Menghitung hujan
dengan percaya, bahwa suatu hari kan menemukan bahagia
Kau aku dan mimpi
untuk memeluk sang belahan jiwa.
Yang dengannya jantung
ini berdebar lebih kencang
Kau dan aku. Kita
selalu bersama.
Bangun sayang,
lepaskan mimpimu
Ada aku di sini,
di dunia nyata
Menunggu untuk
mencintaimu.
Langkah Nana langsung terhenti,
dia tertegun dan kemudian menatap Diandra dengan pilu. Ada lelaki itu, Axel..
lelaki yang menemuinya di kampus dan mengungkapkan semuanya kepada Diandra.
Lelaki itu sekarang berdiri di sebelah Diandra, lengannya merangkul perempuan
itu seakan menopangnya.
Apa yang harus dia lakukan
sekarang?
Tetapi pada detik yang sama,
Diandra menoleh dan menatap Nana yang berdiri tertegun di ujung koridor,
perempuan itu tampak sama terkejutnya dengan Nana, ekspresinya berubah jadi
pucat pasi, sementara Nana sendiri berdiri di sana dengan bingung, tak tahu
harus berbuat dan berkata apa.
“Dokter, apakah yang ada di
sana Reno, teman saya?” Nirina bergumam cepat, menyela percakapan Dokter itu
yang sepertinya sedang menjelaskan sesuatu kepada Diandra,
Dokter itu menoleh, menatap
Nirina dengan bingung, sementara itu Nana berdiri di belakang Nirina dengan
wajah merah padam, sedikit kebingungan.
“Oh... teman Reno.” Dokter
itu tersenyum, “Reno tidak apa-apa nona, tetapi kaki kanannya patah sehingga
untuk sementara setelah kami melakukan operasi, dia harus duduk di kursi roda, selain
itu kami telah memeriksa seluruhnya, ada beberapa memar, tetapi tidak ada gegar
otak.” Dokter itu lalu mengalihkan pandangannya kembali ke arah Diandra, “Kami
akan menunggu kedatangan orang tua tunangan anda, untuk menjelaskan dengan
lebih terperinci .”
“Ya, mama dan papa akan
segera datang.” Diandra segera menjawab, berusaha tidak peduli akan
keterkejutan di mata Nana ketika dokter itu menyebut Diandra sebagai tunangan
Reno. Ya. Diandra memang memperkenalkan diri kepada dokter itu sebagai tunangan
Reno, meskipun dia tadi merasa Axel sedikit menegang di sebelahnya ketika dia
mengatakan itu.
Diandra lalu menyalami
dokter itu, mengucapkan terima kasih dan kemudian dokter itu berpamitan pergi.
Sementara itu mereka
berempat berdiri dengan canggung di ruangan itu, dalam keheningan. Dalam kamar
yang berdinding kaca, nampak Reno yang masih tak sadarkan diri berbaring diam
dalam ketidaksadarannya. Nirina sendiri menjadi canggung ketika mendengar
dokter tadi menyebut perempuan di depannya itu sebagai tunangan Reno. Seketika
Nirina sadar kalau perempuan itu adalah Diandra, tunangan yang ditinggalkan
Reno demi mengejar Nana.
Lama sekali keheningan yang
menyesakkan itu, Nana dan Diandra sama-sama membeku, dalam suasana yang
canggung, sampai akhirnya Axel berdehem memecah suasana,
“Eh... kami rasa kami akan
duduk di sebelah sana.” Axel setengah menghela Diandra ke arah kursi tunggu di
ujung di dekat pintu kamar Reno. Mereka memang belum diizinkan masuk dan
mengunjungi Reno karena lelaki itu masih dalam penanganan.
Mata Nana mengikuti ke arah
Diandra, yang menghindari kontak mata dengannya dan ke arah Axel yang berjalan
di sampingnya dan kemudian mengajaknya duduk di kursi itu.
Sampai kemudian Nirina
menyenggol tangannya, mereka saling bertukar pandang penuh pengertian,
“Ayo kita duduk di sebelah
situ.” Nirina mengajak Nana duduk di kursi tunggu lain yang agak jauh dari
tempat Axel dan Diandra duduk.
