Untuk Maggie yang sedang berulang tahun, hari ulang tahunmu sama dengan ibuku ^__^ selamat ulang tahun ya semoga kebahagiaan dan keindahan selalu menyertai kehidupanmu :)
Sebuah buku....
Rolan menatap dengan tertarik
sekaligus ingin tahu. Dia melirik lagi ke arah kotak paketnya dan membaca ulang
nama pengirimnya. Ditatapnya nomor ponsel yang tertera di sana dengan penuh
ingin tahu. Kemudian setelah berpikir sejenak, Rolan mengambil ponselnya dan
menelepon. Ada nada sambungnya...... Deringan ke satu, deringan kedua, dan pada
deringan ketiga. Sebuah suara yang berat menyahut di sana.
"Akhirnya anda menelepon." Suara itu tenang, seakan sudah menunggu lama Rolan
meneleponnya.
"Siapa kau?" Rolan
bertanya, mengerutkan keningnya.
"Saya adalah pelayan
setia Tuan Matthias. Kalau anda benar-benar ingin tahu. Temui saya." Orang
itu menyebut alamat sebuah cafe di pinggiran kota, "Dan jangan lupa, bawa
buku yang sekarang ada di tangan anda."
***
Mereka berdiri berhadapan, Selly
dan bu Sandra. Yang ada di benak Selly adalah kata-kata teman-temannya kemarin
yang tidak sengaja didengarnya, bahwa bu Sandra adalah orang yang menyebarkan
rumor jelek tentang dia dan Gabriel.... Memang bu Sandra sangat ketus ketika
Selly berpamitan untuk pindah ruangan kemarin, tetapi Selly sungguh tidak
menyangka bahwa bu Sandra akan menuduhnya seperti itu.
"Pagi bu." Selly
menganggukkan kepalanya mencoba bersikap sopan dan ingin segera pergi dari
situ.
"Pagi Selly, apakah ada
waktu? Saya ingin bicara sebentar..."
Bicara? Tiba-tiba Selly
merasa enggan dan menahankan dorongan untuk segera melarikan diri dari situ.
Tetapi pada akhirnya dia terpaksa menganggukkan kepalanya,
"Baik bu."
"Ayo masuk dulu ke
dalam." Bu Sandra membuka pintu ruangan accointing dan mengisyaratkan
Selly untuk mengikutinya ke dalam.
Selly masuk ke sana dan
langsung berhadapan dengan teman-temannya. Seperti biasa di pagi hari, sebelum
jam kerja, suasana kantor adalah suasana santai, beberapa sibuk sarapan dan
membuat kopi sambil mengobrol di meja khusus dekat dispenser di ruangan itu,
beberapa berkumpul di meja yang lain sedang mengomentari artikel yang
terpampang di komputer.
Semua yang ada di sana
langsung mendongakkan kepala dan terpaku ketika melihat Selly muncul di
belakang bu Sandra.
Selly sendiri berdiri salah
tingkah ketika menerima tatapan-tatapan penuh spekulasi dari seluruh mantan
rekan kerjanya di sana, beberapa bahkan memberikan tatapan mencemooh
terang-terangan kepadanya.
Tiba-tiba Selly berdebar,
pikiran buruk terlintas di benaknya, apakah Bu Sandra memintanya kemari untuk
mempermalukannya di depan semua orang?
"Saya mengajak Selly
kemari untuk meminta maaf." Kalimat bu Sandra yang pertama itu membuat
Selly terkejut. Begitupun wajah-wajah rekannya di sana.
Tetapi bu Sandra tampaknya
tak peduli, dia terus melanjutkan.
"Saya tahu Selly menjadi
asisten Mr.Gabriel karena kemampuannya, bahkan saya sendiri yang
merekomendasikannya." Bu Sandra tersenyum lebar dan kata-katanya makin
membuat Selly terkejut, jadi bu Sandralah yang merekomendasikannya menjadi
asisten Gabriel?
Bu Sandra lalu berbalik
menghadap Selly menatap penuh permintaan maaf,
"Tetapi kemudian saya
iri kepadamu Selly jadi saya menyebarkan rumor tak sedap antara kau dan
Mr.Gabriel dan itu hal yang sangat salah,lama-lama saya menyadarinya..... Saya
sungguh yakin bahwa hubunganmu dengan Mr.Gabriel adalah hubungan yang
profesional, semua gosip dan rumor yang beredar itu adalah kesalahan saya, jadi
sekarang, di hadapan semua orang, saya ingin meminta maaf kepadamu,
Selly." Bu Sandra mengulurkan tangannya, tampak sungguh-sungguh serius.
Sementara itu Selly masih
ternganga bingung. Wajah-wajah di ruangan itu juga sama terkejutnya...
