu menghela Selly memasuki ruang utama restoran, membiarkan Selly mengikuti langkahnya.
***
Gabriel sedang duduk dengan tenang di sofa ruang tengah rumahnya sambil membaca sebuah buku ketika Carlos memasuki ruangan.
"Ada apa Carlos?" Gabriel bergumam, tidak mengangkat matanya dari buku yang dibacanya.
"Saya ingin memberikan informasi baru tentang nona Selly dan Rolan, tuan."
"Informasi apa?" Gabriel mengangkat alisnya. Bukankah seperti yang dikatakan Selly tadi, saat ini dia akan menghabiskan waktunya untuk makan malam istimewa bersama kekasihnya? Sebenarnya sempat terbersit keinginan Gabriel untuk mengganggu keduanya, tetapi dia kemudian berpikir ulang dan membiarkannya, karena mungkin ini akan menjadi makan malam terakhir antara Selly dengan Rolan yang diliputi kebahagiaan, jadi biarkanlah mereka berdua menikmati kesempatan satu-satunya itu.
"Mereka sepertinya gagal untuk makan malam romantis malam ini."
Kata-kata Carlos menarik perhatian Gabriel, dia meletakkan bukunya di pangkuannya, "Kenapa?"
"Anda tahu, anda menugaskan saya untuk mengawasi nona Sabrina, malam ini dia mengalami serangan."
"Dan apa hubungannya dengan makan malam Selly bersama Rolan?"
"Saya tidak tahu nona Sabrina mempunyai rencana apa, tetapi dia mengalami serangan saat ini, kondisinya menurun drastis. Tetapi alih-alih memanggil-manggil nama anda seperti biasanya dan memohon dihilangkan kesakitannya, nona Sabrina memanggil-manggil nama tuan Rolan.... sepertinya nona Sabrina tahu hari ini hari istimewa dan ingin mengacaukannya dengan caranya sendiri."
Bibir Gabriel menipis. Sabrina.... adiknya itu benar-benar keras kepala dan tidak mempedulikan peringatan Gabriel untuk menjauh dari semua rencananya. Matanya bersinar kejam.
"Jadi Rolan datang ke rumah sakit?"
"Dan meninggalkan nona Selly menunggu di sebuah restoran."
"Hmm." Gabriel tidak bisa menahan senyumnya, keberuntungan ternyata berpihak kepadanya, kesempatannya datang begitu saja, dan itu semua bukan karenanya bukan? Rolan sendiri yang begitu bodoh dan mudah terpengaruh dengan semua rencana Sabrina.
"Aku tidak akan memberikan darahku untuk Sabrina malam ini." Mata Gabriel masih bersinar kejam, "Biar dia tahu, bahwa hukuman karena mencampuri urusanku adalah tidak mendapatkan darahku untuk menahan sel kankernya semakin ganas." Lelaki itu kemudian berdiri dan tersenyum kepada Carlos, "Siapkan mobil dan pakaianku, kurasa aku akan menghadiri makan malam, malam ini."
***
Rolan berlari melewati koridor rumah sakit, menuju ke ujung lorong tempat Sabrina dirawat, dan saking tergesanya, dia bertabrakan dengan dokter Beni yang melangkah keluar ruangan diikuti perawat-perawatnya.
"Rolan." dokter Benni menyapa, menoleh sedikit ke arah kamar Sabrina di belakangnya.
"Dokter? bagaimana kondisi Sabrina?"
"Dia sudah melewati fase kritis serangannya, tadi dia kejang-kejang hebat dan kehilangan kesadarannya, tetapi kami berhasil mengembalikannya. Sabrina kelelahan." dokter Benni tampak sedih, "Kau pasti tahu Rolan bagaimana rasanya. Dan dia memanggil namamu tadi."
"Bolehkah saya masuk dok?" Rolan tahu pasti rasanya, rasanya sakit sekali, dan setelah kejang usai, rasanya lebih sakit lagi, kelelahan luar biasa yang diikuti dengan rasa sakit disekujur tubuh. Dia sungguh beruntung karena terpilih untuk disembuhkan, sedangkan Sabrina rupanya tak seberuntung itu.
