Jumat, 21 Juni 2013

Menghitung Hujan The Epilog



Kau adalah segalanya.

Pelukan untukku dihari dingin hujan dan petir yang menyambar

Pagi yang cerah tempatku membuka mata dalam pelukan dan malam yang indah tempatku menutup mata dalam buaian.

Belahan jiwaku yang selalu menemaniku melangkah di setiap goncangan kehidupan.

Satu-satunya manusia yang bisa mengucap dengan sempurna kalimat “Aku cinta padamu.” 

Bukan dengan kata-kata, namun dengan tatapan memuja dan pelukan yang tak pernah lelah.

Kau adalah segalaku. Dan aku adalah segalamu


 EPILOG

Malam yang tenang dan syahdu, Diandra keluar dari ruang keluarga dan menatap Axel yang menunggunya di ruang tamu. Kedua orang tua Diandra, dan seluruh keluarga berkumpul di rumah sang nenek di bandung untuk acara temu keluarga yang diadakan rutin setahun sekali.

Dan Diandra memilih waktu yang tepat untuk membuka semuanya kepada orang tua dan seluruh keluarganya, bahwa dia sudah tahu kenyataan dirinya sebagai anak angkat.
Ibunya menangis dan ayahnya cemas, takut Diandra akan berubah sikap kepada mereka, tetapi Diandra berhasil meyakinkan semuanya, bahwa dia tetaplah Diandra yang sama, entah dia anak kandung atau bukan. Bahwa dia tetaplah puteri mereka yang mencintai dan dicintai oleh mereka.


Acara keluarga itupun berlangsung dengan haru, dengan tangis dan peluk-pelukan yang memenuhi akhirnya.

Diandra menghela napas panjang, merasakan kelegaan memenuhi dadanya, bersyukur sepenuh hati bahwa dia memiliki keluarga yang selalu siap sedia mendukungnya... dan juga memiliki Axel.

Sudah beberapa bulan berlalu, dan Axel selalu setia menemaninya, seperti yang dijanjikannya. Lelaki itu dengan semangat mengunjungi Diandra kalau Diandra sedang di Jakarta, pun dia selalu menyambut dengan gembira kalau Diandra lebih banyak menghabiskan waktunya di Bandung, di tempat neneknya.

Hati Diandra sudah hampir sembuh, dia bahkan sudah tidak pernah memikirkan Reno lagi, bahkan ketika menerima kabar pernikahan Reno dengan Nana, Diandra sama sekali tidak merasa sakit hati, mereka semua diundang tentu saja, tetapi Diandra memutuskan tidak akan datang, karena dia tahu kehadirannya akan menimbulkan kecanggungan tersendiri.

Tetapi bukan itu yang penting, yang penting baginya adalah ketika dia benar-benar menyembuhkan luka hatinya, ketika kemudian dia bisa menelepon Reno dan Nana, mengucapkan selamat dengan tulus tanpa rasa pedih sedikitpun.

Ya, Diandra sekarang sudah sembuh, dulu dia pernah mencintai dengan sangat dalam. Tetapi kemudian cintanya tak tepat hati. Dan dengan tegar, Diandra berhasil menyembuhkan diri dengan sempurna. Dia telah benar-benar bisa berbahagia dan tak mengharapkan Reno lagi. Baginya, Reno hanyalah sebuah sejarah masa lalu yang bisa dijadikan pembelajaran.

Ada sebuah tawaran kerja di Bandung yang sesuai dengan bidang pendidikan Diandra, dan Diandra berpikiran untuk menerimanya. Bandung, kota ini memang membawa kesakitan untuk dirinya, kesakitan ketika kehilangan kekasihnya. Tetapi Diandra sudah jatuh cinta kepada kota ini, kota yang diselimuti mendung dan kesejukan, hujan alami yang kadang turun tanpa permisi, dan udara basah yang menyenangkan.