Dalam hati Nana sungguh
bersyukur karena tadi dia bersama Nirina, tak bisa dibayangkan betapa
canggungnya dia tadi kalau datang ke sini sendirian, mungkin Nana akan
benar-benar bingung dan membeku saja.
Sebelum duduk, Nana menoleh
ke arah Reno yang terbaring di ranjang itu, dengan mata terpejam lelap. Rasa
syukur membanjiri tubuh Nana, begitu lega rasanya melihat Reno masih ada di
sana, masih hidup..... dan masih memberikan Nana kesempatan untuk menenbus
kesalahannya.
Mereka kemudian duduk dalam
diam, dan menunggu. Nana sibuk dengan pikirannya sendiri, dan merenung,
kehadiran Diandra menyadarkannya, bahwa selain masalah Rangga, masih ada
hubungan Reno dengan Diandra yang membuat Nana merasa ragu untuk melangkah.
Dari kisah Axel, Nana tahu bahwa Reno telah sangat menyakiti Diandra, bahwa
Reno telah bersikap tidak adil kepada perempuan itu. Bahwa Diandra seharusnya
berhak mendapatkan kebahagiaan seperti yang diimpikannya...... sebelum semua
keadaan berubah.
Nana mengernyit, tidak bisa
membayangkan kalau dia yang berada di posisi Diandra, dia pasti akan hancur
lebur dan tak kuat lagi. Nana masih beruntung, Rangga meninggalkannya karena
takdir, setidaknya Rangga meninggalkannya dengan masih membawa cinta dan
setianya, sementara itu Diandra ditinggalkan dengan alasan kejam bahwa Reno
tidak mencintainya lagi.
Benar-benar... Nana sangat
mengagumi ketegaran Diandra, perempuan itu masih kuat berdiri di sana,
menunggui Reno, menjaga dan mengejar cinta sejatinya. Nana tidak akan pernah
bisa sekuat dan setegar Diandra, dan mungkin juga, cinta Nana bahkan tidak akan
bisa menyaingi besarnya cinta Diandra kepada Reno.
Dan perempuan itu bahkan
tidak menyerangnya, melemparkan tatapan mata penuh kebencian atau
mencacimakinya.... Nana menghela napas panjang, meskipun dia tidak bersalah
langsung dalam hal ini karena sebelumnya dia tidak tahu apa-apa, tetapi tetap
saja kehadiran Nana yang menjadi ganjalan, yang menjadi pemisah antara Nana dan
Diandra.
Mungkin seharusnya Diandra
memang mencacimaki Nana.... kalau saja Nana tidak ada di dunia ini, kalau saja
dalam keputusasaannya waktu itu Nana memilih mengikuti Rangga, mungkin Diandra
dan Reno akan baik-baik saja....
Sebutir air mata menetes
dari sudut mata Nana, tetapi kemudian dia menyusutnya dalam diam yang pilu.
***
“Kau tidak apa-apa?” Axel
berbisik pelan kepada Diandra, melirik sedikit ke arah Nirina dan Nana yang
duduk agak jauh di seberang sana dalam diam.
Diandra menatap Axel penuh
arti lalu menghela napas panjang,
“Aku tidak apa-apa. Aku
lebih memikirkan Reno, karena dia belum sadar juga.”
“Reno pasti baik-baik saja,
kau dengar kan kata dokter tadi?” Axel tampak merenung, tetapi kemudian dia
bertanya, “Kenapa kau mengatakan kepada dokter itu bahwa kau tunangan Reno?
Apakah kau.... “ Axel menelan ludahnya, “Apakah dalam hatimu kau masih merasa
menjadi tunangan Reno? Masih berharap pertunangan kalian akan berlanjut?” Ada nada
pahit di sana, di dalam suara Axel, setelah menyatakan perasaannya secara
terang-terangan kepada Diandra, Axel juga tidak menutup-nutupi kecemburuannya.
Diandra melemparkan tatapan
tegas ke Axel.
