Jumat, 28 Juni 2013

Another 5% Part 14

PS : maaf harus meeting dulu sampai sore T___T ini dipostingkan dulu naskah yang kebetulan sudah siap ya buat bacaan siang *peluk*



Kecemasan Selly sampai pada puncaknya ketika ponselnya akhirnya berbunyi.

Rolan.

"Selly sayangku? Maafkan aku! Kau ada di mana? Kumohon katakan kau sudah ada di rumah."

Tidakkah Rolan ingat bahwa dia menyuruh Selly menunggu? Bahwa dia berjanji akan menjemput Selly sepulang kantor dan itu sudah dua jam yang lalu?

"Rolan aku..."

Selly hendak berkata-kata ketika Rollan menyela,

"Maafkan aku tadi aku tidak bisa datang, aku menengok Sabrina sebelum berencana menjemputmu... Tetapi kemudian Sabrina mengalami serangan, dia muntah darah Selly, kondisinya kritis, sejak tadi aku berusaha menghubungimu tapi ponselku kehilangan sinyal, mungkin karena hujan deras... Maafkan aku Selly aku tidak bisa meninggalkan Sabrina, tidak  di kondisinya sekarang... Kau tahu aku pernah mengalami serangan seperti ini, aku tahu rasanya Selly..... Sabrina.... dia butuh seseorang..." Rolan menelan ludahnya, "Maafkan aku Selly, kau sudah di rumah bukan? Jangan katakan kau sedang menungguku."

Kepala Selly terasa sakit ketika mendengarkan penjelasan Rolan,  semburan rasa kecewa langsung menyakiti hatinya, membuat dadanya terasa sesak. Tetapi dia berusaha membuat suaranya terdengar ceria. Dia kemudian berbohong,

"Aku sudah di rumah,  Rolan."


"Syukurlah." Suara Rolan terdengar lega, "Hujan di luar sangat deras dan angin begitu kencang. Aku mencemaskanmu setengah mati, syukurlah kau sudah di rumah. Selly."

Selly memandang ke pintu kaca di luar lobby kantornya, hujan turun dengan deras di luar sehingga menutupi malam,angin dan petir bertiup kencang, membuat pohon-pohon bergetar. Jemari Selly yang memegang ponsel bergetar menahan perasaan.

"Kau tenang saja Rolan. Semoga Sabrina baik-baik saja ya. Aku sedang menyeduh teh hangat di sini."

"Maafkan aku Selly maafkan aku.. Sungguh ini bukan rencanaku, aku.."

"Rolan, tidak apa-apa, sungguh, aku mengerti."

Setelah itu Selly hanya bergumam menanggapi perkataan Rolan sebelum lelaki itu mengatakan mencintainya dan menutup pembicaraan.

Selly masih duduk di sana beberapa menit setelah percakapan itu berlalu. Air mata berlinang mengaliri pipinya, dan kepalanya terasa berdentam-dentam.

***

Gabriel sampai di kantor hanya sepersekian detik setelah dia berpakaian. Dia muncul diruangan kantornya, dan bergegas turun melalui lift, bersikap sebiasa mungkin karena dia tahu ada satpam berjaga di depan, dan mungkin juga Selly di sana yang pasti kaget meihatnya muncul tiba-tiba dari dalam, padahal Gabriel sudah pulang sejak tadi.

Begitu Gabriel keluar dari lift, satpam yang berada di pintu langsung berdiri karena kaget. Dia mengira semua orang sudah pulang.

Sementara Gabriel hanya menganggukkan kepalanya singkat kepada satpam itu, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

Dimana Selly?

Gabriel mengerutkan keningnya, merasa marah karena kekuatannya tidak mempan terhadap Selly, hal itu menyebabkannya tidak bisa melacak keberadaan Selly.

"Saya pikir anda sudah pulang, sir." Satpam itu menganggukkan kepalanya dengan hormat.