Dan juga... ada Axel di kota ini. Axel pasti akan senang kalau mengetahui rencana Diandra, tetapi Diandra bertekad akan menyimpannya dulu sebagai kejutan untuk lelaki itu.
“Aku sangat bangga padamu Diandra.” Axel menatap Diandra dengan tatapan mata berbinar, memuji ketegaran perempuan itu ketika mengungkapkan semuanya di hadapan keluarga mereka. “Kau sangat kuat, tegar dan mengagumkan.”

Pujian Axel itu membuat pipi Diandra memerah karena malu,

“Kau berlebihan.” Gumamnya lembut, “Tetapi setidaknya hal ini membuatku lega.” Gumamnya pelan. “Ketika kita tidak menyimpan rahasia lagi, ternyata menyenangkan. Aku pikir hal ini juga membuat orang tuaku lega, bertahun-tahun mereka menyimpan rahasia ini dariku, demi menjaga perasaanku, sekarang mereka bisa bersikap bebas dan apa adanya.”

“Ya. Dan mereka tetap mencintaimu dengan tulus, tidak berubah setitikpun.” Axel mendekat, berdiri di sebelah Diandra yang merenung menatap ke luar ke arah jendela kaca yang memantulkan pepohonan besar di halaman rumah nenek mereka, “Dan akupun juga merasa sedikit lega.”

“Lega?” Diandra mengalihkan perhatiannya ke wajah Axel, menemukan kegugupan misterius di sana. Lelaki ini sungguh tampan. Sekali lagi Diandra menggumamkan kenyataan itu kepada dirinya sendiri.

“Ya, aku merasa lega.” Axel tersenyum, “Karena setelah seluruh keluarga tahu bahwa kita tidak sedarah, aku bisa mendekatimu dengan terbuka.”

Pipi Diandra memerah, “Kau juga harus menjelaskannya kepada masyarakat karena mereka semua berpikiran kalau kita sedarah.”

“Tidak masalah, aku sudah memikirkan semuanya, bahkan aku sudah berpikir untuk mengurus surat-suratnya kalau memang diperlukan supaya bisa mensahkan secara hukum.”

“Surat-surat?” Diandra mengerutkan alisnya dengan bingung, “Apa maksudmu, Axel?”

“Surat-surat. Kalau kita akan menikah nanti, ada surat-surat yang harus diurus. Kau tahu, mungkin akan sedikit repot karena kau diadopsi secara resmi dan dinyatakan sebagai anak yang sah secara hukum, itu berarti secara hukum pula aku adalah saudara sepupumu yang sah, yang membuat pernikahan kita akan dipertanyakan. Tetapi aku sudah berkonsultasi dengan ahli hukum dan dia mengatakan bahwa pernikahan ini masih bisa dilakukan, mungkin urusannya memang jadi lebih rumit dari pernikahan normal biasa, tetapi tetap bisa dilakukan.” Axel terus berbicara, tidak mempedulikan wajah terkejut Diandra.

“Pernikahan? Apa maksudmu, Axel....apa....” kata-kata Diandra terhenti ketika melihat Axel mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya, sebuah kotak. Dan ketika Axel membuka kotak itu, lalu menunjukkannya di depan Diandra, Diandra ternganga, luar biasa kagetnya.

“Diandra. Aku mencintaimu sudah sejak lama, bahkan mungkin sejak aku melihatmu dalam gendongan mamamu, bayi yang montok dan lucu, sejak itu aku bertekad menjagamu, ingin menjadi pangeranmu yang selalu siap untukmu.” Axel mendesah, “Meskipun ketika dewasa aku menyadari bahwa aku tidak boleh mencintaimu, karena kita bersaudara, aku tetap menyimpan cinta itu dan mengubahnya menjadi cinta saudara.” 