"Silahkan, tetapi jaga supaya pasien tetap tenang, jangan sampai dia lebih kelelahan lagi."
"Terimakasih dok." Rolan menganggukkan kepalanya, dan kemudian melangkah masuk dengan hati-hati ke dalam ruangan Sabrina.
Ruangan itu harum oleh aroma vanila yang manis, dan begitu sepi.... Rolan menoleh ke arah Sabrina yang terbaring lemah dengan mata terpejam di atas ranjang.
Perempuan ini mungkin tertidur karena kelelahan....
Dengan pelan, Rolan meraih kursi dan duduk di dekat ranjang Sabrina, mengamatinya. Sabrina benar-benar pucat seputih kapas, dan sangat kurus, meskipun kecantikan masih tersirat di sana. Tiba-tiba saja Rolan teringat akan dirinya sendiri beberapa waktu yang lalu, dan tahu pasti bahwa dulu kondisinya sama persis seperti Sabrina.
Bulu mata tebal Sabrina bergerak-gerak seolah mengetahui kehadirannya, perempuan itu lalu membuka matanya pelan-pelan, dan bibirnya tersenyum lemah ketika melihat Rolan sedang duduk di tepi ranjangnya dan mengamatinya.
"Rolan....?" Sabrina mendesah lemah, "Kau datang." Jemari lemah Sabrina terulur, seolah-olah ingin meraih Rolan.
Dengan lembut Rolan meraih jemari Sabrina, menggenggamnya, "Aku ada di sini, Sabrina."
Wajah Sabrina tampak sedih, "Tahukah kau bahwa penyakit ini sudah menyerang seluruh inderaku? Aku.. aku bahkan tidak bisa melihat segala sesuatunya dengan jelas, semuanya tampak samar-samar... dan aku takut..." air mata Sabrina menetes bening di pipinya, membuat Rolan tersentuh. Dia pernah mengalami rasa takut yang sama seperti Sabrina, ketika dia hampir kehilangan pendengaran dan pengelihatannya karena kanker otaknya, tidak mampu berjalan lagi karena tubuhnya seakan mati rasa, Rolan pernah merasakan ketakutan yang sama, bahkan ketika malam menjelang dan dia hendak tidur, dia sangat ketakutann, takut kalau-kalau ternyata esok hari dia sudah tidak bisa membuka matanya lagi.
"Jangan menangis Sabrina, kau kelelahan dan bingung, istirahatlah, aku akan menemanimu."
Sabrina meremas tangan Rolan dengan lemah, "Kau tidak akan meninggalkan aku bukan?"
Rolan menganggukkan kepalanya mantap, "Aku akan di sini Sabrina." Hujan turun dengan derasnya di luar, sepertinya malam ini akan badai, karena suara guntur sudah menggemuruh, membuat jendela kaca ruangan itu bergetar beberapa kali karena begitu kerasnya suaranya.
Rolan mengamati Sabrina, dan sedikit merasa tenang karena Sabrina sudah tidur pulas, tiba-tiba saja dia teringat pada Selly dan melirik jam tangannya, sudah jam delapan malam lebih, tadi dia minta Selly menunggu di restoran sejak pukul tujuh. Kekasihnya itu pasti cemas. Rolan harus segera ke sana..
Dengan hati-hati Rolan mencoba melepaskan pelan-pelan pegangan tangan Sabrina di jemarinya, dia akan meninggalkan Sabrina diam-diam, karena dia yakin perempuan itu akan tertidur pulas sampai esok pagi, apalagi setelah tubuhnya menyerap pengaruh obat yang diberikan dokter kepadanya.
Tetapi mata Sabrina terbuka kembali, berkaca-kaca dan penuh air mata dalam proses Rolan melepaskan jemarinya, perempuan itu terisak-isak histeris,
"Kau bohong Rolan, kau akan pergi...Kau akan meninggalkanku..." Sabrina setengah menjerit di tengah isakannya. Sementara itu Rolan teringat pesan dokter untuk selalu membuat Sabrina tenang. Sabrina sudah kelelahan karena serangan kejangnya dan dia bisa kehilangan kesadaran kalau terlalu lelah.
Sambil menghela napas panjang, Rolan duduk di pinggir ranjang, dan menghapus air mata Sabrina, "Maafkan aku, aku cuma ingin ke toilet."