Gabriel menatap satpam itu dengan tatapan mata tajam. Apakah Rolan sudah menjemput Selly pada akhirnya? Tidak. Pengelihatannya jelas-jelas menunjukkan bahwa Rolan masih ada di rumah sakit. Dan tidak ada Selly di sana.

Jadi dimanakah Selly? Apakah dia pulang?

Gabriel sedikit banyak tahu sifat Selly, perempuan itu begitu percaya pada kekasihnya dan pasti akan menunggu selama dia bisa.

Perempuan bodoh! Dan astaga kenapa Gabriel harus repot-repot mengurusi Selly?

Sambil mengernyitkan keningnya, Gabriel bertanya kepada satpam itu,

"Kau melihat asistenku. Selly? Dia menunggu seseorang di sini dalam waktu lama."

Satpam itu langsung menganggukkan kepalanya,

"Iya Sir. Nona Selly yang anda maksud menunggu di sini sampai lebih dari dua jam. Lalu dia menerima telepon dan pergi. Mungkin sekitar lima belas menit yang lalu."

"Pergi?" Selly menerima telepon dari siapa? Apakah dari Rolan? Gabriel melirik ke luar. Malam ini sama seperti kemarin, hujan turun dengan derasnya disertai angin yang kencang. "Dia naik kendaraan? Ada yang menjemputnya?"

"Tidak Sir. Nona Selly menembus hujan, berjalan kaki, saya sudah mencegahnya dan memintanya menunggu hujan reda. Tetapi nona Selly bilang dia harus segera pulang. Dia memakai payung berwarna hijau."

Ekspresi Gabriel mengeras. Berjalan menembus badai seperti ini adalah keputusan bodoh! Apakah Selly sudah kehilangan akal sehatnya?

Sambil mendecakkan lidahnya, Gabriel mengangguk ke arah satpam itu.

"Oke, aku akan menyusulnya."

Satpam itu mengernyit ketika melihat Gabriel hendak melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Selly, hanya saja Gabriel tidak memakai payung.

"Anda ingin menembus hujan badai ini? Anda tidak memakai payung?" Satpam itu mempertanyakan apa yang ada di benaknya.

Gabriel menoleh, tersenyum misterius kepada Satpam itu,

"Aku tidak butuh payung." Dan kemudian Gabriel melangkah menembus hujan badai itu, menembus kegelapan.

***

Setetes air mengenai Jasnya, membuat Gabriel mengernyit.

"Minggir hujan." Gumamnya gusar, membuat tetesan air itu menguap begitu saja dari jasnya. Lelaki itu berjalan menembus hujan tanpa basah, seolah-olah air menghindari mengenai tubuhnya.

Gabriel mencoba mencari jejak Selly, tetapi masih kesulitan menemukannya.

Dimana kau Selly?

Jemari Gabriel menyentuh pepohonan di trotoar itu, dia menggertakkan giginya setelah membaca memori dari benda itu, tidak. Selly tidak pernah lewat sini. Dengan sigap Gabriel membalikkan badan, bergegas menuju arah yang berlawanan.

Dia terus menyentuh benda-benda yang ada, membaca memori benda itu untuk mengetahui apakah Selly pernah melewatinya atau tidak.

Sial! Sambil berjalan, Gabriel mengumpat-umpat dalam hati. Gabriel benar-benar gusar sekarang. Seandainya saja kekuatannya bisa dipakai kepada Selly, pasti dia akan dengan mudah menemukan perempuan itu. Tetapi sekarang dia hanya bisa mengandalkan memori dari benda-benda, sayangnya hujan badai sedikit mengaburkan memori benda-benda itu.

Gabriel menyentuh tembok sebuah pagar yang ada di tepi trotoar, memejamkan mata dan menemukan pengelihatan itu.

Perempuan berpayung hijau. Badannya sedikit membungkuk, menahankan angin kencang dan hujan deras yang menerpanya.....

Selly baru saja lewat sini. Ingatan dari pagar itu masih jelas.