Senyum Axel terkembang, penuh cinta, “Lalu Tuhan memberikan kesempatan kepadaku, dengan mengetahui bahwa kita tidak sedarah, dengan mengetahui bahwa aku masih punya kesempatan memperjuangkan cintaku. Dan aku akan memperjuangkannya Diandra, tak mungkin ada lelaki yang bisa mencintaimu sebesar aku, kau sempurna, kau yang paling indah, kau adalah segalanya bagiku. Dan seandainya kau mau menjadi isteriku, aku bersumpah akan membahagiakanmu dengan sepenuh hatiku.” Suara Axel tertelan di tenggorokkannya dan dia tampak gugup, “Diandra... aku membelikanmu cincin ini dengan harapan, untuk mengikatmu menjadi milikku dan memberikan diriku untuk menjadi milikmu, maukah kau mengabulkan harapanku ini dengan menerima lamaranku?”

Axel tampak begitu sungguh-sungguh dengan perkataannya, membuat mata Diandra berkaca-kaca, membuat bibirnya gemetar menjalar ke seluruh tubuhnya.

Tidak pernah dia menyangka akan dicintai sedalam itu, semurni itu dan dengan sepenuh hati. Diandra pernah disakiti, pernah dilukai sampai akhirnya berusaha menyembuhkan dirinya sendiri, mengembalikan rasa percaya dirinya yang telah mati, dan sekarang Axel berdiri di depannya, mengatakan bahwa dia adalah wanita segalanya, bahwa dia adalah segalanya bagi Axel.

Dan tidak akan ada, tidak akan pernah ada lamaran seindah ini, selain dari Axel.

Jantung Diandra berdebar ketika dia menjawab dengan gemetar,

“Ya Axel... aku mau. Aku mau menjadi isterimu.” Jawabnya pelan, air mata bergulir dari sana, air mata haru dan bahagia.

Axel memejamkan matanya, mendesah penuh kelegaan,

“Terimakasih Tuhan.” Dan kemudian dia meraih jemari Diandra, memasangkan cincin itu di sana lalu mengecup jari Diandra dengan lembut dan penuh cinta,

“Aku mencintaimu sayang.” Lelaki itu menghela Diandra ke dalam pelukannya dan memeluknya erat-erat, “Aku akan menjagamu.”

Diandra membalas pelukan Axel dan memejamkan matanya yang penuh air mata di pundak lelaki itu,

“Terimakasih Axel, aku juga mencintaimu.”

Kedua sejoli itu berpelukan dengan begitu bahagia, tidak menyadari ketika orang tua mereka menengok dari ruang tengah dan melihat anak-anak mereka sedang berpelukan.

Papa Axel mengedipkan matanya kepada papa Diandra, lalu merangkul adiknya itu masuk kembali ke dalam supaya tidak mengganggu kedua sejoli yang sedang menumpahkan rasa itu.

“Kurasa, selain menjadi kakak adik, kita akan menjadi besan sebentar lagi.” Papa Axel terkekeh, yang disambut dengan gelak papa Diandra,

“Dan kita akan sibuk menjelaskan kepada semua orang karena mereka akan menganggap semua ini aneh.” Tawanya, “Tetapi tidak apa-apa, yang penting anak-anak kita bahagia.”

“Tentu saja.” Sahut papa Axel, “Tak ada yang paling diinginkan orang tua, selain kebahagiaan anak-anaknya.”

Dan kemudian mereka semua tersenyum dalam hati, mengucap syukur bahwa anak-anak mereka telah menemukan jodoh yang dicintai sepenuh hati.



End Of Epilog

29 komentar:

  1. uhh,, so sweet.. T.T
    coba ada yg beneran kayak gitu,,
    cinta panda pandangan pertama dalam bentuk: masih bayi,, wowo,,, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehehe ternyata cinta Axel dalam juga ya ke diandra syukurlah akhirnya mereka bisa bersama hehe :D

      Hapus
  2. wah epilognya bikin terharu :) axel romantis bgt, ya meskipun ngk ad reno am nana tapi tetep keren

    makasi kak santhy

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe iya sayaang epilognya khusus buat diandra :)) karena diandra berhak dapat bahagia juga yah hehehe *peluk*

      Hapus
  3. Nana nya ma renno bneran abis? Hiks thx mba san :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe iyaaa udah tamaaat hiks hiksss :D
      sama2 sayaaaang :D

      Hapus
  4. Akhirnya Diandra dibuat bahagia oleh penulis yang baik hati ini xixi ...