“Dengan mengaku
tunangannya..... dokter akan menganggapku keluarga, jadi dia akan memberikan
informasi yang lebih mendetail.”
Axel menatap jawaban
diplomatis Diandra dengan tatapan tak percaya,
“Bagaimana dengan
pertanyaanku? Apakah jauh di dalam hatimu kau masih menganggap Reno sebagai
tunanganmu?”
“Aku tidak mau menjawab
pertanyaanmu itu sekarang Axel, jangan sekarang.” Sela Diandra cepat, membuat
Axel mengehela napas panjang.
Oke. Sekarang dia akan
bersabar dengan Diandranya.
***
Reno bermimpi. Mimpi yang
sangat dalam dan jauh. Dia sampai di taman itu dan duduk di sana kebingungan.
Lalu seorang lelaki asing
tiba-tiba saja duduk di sebelahnya, semula Reno tidak menyadari siapa dia,
tetapi ketika dia mengingat, wajah itu... dan foto sekilas yang pernah
dilihatnya dari hasil penelusurannya....
Rangga....
Benarkah dia bertemu Rangga?
Kalau begitu dia sudah mati?
Rangga tersenyum ke arah
Reno dan kemudian bergumam tenang,
“Pulanglah Reno. Semua akan
baik-baik saja.”
Reno tersentak, dan kemudian
merasakan dirinya tersedot ke dalam gumpalan putih yang merenggut kesadarannya...
***
“Diandra!”
Itu suara mama Reno,
perempuan setengah baya itu berjalan tergesa menghampiri Diandra, Diandra
segera berdiri dan memeluknya,
“Bagaimana Reno?” air mata
mama Reno berderai. “Kau sudah lama di sini sayang?”. Tadi Diandra berusaha
menghubungi mama Reno setelah menerima kabar dari dokter, tetapi teleponnya
tidak tersambung. Jadi pantas saja kalau mama Reno benar-benar panik sekarang.
“Reno tidak apa-apa mama,
tidak ada gegar otak, memar-memar meamang ada di seluruh tubuhnya, dan kakinya
patah.”
“Astaga.” Mama Reno terisak
lagi, dan papa Reno menggenggam jemarinya dengan lembur memberi kekuatan,
“Bisakah kita menengoknya?” mama Reno melangkah ke jendela kaca besar tempat
Reno terbaring di atas ranjang di dalamnya, “Bisakah kita menengoknya?”
“Tadi masih belum boleh
mama;” gumam Diandra pelan, “Kata dokter, Reno masih dalam penanganan dan
persiapan untuk operasi pemasangan pen untuk tulangnya yang patah setelah
kondisinya stabil. Dan juga Reno belum sadar, mungkin lebih baik kita menemui
dokter sekarang, dokter bilang ingin bicara dengan mama dan papa untuk membahas
kondisi Reno.”
“Oke kalau begitu kita ke
sana.” Mama Reno merangkul Diandra, dan kemudian berjalan ke lorong dan
melewati Nana yang duduk di sana.
Tidak sekalipun mama Reno
menoleh ke arah Nana, hanya Diandra yang sedikit melemparkan pandangan tak
tertebak ke arah Nana. Ketika mama dan papa Reno beserta Diandra dan Axel
melangkah pergi, Nana menatap mereka semua sampai di ujung lorong dan
benar-benar merasa seperti orang luar yang tak berhak berada di sana.
Ah Ya Tuhan, apakah memang ini bukan tempatnya?
***
Reno membuka matanya
seketika itu juga dan megerang. Rasa sakit menderanya dan dia merasa pening.
Reno memandang ke sekeliling ruangan dan menyadari dia berada di rumah sakit.
Ingatannya membayang mundur
dan dia ingat, dia menyetir dengan kalut pulang dari apartemen Rangga setelah
Nana menolaknya, dan kemudian kecelakaan itu terjadi.
Kakinya terasa sakit, dan berat,
dengan hati-hati Reno mengangkat kepalanya dan melihat bahwa sebelah kakinya
digantung dengan gips besar di sana.
Yah, dia telah berbuat
bodoh, kurang hati-hati menyetir dan melukai kakinya sendiri. Reno membatin,
dan kemudian tiba-tiba teringat akan mimpinya. Mimpi dengan Rangga di dalamnya.