Gabriel mempercepat langkahnya, menembus jalanan yang sepi dan badai hujan yang begitu kencang tanpa kesulitan. Bahkan angin dan hujanpun tak mau melawannya, mereka melewatinya begitu saja membuatnya tetap kering.

Lalu Gabriel tertegun ketika melihat tubuh itu, tubuh yang terbaring tak bergerak di trotoar seratus meter di depannya. Sebuah payung hijau berputar-putar jauh di jalanan beraspal, dipermainkan oleh angin. Gabriel mempercepat langkahnya dan langsung berjongkok, mengangkat tubuh itu, tubuh Selly yang lunglai ke pangkuannya.

Selly basah kuyup, tetapi tubuhnya panas membara seperti terbakar, perempuan ini demam tinggi!

Gabriel mengibaskan tangannya dan seketika hujan menghindari tubuh Selly. Dengan gerakan cepat Gabriel  berdiri dan mengangkat Selly ke dalam gendongannya, lalu tubuh mereka berdua tertelan oleh bayangan kegelapan dan menghilang.

***

Dalam sekejap mereka berada di dalam flat Selly yang hangat dan nyaman. Gabriel menunduk, menatap Selly yang demam dan masih pingsan di dalam gendongannya.

Perempuan ini basah kuyup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Entah berapa lama Selly sudah  berbaring pingsan di trotoar tadi sebelum Gabriel menemukannya.

Dasar perempuan bodoh! Menembus hujan seperti itu dalam kondisi sakit...

Kenapa Gabriel tidak menyadari bahwa Selly sakit? Perempuan ini pasti sudah demam sejak siang, tetapi rupanya dia berhasil menyembunyikannya dengan baik. Padahal, Gabriel memiliki kemampuan mengukur suhu badan seseorang, membaca detak jantungnya, aliran napasnya, bahkan aliran darah yang mengalir di pembuluh darah manusia kalau dia mau, tetapi di Selly semua kekuatannya itu tidak ada gunanya.

Gabriel menatap Selly, dan kemudian membuatnya setengah berdiri, membuat tubuh Selly yang basah kuyup bersandar pada tubuhnya, air masih menetes-netes dari sana membasahi sebagian besar jas Gabriel. Selly harus berganti pakaian yang kering dan hangat....

Lalu pelan-pelan Gabriel melolosi kemeja Selly dan membuangnya begitu saja ke lantai.

***

Rolan berjalan mondar-mandir di depan ruangan  iccu dan menunggu. Dokter Benny dan teamnya sedang menangani Sabrina sejak beberapa jam yang lalu, berusaha menstabilkan kondisinya yang kritis. Ini kondisi Sabrina yang paling parah, sebelumnya Sabrina tidak pernah muntah darah sampai sebanyak ini. Biasanya pendarahan yang dialaminya hanyalah mimisan.

Tak berapa lama dokter Benny keluar dari ruangan itu, tampak lelah, Rolan langsung menyambutnya,

"Bagaimana kondisi Sabrina, dokter?"

Dokter Benny menghela napas panjang, "Kondisinya sudah stabil. Masa kritisnya sudah lewat, tetapi keadannya menurun drastis, seolah-olah kemampuan tubuhnya memperlambat sel kanker itu menghilang begitu saja."

"Apakah dia akan baik-baik saja?" Suara Rolan bergetar karena cemas, apalagi ketika melihat mata dokter Benny yang tampak suram.

"Kita lihat saja Rolan. Meskipun tidak ekstrim dan langsung sembuh seperti dirimu, Sabrina merupakan keajaiban tersendiri dalam dunia medis, setahuku dalam kondisinya dulu, dia diramalkan meninggal ketika masih kecil, tetapi ternyata sel-sel kankernya berkembang sangat lambat seolah tubuhnya punya kemampuan memperlambatnya, hal itulah yang membuat Sabrina bisa bertahan sampai sekarang, dan saat ini, mari kita berharap keajaiban itu masih ada."

