Arlene melepaskan jemarinya dari pisau lipat kecil di tasnya.
Tidak. Dia tidak boleh terbawa emosi dan berbuat bodoh yang pada
akhirnya akan merugikan dirinya sendiri. Arlene memang selalu membawa pisau
kemana-mana sejak peristiwa percobaan perampokan yang pernah menimpanya. Pisau
itu memberinya rasa aman, dan seharusnya hanya dipakai untuk melindungi
dirinya. Arlene tidak akan menggunakan pisau itu untuk melukai Rachel. Kalau
dia ingin mencelakakan Rachel maka itu tidak akan dilakukan dengan tangannya
sendiri, tangannya harus benar-benar bersih...
Orang lainlah yang akan melakukan untuknya.
Arlene kemudian menekan nomor ponsel yang sangat dikenalnya, nomor
ponsel seorang teman sekaligus pesuruhnya yang setia, karena Arlene selalu
memberikan bayaran yang besar kepadanya. Suara di seberang langsung menjawab pada
deringan kedua.
“Arlene.” Terdengar suara yang dalam dan tenang, Arlene bahkan bisa
membayangkan senyum lebar orang diseberang sana.
“Andrew.” Setengah berbisik Arlene memanggil nama lawan bicaranya itu,
“Aku ingin kau melakukan seuatu untukku nanti.”
***
Acara makan malam itu berlangsung elegan dan menyenangkan, banyak
orang-orang penting dari dunia musik klasik yang datang, dan Rachel beruntung
bisa berkenalan dengan beberapa di antara mereka. Tentu saja kalau dia tidak
kemari bersama Jason, dia tidak akan mendapatkan kesempatan itu. Jason mengenal
hampir semua orang di ruangan ini, dan bahkan dikenal oleh seluruh orang di
ruangan ini.
Rachel melihat bahwa beberapa orang melemparkan tatapan kagum kepada
Jason. Yah... lelaki ini tampak berbeda kalau berada di depan umum, Jason
tersenyum sopan dan lembut kepada semua orang yang menyapanya, menanggapi
setiap pertanyaan atau sapaan dengan penuh perhatian, bisa dikatakan lelaki ini
tampak.. dewasa.
Selama ini yang ada di benak Rachel adalah Jason yang tukang memaksa,
tukang cium sembarangan, tidak sopan dan suka memaksakan kehendaknya.,,,
Kalau begitu, manakah dari dua sisi yang ditampilkan Jason ini yang
merupakan kepribadian aslinya?
“Kita akan tampil setelah makan malam.” Jason sedikit menundukkan
kepalaya, berbisik pelan di telinga
Rachel. Dengan lengannya yang masih melingkari pinggang Rachel, mereka berdua
terlihat benar-benar intim. Dan sayangnya mereka tidak menyadari ada dua pasang
mata yang mengawasi mereka, sama-sama cemburu.
Tiba-tiba Rachel mengingat musik yang akan mereka mainkan dan
mengerutkan keningnya,
“Kenapa di antara semua musik yang ada, kau memilih untuk memainkan
itu?”
“Memilih apa?” Jason menganggukkan kepalanya kepada seorang tamu yang
menyapanya dari kejauhan, lalu dia memfokuskan pandangannya kepada Rachel
sambil mengangkat alisnya.
Pipi Rachel langsung memerah menerima tatapan itu, “Lagu itu...
maksudku...”
Mata Jason langsung berbinar, “Itu adalah melodi yang indah, cocok
untuk dimainkan di malam yang juga indah ini... apakah judulnya yang
mengganggumu? Beethoven Violin Romance hmm? Kau tidak sedang berpikir bahwa aku
sengaja membuat kita tampak seperti sepasang kekasih bukan?”
Sekarang pipi Rachel benar-benar merah padam.
“Aku... aku akan ke kamar mandi dulu.” Rachel melepaskan diri dari
pegangan Jason dan terbirit-birit masuk ke kamar mandi.