Dan Selly menatap ke arah
tangan bu Sandra yang terulur, lalu ke wajah bu Sandra yang tampak menyesal.
Tak ada yang bisa dilakukan
Selly selain membalas uluran tangan perempuan itu
***
Selly keluar dari ruangan accounting itu dengan langkah ringan, setidaknya
hatinya tenang. Setelah menerima permintaan maaf dari bu Sandra tadi,
teman-temannya ikut menyalaminya dan meminta maaf, lalu suasana menjadi cair,
beberapa bersikap baik penuh canda seperti biasa. Beberapa masih sedikit kaku,
mungkin karena masih merasa menyesal telah menuduh Selly yang tidak-tidak.
Dengan hati-hati Selly masuk
ke ruang besar, diliriknya jam tangannya, masih jam delapan pagi.
Kemarin-kemarin jam sepuluh siang Gabriel baru datang.
Tetapi rupanya hari ini
Gabriel datang di pagi hari, lelaki itu sudah duduk dikursi besar di belakang
mejanya, sedang mempelajari berkas-berkas. Dengan gerakan tak kentara, Gabriel
mengangkat kepalanya dan menatap Selly yang masih berdiri canggung di pintu,
"Selamat pagi, masuklah
Selly kalau kau sudah siap ada beberapa hal tentang berkas ini yang perlu
kudiskusikan." Gabriel menyapa santai lalu sibuk menekuri berkas-berkas di
tangannya.
Selly membalas ucapan selamat
pagi Gabriel dengan canggung, lalu berjalan menuju mejanya, meletakkan tas dan
jaketnya. Tiba-tiba dia teringat betapa tidak sopannya dirinya kemarin,
melepaskan cekalan Gabriel dari tangannya, tidak menjawab pertanyaan Gabriel dan meninggalkan bosnya begitu saja. Apakah
Gabriel mengingat itu dan akan memarahinya?
"Kau tampak senang pagi
ini, ada yang menyenangkan?" Tentu saja Gabriel tahu akan kejadian tadi, dimana bu Sandra dan seluruh mantan rekan sekerja Selly meminta maaf, dia sendiri tersenyum puas di dalam hatinya.
Selly tergeragap dari
lamunannya dan langsung menjawab gugup,
"Ah iya... Tadi saya
berkunjung ke bekas ruangan saya di bagian accounting."
"Reuni eh? Sepertinya
berjalan bagus karena kau tidak bisa menahan senyummu." Gabriel tersenyum
tipis, "Bagaimana calon suamimu? Sudah di rumah dengan sehat?"
"Ya, dia sudah sehat.Dan
kondisinya baik. " Selly tersenyum membayangkan Rolan.
Gabriel menatap ekspresi
Selly dan matanya berubah serius,
"Hati-hati Selly, lelaki
yang sehat biasanya mempunyai banyak penggemar." Gumamnya penuh arti,
membuat Selly mengangkat alisnya bingung
Apa maksud Gabriel dengan
kata-katanya?
***
Rolan memarkir mobilnya dan
berjalan di sepanjang trotoar yang ramai dan melirik ke arah papan nama cafe
itu. Cafe yang dibangun dengan gaya kolonial belanda, dengan dinding putih yang
tebal dan khas, Rolan memasuki cafe itu dan terpaku di depan pintu, matanya
mencari ditengah keramaian pengunjung cafe yang sedang menikmati makan
siangnya. Lalu dia melihatnya, seorang lelaki yang duduk sendirian di sudut
terlindung dan sedikit gelap, dan entah kenapa Rolan langsung tahu.
"Kau yang mengirimkan
paket ini?" Rolan berdiri di dekat lelaki itu, meletakkan buku kuno itu di
meja.
Lelaki tua itu mendongakkan
kepalanya dan tersenyum,
"Anda datang."
Gumamnya puas.
"Tentu saja." Tanpa
permisi Rolan duduk di depan lelaki itu, "Sekarang jelaskan karena aku
bingung. Siapa Matthias itu? Kenapa mengirimkan aku buku ini? Untuk apa?"
Lelaki tua itu menatap Rolan
penuh arti, dan tersenyum.
"Sabar, ceritanya sangat
panjang dan membutuhkan waktu cukup lama, anda harus menahan kesabaran anda
supaya anda mengerti."
***
"Kau tidak istirahat
makan, Selly?"
Selly mendongak dan tampak
terkejut,
"Ah ya, sudah jam
duabelas." Selly tersenyum, "Hampir saja saya lupa waktu."
Gabriel menganggukkan
kepalanya, "Istirahatlah."