***

Gabriel selesai mengancingkan kancing piyama Selly yang terbaring di atas ranjang, masih tidak sadarkan diri. Napas perempuan itu terengah dan berkali-kali mengerang, mungkin karena demamnya yang tinggi.

Gabriel mengernyit, kalau dia menghadapi orang lain, dengan mudah dia bisa menyembuhkan penyakit ringan ini. Tetapi sekarang kekuatannya tidak mempan. Dengan gusar Gabriel menyelimuti Selly dengan selimut yang tebal, lalu duduk di tepi ranjang, mengamati perempuan itu.

Selly terlihat tidak nyaman dalam tidurnya. Mungkin bermimpi buruk, atau mungkin juga demam ini membuat seluruh tubuhnya terasa sakit. Gabriel menyentuhkan telapak tangannya yang sejuk ke dahi Selly yang panas membara, mencoba membuat Selly tenang.

Sepertinya sentuhannya menenangkan Selly, perempuan itu berhenti mengerang. Tetapi kemudian setetes air mata mengalir dari sudut matanya.

"Rolan...." Selly berbisik lemah, memanggil nama kekasihnya.

Gabriel menatap Selly dengan ekspresi tak terbaca, jemarinya yang masih ada di dahi Selly turun, dan mengusap air mata Selly yang menetes melalui sudut matanya dengan hati-hati.

Kemudian Gabriel menunduk, mengecup bibir Selly dengan lembut, dan kemudian berbisik menanenangkan, 

"Aku ada di sini, sayang. Jangan menangis lagi." suara Gabriel serak, penuh janji....

*** 

Rasanya panas, tubuhnya seperti terbakar, dan seluruh sendinya terasa nyeri. Selly terus menerus mengerang dibalik kesadarannya yang semakin hilang, panas ini tak tertahankan hingga membuat kepalanya terasa sakit. 

Lalu terasa sebuah telapak tangan yang sejuk menyentuh dahinya, membuatnya merasa nyaman, meredakan kesakitannya.

Di balik bawah sadarnya, Selly langsung teringat akan Rolan... dan kemudian kekecewaan itu menyeruak di benaknya, membuatnya meneteskan air mata.

"Rolan...?" Selly memanggil nama kekasihnya, menyuarakan kepedihannya.

Lalu jemari yang menyentuh dahinya itu mengusap air matanya, sentuhannya begitu lembut, seakan ingin menyerap semua kepedihan Selly,

Bibir yang tak kalah lembut mengecup bibirnya dan menenangkan, "Aku ada di sini sayang, jangan menangis lagi..."

Bisikan itu terasa nyaman, seolah-olah dia dijaga dan tak akan dibiarkan kesakitan. Hati Selly langsung dipenuhi oleh rasa hangat,

Tetapi kemudian dalam sekejap,  sentuhan itu menghilang, tak terasa lagi.

Dengan putus asa Selly memanggil-manggil nama Rolan, dan tidak menemukan jawaban, kemudian sekuat tenaga Selly mencoba menguakkan kesadarannya, memanggil nama Rolan sekali lagi dan membuka matanya.....

*** 

Setelah memastikan bahwa Sabrina tidak akan sadarkan diri hingga esok pagi, Rolan langsung melangkah tergesa menuju area toilet pria. Dia memastikan dulu bahwa tidak ada orang di area itu. Kemudian dia memejamkan matanya, memfokuskan diri pada pintu flat Selly.

Dia harus menemui Selly, astaga, dua kali dia membuat Selly kecewa, Rolan tahu bahwa di balik senyuman dan kelembutan Selly, perempuan itu menyembunyikan luka. Dan bahkan Rolan tidak sempat membeli cincin untuk menggantikan cincin lamarannya yang hilang. Ya ampun, Rolan pantas dicaci maki habis-habisan kalau begini.