Benaknya berusaha mencari
jawaban, apakah itu benar-benar Rangga yang sesungguhnya yang muncul di
mimpinya? Ataukah itu hanya manifestasi dari seluruh pikirannya yang
berkecamuk? Mungkin di alam bawah sadarnya, Reno mengharapkan restu dari
Rangga. Restu dari Rangga untuk mencintai Nana...
Nana..... tiba-tiba Reno
merasa pusing di kepalanya, kalau Nana tahu dia mengalami kecelakaan, perempuan
itu pasti mengira dia sedang berusaha berbuat bodoh dengan mencoba bunuh diri
atau apa. Semoga Reno bisa segera menemui Nana dan menjelaskan semuanya....
Pintu terbuka dan seorang
suster masuk, menyadari bahwa Reno sudah sadarkan diri,
“Anda sudah bangun rupanya.”
Suster yang ramah itu tersenyum, “Anda harus benar-benar bersyukur karena
selain kaki anda, tidak ada luka serius lain yang menimpa anda. Orang tua anda
sudah datang dan sedang berkonsultasi dengan dokter, juga tunangan anda yang
cantik. Saya akan memanggilkan mereka untuk menemui anda.”
Suster itu lalu pergi, tidak
memberi Reno kesempatan untuk bertanya tentang satu pertanyaan yang menggayuti
batinnya.
Suster itu tadi bilang
tunangannya yang cantik menunggu di luar, dia hampir seratus persen yakin bahwa
itu adalah Diandra.... tetapi benaknya mempertanyakan wanita lain, Nana...
adakah Nana di luar sana untuknya?
***
“Kami sebenarnya ingin
membawa Reno kembali ke Jakarta.” Mama Reno bergumam setelah mendengar
penjelasan dari dokter. Mama dan papa Reno duduk di meja di depan meja dokter,
sementara Diandra dan Axel duduk di kursi yang tersedia di belakang, menempel
di tembok.
Dokter itu menggelengkan
kepalanya,
“Saya rasa pasien harus
tetap di sini sampai kondisinya pulih benar. Anda bisa membawanya pulang
setelahnya.”
Mama Reno menghela napas
panjang, dia amat sangat ingin membawa Reno pulang. Berada di kota ini
sepertinya telah sangat membuat Reno jauh dari keluarganya, sejak kejadian dia
memaksa Reno agar menerima Diandra, hubungannya dengan Reno menjadi renggang, putera
satu-satunya itu menjauh, hampir tidak pernah menghubunginya kalau tidak
benar-benar perlu.
Mama Reno tahu dia terlalu
memaksakan hati Reno. Matanya melirik ke arah Diandra yang sedang duduk, tampak
sama-sama cemas dengannya dengan saudara sepupunya yang menemaninya. Ya ampun,
tidakkah semua mama di dunia ingin mempunyai menanti seperti Diandra? Menantu
yang begitu cantik dan berhati baik? Mama Reno jelas-jelas menginginkan Diandra
menjadi menantunya. Dia telah amat sangat mengenal Diandra karena perempuan itu
adalah anak dari sahabatnya. Mama Reno bahkan sudah menggendong Diandra sejak
anak itu masih kecil.
Perjodohan Diandra dengan
Reno adalah impiannya, pada akhirnya dia akan menjadikan Diandra sebagai puteri
kesayangannya. Mama Reno yakin Diandra adalah perempuan yang paling baik untuk
Reno, karena mama Reno sangat mengenal Diandra.... jauh sekali dari perempuan
tidak jelas itu, perempuan yang katanya didebarkan oleh jantung Reno dan
dikejarnya setengah mati.... perempuan seperti apakah yang bernama Nana itu?
Akankah dia menjadi yang baik? Dan lagipula, apakah dia perempuan baik-baik?
Dari yang diceritakan Reno,
laki-laki bernama Rangga yang sekarang jantungnya ada di dada Reno itu adalah
kekasih Nana, yang hampir membawanya ke jenjang pernikahan sebelum meninggal.