"Baik Sir." Selly
menganggukkan kepalanya, merapikan kertas-kertas di mejanya dan berdiri sambil
membawa kotak bekalnya.
"Kau tidak beli makan di
luar?" Gabriel mengerutkan kening. Matanya melirik ke arah kotak bekal
yang dibawa Selly.
Pipi Selly memerah, "Eh
tidak, saya memasak bekal sendiri Sir. Selain bisa menghemat, kesehataannya
juga lebih menjamin." Tiba-tiba Selly merasa malu, Gabriel pasti tidak
butuh penjelasan sepanjang itu.
Ekspresi Gabriel tidak
terbaca, "Boleh aku melihatnya?"
"Apa?" Selly masih
tidak yakin akan apa yang didengarnya.
"Aku ingin melihat
bekalmu, bolehkah?" Gabriel membeli isyarat Selly untuk mendekat.
Sementara itu Selly masih
berdiri bingung, terpaku di tempatnya. Untuk apa Gabriel melihat bekalnya?
"Selly." Gabriel
mengangkat alisnya, "Kau dengar aku?"
"Oh Iya Sir." Selly
melangkah mendekat ke meja Gabriel, meletakkan
kotak bekalnya di meja, "Anda ingin melihat ini?"
"Ya bukalah kalau kau
tidak keberatan."
Selly menatap wajah Gabriel
dan sadar kalau lelaki ini serius dengan perkataannya. Dengan gugup, Selly
membuka kotak makanan itu, dan tiba-tiba merasa malu karena menu makanannya
yang sederhana.
Di dalamnya ada nasi, dengan
ayam goreng yang dibuatnya tadi pagi, dan wortel serta
buncis yang ditumis dengan bawang. Hanya itu.
Selly mengamati Gabriel yang
terpaku menatap makanannya, dan menunggu ekspresi jijik ataupun mencemooh dari
lelaki itu. Tetapi Gabriel malah mendongakkan kepalanya dan menatap Selly
dengan serius,
"Maukah kau memberikan
makanan ini untukku? Aku tidak pernah melihat yang seperti ini
sebelumnya."
Kali ini Selly benar-benar
shock. Apakah dia sedang berhalusinasi? Benarkah bosnya yang sangat kaya dan
elegan ini baru saja meminta bekal makanannya yang sederhana itu?
"Kau bisa membeli
sendiri makan siangmu. Aku akan memberimu uang untuk menggantikan makan
siangmu." Gabriel bergumam ketika Selly tidak menjawab, dan kemudian
mengeluarkan dompetnya hendak mengeluarkan uang.
Seketika itu juga Selly
tersadar dan melangkah mundur dengan gugup,
"Tidak...tidak perlu
diganti, makanan itu untuk anda saja. Saya akan membeli makanan sendiri untuk
saya." Selly menganggukkan kepalanya sopan, lalu tergesa dia melangkah
keluar dari ruangan besar itu sebelum Gabriel sempat memanggilnya.
Ketika menutup pintu di belakangnya,
Selly tertegun di sana, benaknya dipenuhi pertanyaan dan kebingungan. Kenapa
Gabriel meminta makanannya? Apakah lelaki itu kebetulan hanya iseng. Atau
memang benar-benar ingin tahu tentang masakan negara ini?
***
Marco sendiri sudah menduga
akan ditatap seperti itu, dia membalas tatapan Rolan dengan pandangan tajam dan
menantang,
"Anda seharusnya sudah
merasakannya, kekuatan yang sangat besar tersimpan di tubuh anda, kekuatan dari
Matthias, tuan saya yang sebelumnya."
Rolan tahu dia tidak bisa
membantahnya. Lelaki tua itu. Lelaki tua misterius yang mengajaknya berbicara
di rumah sakit, di saat-saat sekaratnya.... Ternyata bernama Matthias, dan
menurut keterangan Marco, dia adalah pemegang kekuatan kebaikan yang berkuasa,
kekuatan yang tersimpan di dalam tubuh Rolan, menunggu untuk digunakan.
"Kenapa Matthias
memberikan kekuatan itu padaku? Untuk apa?" Rolan tetap bertanya biarpun sebenarnya Rolan masih
belum bisa percaya seratus persen dengan apa yang dikatakan oleh Marco.
Marco sendiri menghela napas
panjang, matanya tampak sedih.
"Tuan Matthias punya alasan
sendiri memberikan kekuatan ini kepada anda, dia tentu saja menganggap anda
yang terbaik..... Sayangnya tuan Matthias sekarang sudah tiada..."
"Sudah tiada?"
Apakah maksud Marco, lelaki tua itu sudah meninggal?