Ketika dia membuka matanya, Rolan sudah berada di depan pintu flat Selly, lorong pintu itu sepi karena sudah larut malam. Pelan-pelan, Rolan mengeluarkan kunci cadangan flat Selly yang dimilikinya. Pada keadaan normal, dia akan mengetuk pintu meskipun memiliki kunci cadangan flat Selly, tapi sekarang dia tidak mau membangunkan Selly yang pasti sudah tertidur pulas. 

Dia bisa menunggu di sofa ruang tamu sampai Selly terbangun esok pagi...

Pelan-pelan dibukanya pintu flat itu, dan masuk, lalu menutup pintu di belakangnya. Flat itu sepi, dan ruang tamunya gelap. Hanya ada sedikit cahaya temaram kekuningan dari kamar Selly, berarti Selly memang sudah tidur. Dengan pelan, Rolan melangkah ke arah kamar Selly, hati-hati agar tidak bersuara dan membangunkan Selly, kemudian membuka pintu itu sedikit.

Selly sedang tertidur pulas, tubuhnya tertutup selimut.

"Rolan...?" Selly menggumam dalam tidurnya, mata perempuan itu masih terpejam, mungkin sedang memimpikannya. Hal itu membuat Rolan memberanikan diri melangkah memasuki kamar itu, lalu berdiri dengan ragu di sebelah ranjang Selly

*** 

Mata Selly terbuka dan menemukan Rolan yang berdiri di sisi ranjangnya, dia memfokuskan pandangan matanya lagi, tak percaya.Tetapi Rolan benar-benar ada di depannya, di kamar ini!

"Rolan?"

Rolan langsung duduk, dan menggenggam jemari tangan Selly, "Aku di sini sayang." dia mengerutkan dahinya dan menyentuh dahi Selly, "Astaga kau demam tinggi."

Tetapi Selly sudah tidak peduli lagi dengan sakitnya. Semua kekecewaannya hilang begitu saja. Ternyata semua itu bukan mimpi, bukan halusinasi,  sentuhan telapak tangan yang sejuk di dahinya.... kecupan lembut di bibirnya.....ucapan penuh janji bahwa sang kekasih selalu  di sini untuknya....

Semua itu nyata. Ternyata Rolan ternyata benar-benar ada di sini, di kamar ini. Kekasihnya itu menjaganya! Hanya itu yang terpenting untuk Selly.


Bersambung ke Part 15


46 komentar:

  1. Iseng-iseng buka dan another 5% nongol ♥(>̯┌┐<)•
    Sebel sama rolan tapi ga bisa disalahin juga, dia dulu pernah ngerasain sakitnya seperti sabrina.ini endingnya selly gmn??gabriel?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi iya deaar aku jam stengah empat ada meeting sampai malam, jadi buru2 posting dulu deh daripada ga sempat ntar, kebetulan naskah yang sudah siap another 5% hehehe
      semoga ntar malam masih bisa posting lagi ya

      heeeee penulisnya bingung, Sellynya bingung juga ====> readersnya tambah bingung hihihi :D

      Hapus
    2. please mbak
      sama gabriel aja mbak...please...
      *ngesot depan rumah mbak san*

      Hapus
  2. ih..another 5% cepet nongolnya >< mksh yah mba san ^^

    BalasHapus
  3. Kasian Gabriel harus cepet2 kabur karena Rolan dateng ke flat, padahal kan belum selesai nyium selly nya hihi

    BalasHapus
  4. Gabrielnya kemanaaa? Kasih tau Selly mba kalo yg jaga dia itu Gabriel >.<

    BalasHapus
  5. "Minggir hujan." wuihh enak banget jadi Gabriel ....
    ehhh Gabriel main cium aja dasarrr calon istri orang tuhh ..

    Mb Santhy semoga endingnya bijak ya ..
    Sumpe deh bingung akan gimana endingnya ..