Mama Reno tidak bisa untuk tidak bertanya-tanya sejauh apa hubungan Rangga
dengan Nana itu, dia dipenuhi ketidakyakinan, karena sebelum bertemu Reno, Nana
sudah meletakkan hatinya kepada Rangga. Berbeda dengan Diandra, Diandra yang
polos dan suci, yang sejak awal meletakkan hatinya hanya untuk Reno.
Seorang suster mengetuk
pintu dan kemudian membawa kabar yang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh
semuanya,
“Dokter pasiennya sudah
sadarkan diri.”
***
Nana masih duduk di sana,
merenung. Sebenarnya dia ingin berdiri dan mengintip ke dalam kamar tempat Reno
berbaring, tetapi batinnya tak kuat. Perasaan sedihnya akan meledak kalau dia
melihat lagi kondisi Reno yang terbaring tak berdaya di atas ranjang seperti
itu.
Tiba-tiba rombongan itu
datang lagi dari ujung lorong, Nana dan Nirina yang sejak tadi terdiam langsung
menegang.
Apa yang terjadi?
“Kalian hanya boleh menemui
pasien satu-satu. Dan jangan terlalu banyak, kalau bisa hanya dua orang saja
ya, kondisi pasien masih lemah dan kami tidak ingin dia terlalu lelah.”
Mama Reno mengangguk, Nana
melihat perempuan itu menyusut air matanya. Kelegaan memenuhi benak Nana, itu
berarti Reno sudah sadarkan diri....
Mama Reno yang masuk pertama
kali ke dalam sana, dan Nana menatap mereka semua, dorongan batinnya membuatnya
ingin ke sana, memaksa ikut melihat Reno, tetapi dia tidak berani. Dia benar-benar
seperti orang luar di sana, tidak bisa masuk ke dalam lingkaran keluarga itu.
Setelah agak lama, mama Reno
keluar, tatapan matanya tampak tenang dan bahagia, tidak secemas tadi, dia
kemudian meremas bahu Diandra dengan lembut,
“Masuklah Diandra.” Gumam
mama Reno lembut. Diandra tampak terkejut, menatap ke arah papa Reno,
“Tapi... papa...?”
“Papa tidak apa-apa,
kesempatan papa akan datang nanti setelah kondisi Reno lebih baik, lagipula
papa sudah cukup senang melihat mamamu yang sekarang tampak tenang. Ayo
masuklah Diandra, kami tahu kau pasti sangat ingin melihat Reno langsung.”
Diandra sangat ingin tentu
saja, meskipun dia tidak tahu bagaimana reaksi Reno nanti. Dan juga, dia
menerima tatapan mata tajam dan menusuk dari Axel di punggungnya.
“Baiklah, aku akan masuk.”
Diandra memeluk mama Reno penuh rasa terimakasih, lalu membuka handel pintu dan
melangkah masuk.
Sementara itu Nana
memandang, berusaha menyingkirkan perasaan iri di benaknya. Ah ya ampun...
betapa inginnya Nana menjadi seseorang yang berada di sana, bisa menengok Reno
secara langsung, tetapi dia tidak berhak... dia sungguh tidak berhak....
Nirina memeluk pundaknya dan
meremasnya, ketika Nana mendongak menatap Nirina dengan tatapan mata
berkaca-kaca, Nirina memberinya tatapan penuh semangat. Nana akhirnya tersenyum
dan menghela napas panjang.
Yah.. dia tidak boleh
bersedih karena ini. Bukankah yang terpenting adalah Reno baik-baik saja dan sudah
sadar di dalam sana?
***
Reno mengernyit ketika
melihat Diandra masuk. Perempuan itu menarik kursi dan duduk di sebelah
ranjangnya,
“Hai, bagaimana perasaanmu?”
Reno mencoba tersenyum
meskipun sakit, “Pusing.” Gumamnya singkat. “Terimakasih telah menungguiku di
sini, Diandra.”