Isakan Sabrina sedikit mereda, "Jadi kau bukannya akan meninggalkanku?"
"Bukan." Rolan meringis karena harus berbohong, tetapi dia harus melakukannya bukan? di depannya terbaring seorang perempuan lemah yang sepertinya sangat bergantung kepada kehadirannya, dan Rolan yang pernah mengalami kesakitan yang sama, tidak akan tega menyia-nyiakan perempuan ini. "Tidurlah, aku akan menjagamu."
Jemari lemah Sabrina meraih jemari Rolan dan menggenggamnya erat-erat, "Terimakasih Rolan." bisiknya lembut, lalu memejamkan matanya lagi.
Rolan sendiri duduk dan mengamati jemarinya yang digenggam dengan begitu erat oleh Sabrina, lalu dia menghela napas panjang, diraihnya ponselnya sambil melirik cemas ke arah hujan deras yang menghujan diiringi gempuran petir di luas. Dia tidak bisa menelepon Selly di sini karena akan mengganggu istirahat Sabrina, akhirnya dia mengirimkan pesan sms singkat kepada kekasihnya itu.
-Sayang, maafkan aku. Aku tidak bisa meninggalkan Sabrina, kondisinya parah. Kita ganti makan malam ini esok hari ya? Mencintaimu selalu -
***
Sudah jam delapan malam lebih.
Selly melirik ke arah jam tangannya dan memandang cemas ke sekeliling, sudah satu jam dia menunggu Rolan dan kekasihnya itu tidak datang juga. Pelayan sudah bolak balik datang dan menanyakan mejanya. Ya... meja di restoran ini selalu tereservasi penuh, banyak sekali pasangan atau keluarga yang mengantri untuk makan malam di restoran yang elegan ini. Dan Selly yang hanya menunggu di meja, tanpa memesan hidangan dan hanya meminum air putih tentu saja merupakan sebuah in-efesiensi bagi pelayanan meja restoran itu.
Selly tahu kalau pasangannya diharapkan segera datang, kalau tidak Selly harus membatalkan reservasi dan meninggalkan restoran itu, karena meja yang dia duduki sekarang bisa digunakan oleh pasangan lain yang mengantri.
Tetapi bagaimanapun juga Selly harus menunggu Rolan bukan? Rolan menyuruhnya menunggu, dan Selly yakin kalau Rolan akan datang....
Seorang pelayan datang lagi menghampirinya untuk ketiga kalinya,
"Mohon maaf nona, apakah nona sudah mulai akan memesan?" Itu adalah pertanyaan sopan bernada pengusiran halus, dan Selly tidak bisa menyalahkan pelayan itu karena dia akan melaksanakan tugasnya.
Pada saat yang bersamaan, ponsel Selly berbunyi dan dia membelalakkan matanya penuh harap ketika mengetahui bahwa pesan itu berasal dari Rolan, segera dia membuka pesan itu dan membacanya.
-Sayang, maafkan aku. Aku tidak bisa meninggalkan Sabrina, kondisinya parah. Kita ganti makan malam ini esok hari ya? Mencintaimu selalu -
Seketika itu juga dada Selly seakan dihantam oleh godam yang sangat kuat, membuatnya merasakan rasa nyeri yang menyiksa di sana. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, hari ulang tahun pertama mereka bisa merayakan bersama-sama tanpa Rolan menderita sakit... dan Rolan malahan menghabiskannya bersama perempuan lain...
Mata Selly berkaca-kaca, dia tahu bahwa dia seharusnya tidak boleh sedih ataupun marah kepada Rolan. Rolan melakukan ini semua pasti ada alasannya, dan dia percaya kepada Rolan, pasti kondisi Sabrina benar-benar buruk di sana, dan dia membutuhkan Rolan, lebih daripada Selly membutuhkannya.
"Nona? Bagaimana? Apakah anda akan mulai memesan, ataukah anda masih akan menunggu?" pelayan itu bergumam, menarik Selly dari kesedihan di dalam benaknya.
Selly mendongak, menatap pelayan itu dengan mata sedih, hendak mengatakan bahwa dia akan pulang karena pasangannya tidak jadi datang.