    BalasHapus
  6. Akhhh...knp rolan datang sih, kan sellyx jd salah sangka....
    Gabriellll aku padamu....hehehe

    BalasHapus
  7. Akkkkk ya ampunnn, Gabriel, sweet banget sihhhh ><
    makin setuju lah kalo Selly ama Gabriel. hihi ayoo Gabriel, rebut Selly dari Rolan :D

    BalasHapus
  8. hore Gibrel In love with sally, kayanya Gibrel yg akan mendpatkan cinta sejatinya yakin dehhh, dlu sally selalu ada buat rolan sekrng Gibrel yg selalu ada buat sally ^_^ makasih ka

    BalasHapus
  9. setiap kali baca another 5% selalu nyesek di dada...
    serasa pengen nangis....

    aduh.....
    thks m san... novelnya keren abis

    BalasHapus
  10. yeee enak banget tuw roland. Ugag ikut repot nolongin Selly, tapi dia yang dikira Selly menjaganya. GA RELAAAA!!!! *nendang Roland*
    Sumpah aku ga rela banget kalo endingnya Selly sama Roland yang kayak gitu. Mending sama Gabiel cayank yang walu dari luar dia kelihatan dingin, tetapi amat perhatian dan peduli banget sama Selly. go Gabriieeellll!!!!

    Makasih ya mbak shan...

    BalasHapus
  11. thanks mbk saaaannn.....sllu suka ma crita2nya

    BalasHapus
  12. Sebel ma Rolan!>=o
    Lma2 ak jdi pro Gabriel jga nih..
    Gabriel psti jtuh cinta sma Selly! Aaaaa >...<

    BalasHapus
  13. bingung jg bacanya mba.. Gabril apa rolan ya?.. Ahh ngikutin aja..

    Selamat meeting mb san..

    BalasHapus
  14. Aaaaaa!!!sebal sama Rolan, aq dukung Gabriel wlwpn diluar dia keliatn dingin tp peduli sm selly gk kyk Rolan gk peka sm perasaan selly.. Makasih kak Santhy ^¤^

    BalasHapus
  15. aduuh masik seru mbak Santhy... gabriel kayaknya udah ada rasa ya sama Selly? Sebel banget sama Rolan, kenapa lebih mentingin shabrina..
    Makasih mbak Santhy.... :)

    BalasHapus
  16. dukung gabriel pokoknya!!
    Rolannya nyebelin sih :p

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. Mb' Santy..klo sampai selly g' jadian sama Gabriel, aku mungkin akan gentayangan menuntut keadilaaaaaaan............ (langsung dikiring ke RSJ) hehehe

    BalasHapus
  19. apapula si rolan itu, apa2 sabrina,,dkit2 sabrina ヽ(#`Д´)っ┌┛Σ(ノ `Д´)ノ
    lama2 aku kepincut ama gabriel nihh klo bgini adanya..hihihi

    BalasHapus
  20. Gabriel! Nah, gabriel mulai peduli pke bgt tuh sama Selly...
    saia dukung Gabriel aja dah \:D/

    BalasHapus
  21. Huaaa...... selly itu bukan rolannnnnn.... dsr si rolan dtg2.mengacau aja... selly dah ma si kegelapan aja jgn sm rolan labil

    BalasHapus
  22. Huaaa...... selly itu bukan rolannnnnn.... dsr si rolan dtg2.mengacau aja... selly dah ma si kegelapan aja jgn sm rolan labil

    BalasHapus
  23. rolan, km gtw z.. Gabriel lbh peduli sma selly, sdg km hnya mnyakiti'y, nnti saat km mnyakiti'y agy, jgn salahkn selly bila dy deket ma gabriel. Km jahat bgt rolan. Pupus sudah harapan-ku pdmu.. *ko jd ak y yg emosian hadeehhh

    Mbk santy bisa bgt mainin perasaan nie, hiks..hiks.. 8 jempol bwt mbk. Pinjm jempol punya tmn2 hehehe

    BalasHapus
  24. Mbaaaaa , nambah LG dong postingannya.....:-)

    BalasHapus
  25. mba santhy msh sempat posting siang hari disela2 kesibukannya, makaaasiiiih mba *peluk erat*

    BalasHapus
  26. aku lebih milih Gabriel deh teh San... males liat si Rolan.....