Kali ini giliran Diandra
yang tersenyum pahit,
“Aku tahu aku bukanlah orang
yang kau inginkan untuk berada di sini. Tetapi aku ingin ada di sini Reno. Aku
ingin memastikan kau baik-baik saja. Kau tahu bukan bahwa aku sangat mencemaskanmu?.”
Reno menghela napas panjang,
“Terimakasih Diandra... aku.. sepertinya aku baik-baik saja.”
“Kakimu patah dan di gips.”
Diandra melirik ke arah kaki Reno yang dibalut gips besar.
Reno melirik ke arah yang
sama dan menghela napas, “Yah, memang, kurasa aku harus membawa gips itu
kemana-mana nantinya.”
“Kau tidak akan bisa
kemana-mana.” Diandra setengah tersenyum, “Dokter bilang kau harus memakai
kursi roda sementara sampai kakimu sembuh.”
Itu berarti Reno akan
menjadi manusia invalid yang
bergantung pada orang lain sampai dia bisa berjalan lagi. Reno mengernyit,
tidak senang dengan ide itu.
“Aku bisa saja merawatmu
kalau kau mau.” Diandra tersenyum, “Tapi sekali lagi aku tahu, bukan aku yang
kau inginkan.”
Mata Reno menatap mata
Diandra yang lembut itu dan kemudian tersenyum sedih.
“Aku sungguh beruntung
dicintai perempuan sepertimu Diandra, sungguh-sungguh beruntung. Cintamu begitu
tulus, bahkan setelah seluruh perlakuan kejamku kepadamu. Aku memang manusia
jahat dan tak berperasaan, melupakan bahwa kaulah yang paling terluka di sini.”
Reno mengernyit sedih, “Maafkan aku Diandra, sungguh mungkin aku tidak pantas
memohon maaf kepadamu. Aku benar-benar berdosa kepadamu. Tetapi hanya itu yang
bisa kukatakan kepadamu. Aku minta maaf.”
Diandra menatap Reno dengan
mata berkaca-kaca.
“Mungkin dari awal aku sudah
memaafkanmu.” Perempuan itu menghela napas panjang, “Hanya saja harga diriku
terlalu tinggi untuk melepasmu begitu saja.” Suaranya bergetar, “Aku sudah
menelaah jauh ke dalam hatiku Reno, dan kemudian aku merasakan sesuatu,
perasaanku kepadamu mungkin bukanlah cinta yang sesungguhnya. Sejak kecil kedua
orang tua kita telah mengkondisikan kita sebagai pasangan. Aku tumbuh besar
dengan mengetahui bahwa kau akan menjadi suamiku. Aku kemudian mematrikan itu
dalam benakku dan menjadikannya tujuan hidupku. Seluruh pengabdianku padamu itu
karena aku menganggap bahwa aku akan melakukan segalanya untuk meraih tujuan
hidupku itu, menjadi isterimu.” Diandra menatap Reno dengan tatapan mata kuat,
“Segera setelah kau meninggalkanku, aku menyadari Reno, bahwa ternyata aku
tidak mencintaimu sedalam itu, kau lebih seperti sebuah tujuan yang harus
kuraih, sebuah obesi, bukan cinta. Jadi mungkin sekarang kau bisa tenang karena
aku sudah melepaskanmu seutuhnya.”
Reno tercengang mendengar
kata-kata Diandra yang tidak disangkanya itu, matanya melebar kebingungan.
“Benarkah apa yang kau
katakan itu Diandra?” jadi selama ini Diandra tidak mencintainya?
“Ya Reno, jadi kau bisa
tenang, dan ngomong-ngomong, orang yang sangat kau nantikan, dia ada di depan
menungguimu di sana, sama cemasnya seperti kami. Mungkin nanti kau bisa bertemu
dengannya.” Diandra bangkit, lalu mengecup dahi Reno dengan lembut, “Cepatlah pulih
seperti sediakala dan raihlah kebahagiaanmu, Reno. Aku sendiri akan mencoba
meraih kebahagiaan milikku.”
Setelah mengucapkan
kata-kata perpisahan yang lembut, Diandra melangkah keluar dari kamar itu.
Meninggalkan Reno yang terpaku, tak bisa berkata-kata.