"Saya... saya akan pulang. Maafkan saya, pasangan saya tidak jadi datang."
Seketika itu juga Selly menerima tatapan iba dari pelayan itu, yang membuat hatinya bagaikan diiris sembilu. Pelayan itu pasti tahu betapa Selly datang dan menunggu lebih dari satu jam lalu dengan harapan berbinar-binar hanya untuk kemudian dipupuskan begitu saja setelah menunggu sekian lama. Tiba-tiba saja Selly malu bukan kepalang,
"Selly?" sebuah suara familiar tiba-tiba terdengar di belakang Selly, membuat Selly menoleh dan bertatapan langsung dengan mata cokelat Gabriel yang dalam. Penampilan lelaki itu luar biasa, dengan setelan yang sepertinya dijahit khusus untuknya, rambutnya agak basah, mungkin karena menembus badai di luar dalam perjalanannya memasuki restoran.
Bahkan pelayan itu ternganga kagum akan penampilan Gabriel, untunglah dia segera menguasai diri, pelayan itu tersenyum lebar kepada Selly dengan penuh perhatian,
"Saya rasa pasangan yang anda tunggu pada akhirnya datang." Senyum pelayan itu tampak tulus, "Sebentar, saya akan mengambilkan menu untuk kalian berdua." dan kemudian pelayan itu bergegas pergi, tidak mendengarkan Selly yang berusaha memanggilnya.
Setelah pelayan itu pergi, Selly menatap Gabriel dengan malu,
"Maafkan saya Sir. Pelayan itu mengira anda sebagai pasangan makan malam saya. Tetapi sebenarnya calon suami saya membatalkan acara makan malam ini, jadi saya akan pulang...saya rasa anda juga sedang menunggu pasangan anda, jadi saya akan ke sana dan menjelaskan kepada kepala pelayan restoran..." dengan gugup Selly hendak berdiri, tetapi jemari Gabriel menahan lengannya dengan lembut,
"Duduklah dulu Selly, aku tidak sedang menunggu seseorang jadi kau bisa jelaskan pelan-pelan." Dengan santai Gabriel duduk di kursi di depan Selly, menatap Selly dari seberang di bawah bayang-bayang lilin di antara mereka. "Jadi calon suamimu membatalkan makan malam kalian? kenapa? dari yang aku dengar darimu tadi siang, kalian sudah merencanakan makan malam ini..."
Selly menghela napas panjang, berusaha menyembunyikan kesedihannya, "Dia.. dia ada kepentingan mendadak di rumah sakit."
"Apakah calon suamimu sakit lagi?" Gabriel mengangkat alisnya, dan Selly langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat,
"Tidak, bukan begitu, ada seorang temannya yang menderita sakit parah sama sepertinya mengalami serangan malam ini, dan dia membutuhkan calon suami saya untuk menemani."
"Lebih daripada kau membutuhkan kehadiran calon suamimu untuk menemanimu di hari ulang tahunmu, eh? Bukankah itu berarti calon suamimu lebih memilih temannya daripada dirimu?" kata-kata Gabriel terdengar tenang, tetapi langsung menusuk ke dasar jiwa Selly membuatnya mengernyit.
"Saya tidak akan berpikiran seperti itu terhadap calon suami saya. Saya tahu dia melakukan apa yang menurutnya terbaik dan saya mendukungnya."
"Dengan membiarkanmu menunggu sendirian di restoran? berapa jam, Selly? satu jam? dua jam?"
"Jangan mencoba membuat saya berpikiran buruk pada suami saya." Selly menyela, suaranya terdengar tegas hingga membuat Gabriel terdiam, "Mohon maafkan saya...." Selly bergumam kemudian, menyadari kalau dia telah membentak bosnya sendiri, "Saya.. saya rasa sebaiknya saya pergi."
"Makan malamlah denganku, Selly. Aku kebetulan tidak ada teman dan kebetulan pula bertemu denganmu di sini, lagipula kau belum makan bukan? dan di luar hujan deras serta tidak ada taxi kau harus menunggu lama di depan dan pasti kebasahan." Tatapan Gabriel tampak tak terbantahkan, "Kita bisa menunggu badai reda sambil makan malam bersama."