***
Jason sedang meminum gelas anggur keduanya, bersandar di dekat jendela
di salah satu sudut yang sepi, berusaha menghindari keramaian pesta sambil
mengamati tamu-tamu yang berkerumun dan asyik bercakap-cakap satu sama lain.
Sebentar lagi mereka akan masuk ke ruangan besar untuk acara makan
malam formal, dan setelah itu dia akan bermain biola bersama Rachel.
Bibir Jason menyunggingkan senyum tipis penuh rasa ironi.
Ini gila. Rasanya seperti dia ketagihan bermain biola
bersama Rachel. Ketagihan berdiri di sana mengimbangi nada-nada indah yang
dihasilkan oleh gesekan alami Rachel.
Dia sendiri tidak menyangka akan melakukan tindakan kekanak-kanakan
seperti itu, mengancam Rachel dengan sebuah foto. Foto Rachel yang sedang
mengecup dahi Calvin dengan penuh cinta.
Rachel yang bodoh dan bertepuk sebelah tangan, tidakkah dia menyadari
bahwa dia membuang-buang waktunya dengan mengharapkan Calvin? Seorang lelaki
yang bahkan tidak pernah melirik Rachel sebagai seorang perempuan.
“Kau datang dengannya.”
Suara itu tiba-tiba saa sudah muncul di sebelah Jason. Membuat Jason
menoleh dan mengerang dalam hati. Sial. Dari semua orang yang ada, dia harus
bercakap-cakap dengan orang yang paling tidak ingin ditemuinya, yah Jason
seharusnya tahu bahwa Arlene pasti akan hadir di acara-acara makan malam
seperti ini.
“Tentu saja.” Jason memalingkan wajahnya dan menatap ke arah para
tamu, “Malam ini adalah malam perkenalan resmi Rachel sebagai murid khususku di
hadapan tamu-tamu penting ini.”
“Apakah kau tidak sadar bahwa kau sama saja menampar mukaku di sini?
Datang ke pesta sebagai pasangannya? Apa kau tidak sadar sudah berapa kali aku
menerima tatapan kasihan dari semua orang karena datang kesini sendirian dan
dicampakkan olehmu?”
“Kau sebenarnya tidak perlu datang ke pesta ini sendirian, Arlene. Itu
pilihanmu sendiri untuk mempermalukan dirimu.” Jason bergumam dingin.
Arlene menghela napas panjang melihat ekspresi dingin Jason, “Dia sepertinya
sangat istimewa bagimu, kau memperlakukan Rachel seperti anak emasmu.”
Jason melirik ke arah Arlene dan melihat perempuan itu membawa gelas
anggur di tangannya, entah gelas yang ke berapa. Bagi Jason, Arlene tampak agak
mabuk dan tidak fokus.
“Dia memang istimewa, kalau di asah dengan benar, permainan biolanya
akan bisa menandingiku.” Jason menjawab datar dan hati-hati.
“Bagiku tidak akan pernah ada orang yang bisa menandingimu dalam
bermain biola, Jason. Kaulah yang paling hebat.” Arlene menyela cepat, penuh
keyakinan di matanya, kemudian dia mendongak menatap Jason tajam dan berusaha
menarik perhatian Jason, “Apakah ketertarikanmu kepadanya hanya karena dia
sangat berbakat dalam permainan biola?”
“Apa maksudmu?” Jason mengerutkan keningnya, kali ini dia benar-benar
yakin bahwa Arlene mabuk. Perempuan itu bahkan tidak bisa berdiri tegak dan
bersandar di sisi lain jendela, setengah sempoyongan. “Apakah kau masih
berpikir bahwa aku mencampakkanmu karena Rachel?”
Arlene tersenyum sinis, “Setelah bertemu dengannya, kau
meninggalkanku.” Mata Arlene menyala, “Aku jadi bertanya-tanya, kau selalu
mengatakan bahwa kau tertarik kepadanya karena bakatnya, bagaimana jika dia
kehilangan kemampuannya bermain biola?”