Reno tidak melihat betapa mata Diandra berkaca-kaca, terasa panas menangan tangis yang hendak merebak karena patah hati.
***
Ketika Diandra keluar dari
ruangan, mama Reno masih berdiri di sana dan langsung tersenyum begitu
melihatnya,
“Mama.” Diandra langsung
bergumam sebelum mama Reno sempat berkata-kata, dia langsung mengedikkan
kepalanya ke arah Nana, membuat mama Reno menoleh ke sana, menatap dua orang
perempuan yang duduk di sudut yang hening dengan ekspresi cemas, “Yang di sana
itu Nana, kurasa dia ingin menengok Reno juga.”
Ekspresi kaget tampak di
wajah semua orang, tak terkecuali Axel, Nana sendiri dan Nirina.
Apa kata Diandra tadi?
bersambung ke part 16
akhirnyaaaaa.........tq mbak shanty,,,,lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiii dounkkkkkk hahahahaha
BalasHapuswow..dari kemarin berurutan posting antara another 5%, cir,etc and skrg menghitung hujan....makasih mbak shanty yg baik....^0^
BalasHapusWoww.. wowww.. mba san.. u r the best.. best.. best.. hari sabtu n minggu sungguh menyenangkan karna dimanja mba san trusss.. makasih mba san.. luv u pulllll..
BalasHapuslagiiii mbaaa lagiiii *reader ngelunjak*
BalasHapusmakasii mbaaa :*
tabah banget ya dian..
BalasHapuslagi dong mbak hehe..
Yeaaahhhh....sedihnya ,mbaaa Santhhh.....:-(
BalasHapusDiandra hatimu seperti malaikat ...
BalasHapuskadang aja ada wanita walaupun si pria yang dicintai uda nikah tetep masig cinta ..
Makasih mb uda post :)
kalau aku jadi Nana kayanya G bakal kuat berada di tengah" orang" yg tidak mengenal dia, apa lagi di acuhkan seperti itu, tapi..jujur aku disini lebih kasian diandra :( perjuangannya mendampingi Reno saat sakit dlu jdi pantaslah dia sedih di tinggal begitu saja, hati diandra begitu tulus demi Reno dia pun rela meleasakan segalanya,
BalasHapusUwaaa mbakkk shann...makasih dha dipostingin menghitung hujan...ak bener2 ga sabar menanti bagaimana kisahnya berakhir...eniwey mbakk yg sehat ya, biar bisa manjain kita dgn cerita2 dari mbak...
BalasHapusini kapan pengakuan diandra nya ke orang2 kalo dia adiknya rangga ? Hoho ga sabaaar~ thanks yaa mbak San ;)
BalasHapusmau lagi mbk san..............CIR jgn lama2 ya mbk san......
BalasHapusthanks bt mbk san,moga sehat selalu.
mau lagi mbk san..............CIR jgn lama2 ya mbk san......
BalasHapusthanks bt mbk san,moga sehat selalu.
Diandraaaaaaa, berjiwa besar. Walau di dalam hatinya msh ada sisa cinta untuk Reno tp mgkn Diandra baru menyadari kalo Reno memang bukan untuknya karena ada jantung kakaknya disana. Karena itu Diandra berbicara seperti itu jika dia tdk sebenernya mencintai Reno tetapi lbh karena sebuah tujuan. Suka ama sikap cemburunya Axel ke Diandra "apa harus kau memperkenalkan diri sebagai tunangan Reno?", hmpf,kkkkkkk axel sabar yach, nanti juga Diandra pasti menerima cinta kamu, kKkkkkk.
BalasHapusBuat Nana and Reno, no comment ,lol tapi semoga cinta keduanya tidak menyakiti pihak lain lagi.
Kak San, next part banyakin scene Axel ama Diandra nya yachhhhhhh. Pengen liat keduanya romantis2an setelah menangis2, heheheheeH.
Tengkyuuuuuuuu
kak santhy makasi banyak dah dipost lagi :) nih mau tamat ya?