Selly terpaku di tempat duduknya..... meragu.
Apakah dia akan tinggal, ataukah dia akan pergi?
Bersambung ke Part 11
You got her, Gabe....
BalasHapusCome on......
tumben post nya siang mba san :)
BalasHapusmksh yah mba ^_^
makasih mba san huwaaa sumpah nyesek pas baca pesannya rolan buat selly :(
BalasHapussabrina apa rencanamu sayang hmm . . penasaran iiih hhe
Dan Sabrina yang hanya menunggu di meja, tanpa memesan hidangan dan hanya meminum air putih tentu saja merupakan sebuah inefesiensi bagi pelayanan meja restoran itu.
BalasHapusitu Selly ya mb bukan Sabrina ..
hadeuhh kasihan Selly, Rolannn kamu itu gimana sih uda tinggal aja Sabrina kan ada dokter atau panggil tuh si Gabriel ..
Thanks mb Santhy karyanya :)
Iyesss! Jagoin gabriel aja ah
BalasHapusRolan nya reseh , huh!
Ihihihi
Makasihh mb san, di posting nya siang2 gini
Menemani hari sabtu ku :))
jangan jangan nantinya gabe jadi putih karena cinta, dan rolan jadi hitam karena kehilangan cinta dan terjebak dengan sabrina....
BalasHapusanyway.....thank's very much, mbak san for the nice story
aaaaaaaaaa,
BalasHapusgabe oppa
wah, rolan tega ah ama selly... Untung ada gabriel...
BalasHapusGabriel jd pahlawan kemaleman... Hahahha...
gotcha!
BalasHapussepertinya gabriel lambat laun akan jatuh cinta pada selly? dan rolan dengan sabrina...? let's see..
thanks mba san..bner2 susah di tebak jalan critanya... :)
Hmmm.. Gmna ya endingny?:s
BalasHapusGabriel kepincut Selly..
Rolan kepincut Sabrina..
Ckckck
Teganya rolan begitu ....membuat selly menunggu Dan membatalkan pula .....!!
BalasHapusTeganya.....!!
Dramatic amat komennya..hahaha
Makasih ya mbaa saanntthhh....
*peluk peluk
Hhhuaaa..... bersmbung pas adegan bikin penasarannnn....
BalasHapusSelamat. Embaa membuatku tidak nyenyak tidur
HapusAsiiikkk bnyak update an rapeell bacanya,,,
BalasHapusHmmmm kasian selly tapi untung ada gabriel yg nemenin mkn mlm, jadi buat rolan jgn salahin selly yach nanti klo pindah kehati gabriel wekeke :p
btw mw nanya crita di blog & wattpad yg paling update yg mana mbak? thank you very much
gabriel mulai mengambil perhatian selly....
BalasHapusmakasih ya mbak san,,,saya tunggu kelanjutan kisahnya..
ah, jd pengen selly sama gabriel aja
BalasHapusgak rela selly sama gabriel..
BalasHapus>.<
gak rela selly sama gabriel..
BalasHapus>.<
yaampun rolan kok jahat gitu yah.batalin janji dinner sepihak . huhuhu
BalasHapusapakah apakah nnti gabriel.akan jatuh cinta dg selly ? dan bagaimana dg penyakit sabrina ? ohhh mba sant lanjut yaaaa :)
*ngejar Roland pake sapu* Dasar!!! Anak orang disuru nunggu sejam lebih. Menunggu itu hal yang paling menyebalkan tahu....
BalasHapusGO Gabriieeelll!!! Mulai sekarang q mantap menyebrang kepihak Gabriel. Salah sendiri ga perhatian lagi, wllleeekkkkk
klo dliat dri sdut Rolan,ksian jg dia.
BalasHapusstu sisi dia pzti jg mrsa brsalah bnget ma selly,tp dsisi lain kmnusiaanlah yg brbcara.