Jason langsung menoleh waspada, instingnya mengatakan ada sesuatu yang
tidak beres, “Apa yang kau rencanakan, Arlene?”
Mata Arlene bersinar penuh rahasia, “Pembalasan.”
Dengan geram Jason merenggut lengan Arlene dan menatapnya penuh
ancaman. Sayangnya, Arlene terlalu mabuk untuk merasa takut kepadanya,
perempuan itu malahan tersenyum lebar dengan tatapan mata bergairah, senang
akan sentuhan Jason di tubuhnya.
“Jika sampai terjadi sesuatu kepada Rachel dan kau adalah dalangnya,
aku akan membuatmu menyesal seumur hidup, Arlene.”
Arlene terkekeh, “Sayangnya sepertinya sudah terlambat, Jason sayang.”
Jemari lentik Arlene dengan kuku yang dicat merah darah menyentuh pipi Jason
penuh hasrat, “Kalau aku tidak bisa memilikimu, Jason. Maka tak seorangpun bisa.”
Jason langsung melepaskan pegangannya dari Arlene, setengah mendorong
perempuan itu dengan jijik, tidak dipedulikannya Arlene yang masih terkekeh
mabuk, dia langsung melangkah menuju area toilet tempat Rachel menghilang tadi.
Rachel sudah terlalu lama berada di kamar mandi... Jantung Jason
berdebar cemas.
***
Rachel sedang mencuci tangannya di wastafel dan menatap bayangan
dirinya di kaca. Pipinya masih merona merah. Ya ampun, bodoh sekali dia
bertanya seperti itu kepada Jason dan lelaki itu langsung menyambarnya untuk
mempermalukannya.
Setelah menghela napas panjang, Rachel melangkah keluar dari kamar
mandi, yah dia hanya perlu melalui malam ini dengan baik dan berharap Jason
segera menghapus fotonya yang sedang mencium dahi Calvin dari ponselnya....
Satu langkah Rachel keluar dari pintu area toilet yang kebetulan
berada di lorong yang sepi, sebuah tangan kekar dan kuat mencengkeramnya dengan
kasar. Rachel memekik tetapi sebelah tangan sosok kasar yang menyergapnya itu
langsung menutup mulutnya. Di pinggangnya Rachel merasakan benda keras yang
menekan dan tajam, dia melirik dan mengernyit cemas, sebuah pisau!
“Diam kalau kau mau hidup.” Suara lelaki yang menyergapnya itu
mendesis kasar, membuat Rachel tak berdaya mengikuti kemauan si penyergap, dia
bisa apa? Sebuah pisa yang mengerikan sekarang menempel di pingangnya!
Si penyergap itu setengah menyeret Rachel menuju ujung lorong ke arah
tangga darurat menuju ke bagian luar rumah. Jantung Rachel berdebar kencang,
apa yang akan terjadi kepadanya? Siapa lelaki ini? Kenapa melakukan ini
kepadanya?
Langkah-langkah si penyergap semakin cepat seakan ingin segera keluar
dari rumah besar itu, Rachel bisa mendengar napas lelaki itu terengah di atas
kepalanya, dia ingin melirik wajah lelaki itu, bukankah itu yang selalu
dikatakan polisi? Jika terjadi sesuatu kepadamu, hapalkan wajah penjahatnya
seteliti mungkin. Tetapi ternyata tubuh Rachel yang pendek menghalanginya
melihat wajah lelaki itu, lelaki itu tinggi dan besar, setinggi Jason tetapi
lebih kekar dan mengerikan, dan sekarang kaki Rachel mulai terasa pedih karena
sepatu hak tingginya terseret-seret mengikuti langkah si penyergap itu.
“Rachel?” sebuah teriakan terdengar dari ujung atas tangga, di pintu
keluar dekat area toilet. Si penyergap sudah menyeret Rachel sampai ke tangga
bagian bawah, sebentar lagi mereka akan mencapai pintu keluar. Rachel dan si
penyergap sama-sama terkesiap mendengar suara panggilan itu. Rachel mengenali
suara itu.. itu suara Jason!