    BalasHapus
  27. Omaygaaat
    Kesel bgt ama roland
    Sumpah dah
    (‾˛‾")ƪ(˘-˘)
    Makasih mb san :))

    BalasHapus
  28. mba san ini gmna ini .... astaga jadi jengkel bget ni jadinya ... gregetan saya >.< aigooo

    BalasHapus
  29. Ahhh,,pecat aja tuh si rolan,, ga tau diri bgt jd org mending jg sama bang gabe,,,,,!!! :( :(

    BalasHapus
  30. Hmm.. napa akhirnya rolan yg nongol.. kemane si gabriel.. kasihan ama gabriel.. padahal dia yg care selly.. malah dikirain selly tuh adalah rolan..

    BalasHapus
  31. OMG!!!!!
    Apa yg dilakukan Gabriel? ._.
    Dipart ini, Aku kecewa sama Rolan huhuu :(
    Teganya ninggalin Selly hoho TT
    *Rolan, sadarlah, please! -.-

    BalasHapus
  32. "Minggir hujan." LOL dialog ini, kayak ngomong ke temen. Keren yaaa, andai bisa gituuu...

    Damn! Ahhh gak ridho demi apa,kenapa Rolan musti gitu sihhh! Ahh bete bete banget, ahhh ini Gabriel yang antagonis tapi malah jadi malaikat tak bersayap gini. Tau ahh galau akunya, nunggu part selnajutnya ajalah.

    BalasHapus
  33. Yaaa, Rolan jadi pahlawan kesiangan....
    Selly, yg tadi cium kamu dan jagain kamu bukan Rolan, tapi Gabe...

    BalasHapus
  34. Selly salah oraaanggg....
    Yg nolong tuh Gabriel bukan Rolan,

    BalasHapus
  35. ini rolan oon apa gimana ya..?
    puguh uah diksih kekuatan, masa ga bisa baca pikirannya sabrina..-.-

    BalasHapus
  36. aku kecewa sama kamu rolan x( ,jgn2 selly nih punya kekuatan jg makanya gk bisa di baca :)),thx mba san

    BalasHapus
  37. kemampuan gabriel bner2 wah sampe hujanpun takluk... Astaga gabriel harus happy end w/ selly, no rolan... Rolan terlalu sering mengecewakan selly, oh selly seandainya kau tau, laki2 yg menjaga n mengucapkan janji manis itu adalah bos tercintamu, omaigot....go gabriel go!

    BalasHapus
  38. dari awal milih gabriel... gabriel kau yang terbaik..
    makasih mbak san.. #senyum tiga jari

    BalasHapus
  39. Sebel bgt liat Roland, enk bgt gt y, si Gabriel yg nolong Gabriel eh yg trliat mlh Roland, dasar,....
    Makasih y mbk,...crtnya smakin bagus aja

    BalasHapus
  40. ya ampun deh si Rolan ini -____- aku lebih milih Gabriel ah buat sama Selly xD

    BalasHapus
  41. salam kenal mbak santhy, aku baca another 5% dari part 1 dan langsung fallin in love sama gabriel.
    keren banget mbak ceritanya, ditunggu kelanjutannya ya mbak :)

    BalasHapus
  42. kenapa rolan selalu ngecewain selly,,,
    jadi suka sama gabriel,, jangan2 5%nya gabtiel itu selly lg
    bukan sama rolan #ngarep

    BalasHapus
  43. iiih, Gabriel so sweet deeh.. Makin dukung kamu sama Selly deh..wkwkwkw
    Kok Gabrielnya pergi sih?? Biarkan saja Rolan dan Selly tahu..wkwkwkw
    .
    lanjuut Kak, di tunggu ya..:)
    .
    semangat!! ^_^)9

    BalasHapus