BalasHapusHmm diandra ngalah demi pengorbanan kakaknya
wah..mama reno tau klo itu nana, trus...nnt gmn? nana di jambak2 sm mama reno engga yah? hahahaha
BalasHapusabsb
BalasHapusmbak entar bikinin juga dong chapter spesial diandra dan axel.. kasian diandra patah hati mulu... thanks ya mbak updatetannya
BalasHapusbeneran deh,pengen liat diandra bahagia..kabulin ya mbak shan he..he..
BalasHapusAkhirnya di post jg makasih mbak Santhy
BalasHapusƪ(˘⌣˘)┐ ƪ(˘⌣˘)ʃ ┌(˘⌣˘)ʃ
Sebenarnya masih nggak rela, perjuangan Diandra untuk Reno cuma obsesi semata, pdhl menurutku yg dideskripsikan oleh mbak selama ini lebih dr sekedar obsesi lho. Tp yaudahlah
tinggal menunggu Diandra mengaku kpd orang2 klo sebenarnya dia adik Rangga.
Axel agak aneh klo bener-bener sama Diandra, tp dr pd Diandranya patah hati terus mending sama Axel aja...
ヽ(^_^ ) ( ^_^)/
Salut am diandra . . .
BalasHapusMb CIRx d.tng"u yah . .
Gak twu mwu nulis komen apa. yg pengen ditulis semuanya sudah ditulis reader mbak san2 yg lain.
BalasHapusTypeless..
Great mbak santhy.
Makasih mbak san2..
Peluk erat ^_^ SEMANGATTT ^_^
Huaaasa mba saan, maapin bbrp waktu ini jd silent reader, soaanya ngejar deadline baca cerita mba yg byk hahahahah
BalasHapusSemuanya sangat amazing mba! Kereeeeeeen syekaaliiiii...
Romance emang kece dah kkkk
Oia kalo DWTD tamat berarti next story of the dark series dooong mba kkkk romeo lovers, isn't?
keep strong, keep writing mba! \M/
Huaaasa mba saan, maapin bbrp waktu ini jd silent reader, soaanya ngejar deadline baca cerita mba yg byk hahahahah
BalasHapusSemuanya sangat amazing mba! Kereeeeeeen syekaaliiiii...
Romance emang kece dah kkkk
Oia kalo DWTD tamat berarti next story of the dark series dooong mba kkkk romeo lovers, isn't?
keep strong, keep writing mba! \M/
Huaaasa mba saan, maapin bbrp waktu ini jd silent reader, soaanya ngejar deadline baca cerita mba yg byk hahahahah
BalasHapusSemuanya sangat amazing mba! Kereeeeeeen syekaaliiiii...
Romance emang kece dah kkkk
Oia kalo DWTD tamat berarti next story of the dark series dooong mba kkkk romeo lovers, isn't?
keep strong, keep writing mba! \M/
Huaaasa mba saan, maapin bbrp waktu ini jd silent reader, soaanya ngejar deadline baca cerita mba yg byk hahahahah
BalasHapusSemuanya sangat amazing mba! Kereeeeeeen syekaaliiiii...
Romance emang kece dah kkkk
Oia kalo DWTD tamat berarti next story of the dark series dooong mba kkkk romeo lovers, isn't?
keep strong, keep writing mba! \M/
Huaaasa mba saan, maapin bbrp waktu ini jd silent reader, soaanya ngejar deadline baca cerita mba yg byk hahahahah
BalasHapusSemuanya sangat amazing mba! Kereeeeeeen syekaaliiiii...
Romance emang kece dah kkkk
Oia kalo DWTD tamat berarti next story of the dark series dooong mba kkkk romeo lovers, isn't?
keep strong, keep writing mba! \M/
hikz hikz hikz,nangis q mba liat diandra sgitu tegarx mlpas kksih yg dcintai dr kecil pula.gk terima q mba san.nangis lg,moga diandra dpt yg terbaik dr pengorbananx deh,ya mba.
BalasHapuskenapa aku jadi gk suka reno,kasian diandra :'( ,mba san nanti bikin cerita lain yg isinya diandra yah hihihi
BalasHapusMbk di lanjut y crt nya, penuh air mata ini,,....Makasih crtnya
BalasHapus