Rachel langsung meronta sekuat tenaga merasakan ada harapan, tetapi
kemudian ujung pisau yang tajam itu menusuk ke pinggannya sedikit, membuatnya
merasa perih dan ngeri.
“Jangan coba-coba.” Lelaki itu mendesis tajam, “Ayo!” dengan gerakan
kasar, si penyergap menyeret Rachel kali ini lebih terburu-buru, dan kemudian
membuka pintu tembusan ke luar rumah itu.
Sementara itu, suara Jason masih memanggil-manggil di ujung tangga.
***
Jason memanggil-manggil Rachel tanpa hasil. Dia bahkan melongok ke area
toilet perempuan dan langsung merasa cemas ketika mengetahui bahwa tidak ada seorangpun
di dalamnya. Buru-buru dia melangkah keluar dari area kamar mandi, dan kemudian
kakinya menginjak sesuatu yang keras.
Jason membungkuk dan mengambil benda yang mengganjal sepatunya itu dan
mengernyit ketika memegang sebuah kancing kecil... kancing kecil berwarna
hijau... Rachel mengenakan baju hijau..
Matanya membara ketika menemukan bahwa di ujung lorong ada sebuah
pintu kecil yang mengarah kepada tangga darurat di luar, dengan langkah cepat
dia menuju ke pintu itu dan membukanya,
“Rachel?” Jason memanggil lagi, suaranya menggema di area tangga
darurat itu, dan kemudian telinganya yang tajam mendengar suara pintu dibanting
di bawah.
Ada seseorang membuka pintu di bawah!
Setengah berlari, Jason menuruni tangga darurat itu.
***
Sebentar lagi beres. Mereka sekarang berlari menembus kegelapan taman
yang dipenuhi pohon-pohon besar. Si Penyergap rupanya berhasil menyusup masuk
ke pesta melalui halaman belakang rumah. Ya. Ini adalah pesta untukn acara
musik yang penuh persahabatan, jadi sama sekali tidak ada penjagaan keamanan
berlebih kecuali dua orang satpam yang berjaga di pintu depan.
Tentu saja di penyergap tidak sebodoh itu melalui pintu depan, dia
berhasil menemukan jalan masuk kecil melewati pintu belakang di tengah taman
yang sepertinya digunakan khusus untuk membuang sampah.
Perintah Arlene sangat jelas. Lukai urat penting di tangan Rachel, dan
buat rusak wajahnya, tetapi jangan bunuh dia, lalu tinggalkan.
Sepertinya tempat di halaman belakang yang penuh pohon ini cukup cocok
untuk mengeksekusi korbannya. Andrew, si penyergap sebenarnya tidak suka
melukai perempuan... tetapi ini adalah pekerjaan, dan bayarannya menggiurkan.
Ya.Dia harus buru-buru melakukan tugasnya dan kemudian bergegas pergi
dari rumah ini, menghilang di kegelapan. Suara-suara yang memanggil di
belakangnya tadi tidak main-main, dan kalau dia tidak cepat, pemilik suara itu
akan mengejar mereka. Dia hanya perlu melakukan satu atau dua tikaman sebelum
perempuan mungil ini sempat menjerit, kemudian dia bisa melompat melalui pintu
belakang itu dan kabur dalam kegelapan.
Dengan kasar, Andrew membanting tubuh Rachel ke tanah, begitu keras
hingga Rachel memekik kesakitan, sepertinya tingkah kasarnya telah membuat
Rachel cedera, perempuan itu meringis, melirik ke arah kakinya yang terkilir.