Psti andilau bnget tuh rolan,
mksh postingannya teh santhy ,
smangat truz dan ganbatte.
makasih ka updatenya, aku jadi kesal sama tingkahnya si rolan dia lupa ini malam ulang tahun selly yg bisa di rayakan bersama " entar klau ditinggal sama selly baru tau rasa nanti, ayo Gibrel rebut selly aku mendukungm
BalasHapussumpahhh jadi gregetan gini gw sama rolan .... emang serba salah si dlyt dr sisi rolan ... tpi ksian selly ... u.u dtgu klnjutanny mba
BalasHapusgomawo^^
hahhahh ya nih sama pengen jambak tuh si sabrina hiihihi
HapusApa ceritanya mirip menghitung hujan ?
BalasHapusCuma bedanya rolan simpati sm sabrina bkn cinta tpi prrhatiannya lebih ke sabrina dn lupa sm selly . Trus gabrel perhatian ke selly tpi ada motif dibelakangnya.........
ni cuma tebakanku sih........
Apa ceritanya mirip menghitung hujan ?
BalasHapusCuma bedanya rolan simpati sm sabrina bkn cinta tpi prrhatiannya lebih ke sabrina dn lupa sm selly . Trus gabrel perhatian ke selly tpi ada motif dibelakangnya.........
ni cuma tebakanku sih........
asli gemes banget sama rolan kasian selly....pemain utama rolan apa gabriel ya? hihiihih makasih mba san
BalasHapus"Kau tidak akan meninggalkan
BalasHapusaku bukan?"...huweeeee sabrina apa-apakah kau (๑-﹏-๑)
lama2 gemessss jg nih ama mas rolan
kasihan sekaly Selly...
BalasHapusRolan teganya dikau...
:(
Go..go..go... GABE. Dukung u trus buat dapatin Selly.
BalasHapusiiihhhh... gregeten ma Rolan !!!!!!
BalasHapusntebrang ke Gabriel aja ahhh(ikut-ikutan ga setia kaya Rolan)
maksudnya nyebrang... (saking gemesnya jadi salah ketik)
HapusGabrieeelllll... Visualisasinya itu cakep buangeeeeett. Dapet dimana sih stok cowok model begini? *ga sadar diri* *plak plak* hihiihi.
BalasHapusGabriel is the best deh....
BalasHapuspokok nya mau nya sama gabriel titik ga pake koma hehehehe
BalasHapusAyooo.. gabriel.. go go go.. km bakalan bs happy ending ama selly.. makasih mba san..
BalasHapusBaca part yg ini rasanya tuh pengen nimpukin kpala roland pake palu segede gaban .. gemess buanget gua, lupa kali ya sama pengorbanan sely slama ini huff.. mba santy top deh ceritanya..
BalasHapusAku pendukung Gabriel-Selly mbak..!!!
BalasHapusGregetan ama Rolan.. Plin plan pake banget.. *tendang Rolan jauh-jauh*
Semoga besoknya Rolan tetep gak bisa dinner ama Selly karna Selly ada urusan.. Urusan apa kek gitu mbak, ama Gabriel sih maunya urusannya.. Biar rasain tuh si Rolan..!
Semoga nantinya Selly bisa ngerubah Gabriel..
Ditunggu next partnya, mbak..
Ama next part Embrace the Chord juga maksudnya.. :)
My Jason~~~
Waduuuh, lbh bnyk yg ngedukung Gabriel nich drpd Rolan.. jd bingung mendukung siapa(-_-;)
BalasHapus*ketularan plinplannya Rolan*
Mbak Santhy jagonya nulis cerita yg bkin smua org geregetan..
Makasiih, ya Mbak..
Dukung gabriel...!! Maju terus pantang mundur..! Hehehe..
BalasHapusahhggg roland gak asik terlalu baik.. kasian sally .. sabar ya non.")
BalasHapusI love bad boy, so pasti akan dukung gabriel, hahaha
BalasHapusKalo gabriel sama selly kayaknya gabriel malah ug akan berkorban demi cintanya ke selly.
Selly bisa jadi jahat karena rolan memilih sabrina? Msh jauh ya mba San ending nya. Msh tebak2 buah manggis, hehehe
Semangat terus untuk karya nya mba, inget tetep jaga kesehatan, dikau membutuhkannya untuk seluruh aktifitas mu yg padat itu.
God bless.
mbk.... jgn lama2 post ya???
BalasHapusKali ini setuju sama gabriel jangan kash darahnya ke sabrina...jadi deh makan mlm biatpun sama gabriel..
BalasHapus