"Ya." Kepedihan
yang pekat tampak di mata Marco, "Saya sudah begitu lama mengabdi untuk
Tuan Matthias, anda tahu kami yang ditakdirkan menjadi pelayan sang pemegang
kekuatan akan berumur panjang, tetapi sebagai gantinya kami tidak bisa
melepaskan diri dari tuan kami, harus tetap setia..... Tuan Matthias adalah
tuan saya yang terbaik, sayangnya, pada akhirnya beliau dibunuh oleh Gabriel,
lelaki jahat yang sama sekali tidak menghormati aturan semesta...."
"Gabriel?" Rolan
menyela, nama itu membuat wajah Marco memucat, ada ketakutan di sana meskipun hanya
dengan menyebut nama 'Gabriel'
"Ya. Gabriel adalah
pemegang kekuatan kegelapan. Berseberangan dengan kekuatan kebaikan, dia adalah
penyeimbang semesta."
Rolan tampak mulai bisa
memahami, "Baik dan buruk, terang dan gelap, hitam dan putih....?"
Gumamnya sinis.
Marco mengangguk,
"Betul Tuan Rolan, di dunia ini, dalam ajaran apapun, anda pasti akan
mendengar tentang keseimbangan. Ada Yin dan Yang dalam budha, dilambangkan
dengan lingkaran yang terbelah hitam dan putih dengan seimbang. Ada dewa wisnu
sang pencipta, dan dewa siwa sang perusak dalam hindu.... Dan banyak lainnya
yang menunjukkan hal yang sama, Tuhan menciptakan terang untuk keseimbangan
berpadu dengan gelap, Tuhan menciptakan siang dan malam." Matthias menatap
serius, "Dan pemegang kekuatan gelap dan terang ini, diciptakan untuk
keseimbangan."
Rolan mundur dari duduknya,
menatap Marco dengan serius,
"Kalau memang beban ini
begitu besar, kenapa Matthias melimpahkannya ke pundakku? Dan kalau memang
dunia ini harus seimbang, kenapa kita mengkhawatirkan pemegang kekuatan gelap
bernama Gabriel ini?"
"Karena Gabriel
berbahaya. Amat sangat berbahaya." Mata Marco tampak serius, ada ketakutan
di sana. "Lelaki itu tidak seperti ibunya, pemegang kekuatan terdahulu yang dengan teguh berusaha mematuhi
keseimbangan semesta, Gabriel ingin menguasai dunia dan menghancurkannya. Dan
dia sangat mampu melakukannya." Marco menunjuk buku kuno yang terletak di
meja di antara mereka itu. "Buku ini berisi peraturan semesta. Diwariskan
turun temurun kepada pemegang kekuatan. Saya akan menuntun anda untuk mendalami
dan memahami setiap kata yang ada di sini, sesuai tugas saya." Marco
menatap Rolan tajam, "Karena sekarang tuan Matthias sudah tiada, saya akan
mengabdi kepada anda. Saya akan menjelaskan kepada anda nanti, betapa berbahayanya Gabriel.... dan anda harus benar-benar bersiap ketika dia memutuskan untuk menyerang anda."
Bersambung ke part 9
kya..post jg, mksh mba san #peluk2 ^_^
BalasHapushemmmmm.... kokaku suka gabriel ea...hheehhehe makasih kaka
BalasHapusmbk san dh sehatan lum mbk??
BalasHapuslnjutan'y bikin ak nyessss.. Muacih mbk san,
Mga sehat trs y mbk
Koq Mathias menganguk Mba San, harusnakan Marco
BalasHapusMakasih Mba san *peluk*
semakin seru nih mba :-)
BalasHapusgabrieellll...sweeeettt banget!!! tuh kan tambah lama gabriel tambah sweeettttt....Love you mbak shanty...^0^
BalasHapusHuaaa Gabriel ndak pernah ya makan makanan seprti itu sisni2 aku masakin hihi ..
BalasHapusKenapa Gabriel tidak baik saja sih mb San ?? hehe
maaciw loh mba :* muah
BalasHapusvisualisasi rolan nya WOW banget, suka bingitttttt mba sumpah !!!!!!! :D LOVE ROLAN ! HAHA
Serruu bgttt!!!
BalasHapusMkasih mbak santhy syg yg cantik..:*
Hadirrr juga.... selajutxx ditungg
BalasHapus.... Dan banyak lainnya yang menunjukkan hal yang sama, Tuhan menciptakan terang untuk keseimbangan berpadu dengan gelap, Tuhan menciptakan siang dan malam." Matthias menatap serius, "Dan pemegang kekuatan gelap dan terang ini, diciptakan untuk keseimbangan."
BalasHapusBukannya Rolan menatap serius ya mbk Sant?
Smoga mbk Sant tmbh sehat & tmbh cepet posting lg... :D