“Apa yang kau lakukan? Siapa kau...?” suara Rachel berubah ngeri
ketika pisau di tangan Andrew memantulkan cahaya bulan, tampak mengancam, “Kenapa
kau melakukan ini kepadaku?” Suara Rachel ketakutan bercampur panik, dia
berusaha beringsut menjauh, tetapi kakinya terkilir, amat sangat sakit dan
membuatnya tak bisa berdiri, yang bisa dilakukannya hanyalah menyeret tubuhnya
menjauhi sang penyergap.
Sayangnya itu tak berarti banyak, karena sang penyergap sekarang
berdiri menjulang di atasnya, tubuhnya menghalangi bayangan bulan dan wajahnya
hampir seperti siluet, tetapi Rachel bisa merasakan lelaki itu menyeringai,
“Maafkan aku cantik, sayangnya aku harus melukaimu.” Suara si
penyergap serak dan mengerikan, dan pada detik itu, si penyergap mengayunkan
pisaunya ke arah Rachel. Rachel sontak menjerit keras-keras, berusaha beringsut
mundur dan menaruh tangannya di depannya untuk melindungi dirinya.
Lalu detik berikutnya berlangsung cepat, pisau si penyergap tidak
mengayun kepadanya, tubuh si pernyergap terbanting kesamping, ada seseorang
yang menerjangnya dari belakang.
Itu Jason!
Jason datang menolongnya! Dan sekarang kedua lelaki itu sedang
bergulat di tanah, tetapi si penyergap membawa pisau dan Jason hanya memakai
tangan kosong!
Rachel menjerit, mencoba memanggil bantuan, mencoba berteriak agar
siapa saja yang mungkin mendengar bisa
datang dan menolong mereka. Dia menatap cemas dan ketakutan ke arah dua lelaki
yang masih bergulat dengan keras itu. Yang satu berusaha mengalahkan yang lain,
pukulan-pukulan dilayangkan dan Jason berusaha menangkis tikaman-tikaman pisau
dari si penyergap, membuat Rachel mengerutkan keningnya ketakutan dan semakin
menjerit keras sampai suaranya serak.
Kemudian terdengar langkah-langkah kaki berderap yang mendekati
mereka, membuat si penyergap panik dan membabi buta untuk melepaskan diri dari
pergulatannya dengan Jason. Lelaki itu mengayunkan pisaunya dengan keras dan
kejam ke arah Jason, hanya beberapa detik hingga Jason tidak bsia menghindar, darah
mengucur deras dari tubuh Jason dan seketika tubuh Jason tumbang ke tanah,
membuat Rachel memekik.
Kesempatan itu digunakan si penyergap untuk melepaskan diri dari
Jason, dia langsung bangkit dan berlari secepat kilat menuju ke arah pintu
belakang dan tubuhnya menghilang di kegelapan malam.
Rachel menyeret kakinya yang terkilir setengah merangkak mendekati
Jason, seluruh gaun hijaunya berlumuran tanah, tetapi dia tidak peduli. Dia
berhasil mendekati Jason yang terbaring setengah meringkuk membelakanginya, dia
meraih tubuh Jason, membalikkannya dan langsung membelalakkan matanya.
Jason sedang meringis menahan sakit, wajahnya pucat pasi hingga tampak
begitu putih di kegelapan kebun belakang ini, dan meskipun sekeliling mereka
gelap pekat, Rachel bisa melihat bahwa sebelah tangan Jason sedang menekan
pergelangan tangannya yang lain.... dan darah segar mengucur di sana, begitu
deras keluar dari sebuah luka sayatan yang menganga lebar dari telapak tangan
Jason hingga melewati pergelangan tangannya.
“Jason? Oh astaga... Jason??” Jemari Rachel bergetar menyentuh pipi
Jason yang dingin.
“Kau tidak apa-apa Rachel?” Suara Jason tampak lemah dan matanya tidak
fokus, tetapi dia sepertinya menyadari Rachel yang membungkuk di atasnya, “Ini
sakit sekali... aku lelah.”
Dan Jason-pun memejamkan matanya.
Rachel langsung panik, dia berusaha mengguncangkan tubuh Jason, tetapi
tidak ada reaksi. Suara derap kaki semakin mendekat, tetapi sepertinya mereka
kebingungan menemukan Jason dan Rachel karena suasana begitu gelap. Rachel
akhirnya berteriak-teriak di kegelapan sampai suaranya serak...
Bantuan itupun datang, ternyata itu adalah dua orang satpam di depan
yang sedang berpatroli dan kebetulan mendengarkan jeritan Rachel tadi. Mereka
segera memanggil ambulance. Dan kemudian, ketika bantuan paramedis berdatangan,
dan tubuh Jason yang lunglai diangkat untuk dinaikkan ke ambulance. Rachel
kehilangn kesadarannya.
Yang diingatnya terakhir kali adalah darah itu... darah yang mengucur
deras dari telapak hingga pergelangan tangan Jason.
Tangan yang digunakannya untuk menggesek
biolanya......
Bersambung ke part 12
Asikkk....
BalasHapusYa ampunnnnn jangan bilang Jason akan kehilangan bakatnya bermain biola *oh noooooooo ..
BalasHapusThanks mb Santhy postingannya ..
Kurang satu ya haha
aaakkk jasooonn,,.. Jasooon.. :((
BalasHapusaaaaahhh..jasoooon...jangan tangannya....T.T
BalasHapusYah.....penasaran lagi....
BalasHapusjason khlangan bkat'a....jgn donk mba san...kn kshan.....(T_T)
BalasHapusmksh y mba san pstingan'a...mga ntr mlm ad pstingan lg.....=D
Jasonnnnn, ,,
BalasHapusTangan jason luka, ,
BalasHapusmb santhy jasonnya masih tetep bisa main biola kan mb? ??
#
menegangkan..seruuu :D
BalasHapusmkasii mba San
jangan sampe jason kehilangan bakat nya mbaaa omg !!!! :"(
BalasHapushuaaaaa jasoooon..ya ampun gambarnya lagi ganteng pula nih jasonnya *salahfokus* :D
BalasHapusmba kjadian ayahnya jason ga keulang kan mba??hikshiks
ia tuhan,rachel slamat trnyata jason yg kena.
BalasHapusMdah2an lukanya gk smpe mmbuat jason gk bsa main biola lgi ,
#brdoa brsama buat kslamatan jason,
mksh mbak san,udah posting siang2 gni.
Ganbatte ,
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAaaaaaaaaa gimana itu tangannya Jason luka? kasian banget kalo dia sampe gk bisa maen biola lagi :(
BalasHapusoh noooo jasoooon,moga2 jason masih main biola T.T ,thx mba san yg selalu sukses bikin deg2an bin penasaran xD
BalasHapusaaaaaa., kenapa ceritanya jesen mirip bapaknya ya.... gak rela kalo dia gak bisa main biola lagi :(
BalasHapusjangan sampe cedera jason parah..huaaaaa:^(
BalasHapusAaaaaa jasonnnn jgn sampe kehilangan bakatnyaaaaa aaaa tangan jason masa terulang lagi kayak papa nya jasonnnn (-̩̩̩-̩̩̩_-̩̩̩-̩̩̩)
BalasHapusPlssss.. plssss... jgn ampe jason ga bs main biola lagi.. T__T thanks mba san.. lanjutttt...
BalasHapusjangan sampek tangan jason cidera parah dan bikin ngk bisa main biola
BalasHapuskak santhy yg cantik dan jarang bikin konflik yg pelik slametin jason ya plis.... :) *modus
klo jason ga bs main biaola lg, aq akan ngerajuk seminggu penuh sm mba san hahahahaa :v
BalasHapusmksh mba san peluk ^^
oh my jason (╥﹏╥)
BalasHapussemoga lukamu gk parah yaa beb...huhuhu
lanjut...lanjut...lanjut
OH EM GE... deg degan deh..
BalasHapusMampus tuh si Arlene, malah ngelukain pujaan hatinya sendiri. Semoga dia masih punya hati buat menyingkir!
BalasHapusJason kayak bocah pas bilang lelah hhee, makin penasaran coba!! Iya Rachel gak luka, eh my baby Jason yang luka. Semoga semua baik-baik aja, mbak Santhy kan sayang reader gak mungkin bikin reader cemas wkwkwk...
Apa kabar Calvin ? Makasih publishannya mbak Santhy :)
Nooooo!!!:'(:'(:'(
BalasHapusJason!:'(:'(:'(
Mkasih mbak syg..:*:'(
Aaaahh Jason... Takut Jason nya ga bisa main biola lg huhuuuu :(
BalasHapusMbak santhy cantikkk, lagi dunk jasonnya nambah...
BalasHapusPlease............
Makasihhh
oH nOOOOO jason jgn sampe gak bisa main biola lagi.... :(
BalasHapusmakasih mba dah di publis
aaaaaahhrgg semoga jason gak terluka parah dan masih bisa main biola..
BalasHapus*thankies mba san :D
OMG!!!jangan sampai nasib Jason seperti ayahnya!!!!!Oh No!!!!!kyaaaaaaaa
BalasHapusooohhh tidaaaaakk....
BalasHapusjgan mpe jasoon knpa"...
q gg relaaaaa.......
dari semua bagian tubuh kenapa harus tangannya??? astaga!!
BalasHapusTIDAAAKKKK!!!!! Hiks2...jangan ampe Jason ga bisa maen biola lagi mbak shan....biola kan hidupnya...*srop-srop*
BalasHapusBaca part ini lagi untuk yang ketiga kalinya...
BalasHapusMbak shan...lagi donk!!! Akangku masuk rumah sakit nih...bisa-bisa ga bisa tidur nanti malam...pliissss!!!
I Love Shanty Agatha...^0^
makasih mbak san,
BalasHapusooooooooo...tidakkkk....arghhhhh.....jangan sampai kejadian yang sama persis terulang lg pada jason.mudah2an itu cuma luka kecil.
ARLENA TUNGGU PEMBASALAN DARIKU WKWKWWKWKWK
ps : mbak san, fotonya itu loh gak kuat ^o^
oh no jangan sampe jason cacat dia bisa mati nanti kl nggak maen biola
BalasHapusjasooonnnn#lebay#
aih , jason gimanaa ?
BalasHapusMba san..tega bikin jason terluka... :'(
BalasHapusjason oh jason
BalasHapuspahlawan yang rela menyelamatkan pujaan hati....oh so sweet
thanx kak san udah diposting
Waaaahhhhhhhhhhh......Lagi dong mbaa......:-):-):-):-)
BalasHapusDemi tuhan, jangan jason mba.. Kehilangan kemampuan untuk bermain biola sama aja membunuh dia secara perlahan.. Demi Romeo yg sangat saya cintai.. Saya gk rela.. Makasih mba san..
BalasHapusYa ampun jgn mpe terulang ky bokapnya Jason mba, sumpah ga lucu... hiks jason u'll be okay beb :*
BalasHapusoh my god mba sannnnnn hueeeeeeeeeeeeee #nangissesegukkan
BalasHapuskok jadi jason mbaa ... gmnaa ama permainan biola dia lagi ntar... aaaaaa mba sann tanggung jawabbbbbbb #ehh
Aduuhhhh, gimana ini??????
BalasHapusApakah tangan Jason nantina tidak apa2 kan Mba San?
Huaaaaaaa...........smoga ndak terjadi apa2.....
Klo sampe terjadi apa2 hiks.... T_T
Awas kau Arlene si nenek sihir, tak timpuk pake 1000 bola tenis, tau rasa kau #_#
Grrrrr......... rasana pengen ngejambak rambut si Arlene, trus tak gundulin tuh rambutna
Fiuhhhh..... bacana bener2 kebawa emosi :D
Makasih Mba Santhy *kecup n pelukkkk*
Astagaaa!! Bagaimana dengan Jason nantinya?? Tangannya ngga kenapa-napa kan?? Lukanya ngga fatal kan??
BalasHapusSemoga aja Jasonnya ngga kenapa-napa... >_<
.
Lanjut ya Ka.. :D Di tunggu lhoo.. ;)
Oh ya lupa! Kenalkan, saya penggemar tulisan Ka Santhy lhoo, walaupun cuman komen yang ini, tapi aku selalu ikutin cerita Kakak..hehehehe
Janji deh, nanti bakalan komen disetiap lanjutan cerita kakak.. :D Hehehehehe
.
Makasih buat ceritanya Ka'..
Semangat Nulisnya.. ^_^)9
Thankis mbak udah dilanjut, jd buat saya semangat ujian besok wkwk
BalasHapusjgn sakiti Jason dong, please! huhuu
makasih mba san :D
BalasHapushuwaaaa :( sumpah pengen nangis aku ya ampunn , jason :(
Waduh,Jason,...knp dirimu??
BalasHapusDasar arlene,knp tgn nya??
Mbk,mksih y crt nya,d tunggu segera y klanjutan ny ^0^
Plis plis plis mb saaaan
BalasHapusJangan bikin bakat jason ilang ya mbaaa pliiisss
Sedih banget :'(
Makasih mb san :)
wkwkwkwkkwk... ketawa baca semua komen di atas.... hihihi.... mbak santhy bisa banget deeh.... #peluk mbak san
BalasHapusPlis mbak plis banget jangan biarkan Jason kehilangan kemampuan main biolanya gara2 luka :( Demi ulangtahunku yang bahagia ini ehehehe :p
BalasHapusJasooon jangan sampe ga bisa main biola lagi mba!!(˘ʃƪ˘) kasiaan jason, ntar mirip bapaknya (⌣́_⌣̀)
BalasHapusNO... jangan... Jason... jangan...
BalasHapusHuaahh, Jasooon T.T
BalasHapusJason, gpp kan. Iya kan??
pngn lempar Arlene kelaut deh :(
Thx ya mbak Shanty..
mbk saaannnn aq ngeri bgt
BalasHapusmbk saaannnn aq ngeri bgt
BalasHapusmbk saaannnn aq ngeri bgt
BalasHapusOMG.... pleaseeee jangan sampai tangan jason luka parah yg membuat dia G bisa main piano lagi ka santhy, G rela klau Jason senasib seperti ayahnya apa lagi Jason seorng pianis yg udah melegenda, pleaseee ka :(
BalasHapusARLENEEEEEEEEEEEEEEEE........
BalasHapusAWAS Y KL JASON KENAPA-KENAPA....
#marah tingkat dewa.
HWAAAAAAAA....
Mba san san...... jason gpp kan? lukanya g parah kan? g kena bagian vitalnya kan? msh bs maen biola kan???
mba sansan... jgn lama-lama postingnya....
JANGAN SAMPE JASON yang gak bisa main Biola >_< Ohhh No !!!! mbak segera posting donk lanjutannya o.O
BalasHapusPlease pleaseee Jason jangan kayak ayahnya kehilangan kemampuan bermain biolanya T_T
BalasHapusawwwwww.. kalo urat syaraf tangan jason putus, ia gak bisa main biola lagi.. :(
BalasHapusASTAGA! KEPO SAMA LANJUTANNYA AAAAAAAAAAAAAH><
BalasHapusAhh...tdk jason....
BalasHapusSemoga jason tdk seperti papax yg kehilangan bakat....
tidaaaaaakkkkk...jason-ku! jangan sampai dia gak bisa main biola lagi , jason pasti bisa pulih ya kan mbak ? T__T
BalasHapusJasooooonnnnn, astagaaa :o
BalasHapussemoga dia bisa cepat pulih, dan semoga itu cuma luka ringan. Jangan sampai Jason kehilangan bakatnya :'(
Mbak Sanhty Agatha yg cantiikkk, ditunggu yah next partnya :)
BalasHapus