    Ehhh aq suka kata2 ini "cintanya tak tepat hati" hihi

    BalasHapus
  5. Axel romantis bgt...
    Hhhuuueee....
    Mbak San... Kereennn bgt..

    BalasHapus
  6. Sweet epilog,
    itulah yg pling aku suka dri teh santhy,
    sbgian bsar akhr crtanya heppi ending.
    Mkn syang ajj aku ma teh santhy,
    smangat trus,ganbatte.

    BalasHapus
  7. bahagia akhirnya menemukan cintanya lagi ^_^

    BalasHapus
  8. akhirnyaaaaa bisa komen jugaa..hoho
    dari cerita mba san yg bersambung ini yg paling nyeseksekksekkk menurutku huhuhu walopun diandra hepi ending tp perjalanannyaaaa bikin nangis darah garuk" tembok n ngesot kolong kasur *lebayyy*

    BalasHapus
  9. mau dong kaya diandra hihihi *ngarep hahhah yey happy ending lagiiii makasih mba postingannya.... *hugs

    BalasHapus
  10. tes tes,,,komen masuk gak ya? aku udaa sring coba tapi kok gak masuk masuk ya mba san.

    BalasHapus
  11. Waaaa yaampun keren bgt epilognya mb saaan
    Happy endiiing
    Diandra bahagiaa
    Hihihihi
    Makasih mb santhy
    As always, novelnya keren sangat :))

    BalasHapus
  12. duuuuh akhirnya so sweeeeet, makasiiiih mba shanty..

    BalasHapus
  13. tak
    mungkin ada lelaki yang bisa
    mencintaimu sebesar aku, kau
    sempurna, kau yang paling indah,
    kau adalah segalanya bagiku. Dan
    seandainya kau mau menjadi
    isteriku, aku bersumpah akan
    membahagiakanmu dengan
    sepenuh hatiku.”<<< kapankah ada laki2 yg berkata seperti itu untuk ku ,oooh so sweet.thx mba.san

    BalasHapus
  14. epilognya bikin terharu deh trnyata cintanya axel sedalam itu ya ke diandra dan trnyata dr kecil dia emg udah sayang bgt sama diandra
    tp masih kurang sreg juga sih mba karna reno bukan buat diandra tp gpp deh yg penting diandra akhirnya bisa bahagia juga

    BalasHapus
  15. Diandra beruntung banget ya, mencintai setulus hati walaupun dikhianati tapi akhirnya dicintai sepenuh hati.

    BalasHapus
  16. Diandra beruntung banget ya, mencintai setulus hati walaupun dikhianati tapi akhirnya dicintai sepenuh hati.

    BalasHapus
  17. makasiiih, ya mbak.. ∞peluk peluk peluk smpai mbak santhy megap2∞

    aku lbh suka ceritanya diandra axel drpd nana reno..
    lbh gereget gimana gitu.. (^○^)

    BalasHapus
  18. Ah so sweet bangettttt!!!!sudah aku duga kalo Axel cinta sejati Diandra.....oh ini so sweet bangettttt!!

    BalasHapus
  19. kurang panjang mbak... T.T #pllaakkk... suka diandra-axel nih...

    BalasHapus
  20. Ku harap cinta diandra ke axel bukan karena terpaksa, mengingat membuang hati tak segampang membuang sampah *Lol*
    Mbaaaaak Saaaannn aku seneng bangeeettt,
    akhirnya menghitung hujan udah selesai *pasti aku akan kangen diandra :P
    cuma 1 yg disayangkan,, krn Diandra belum kasih tau klo jantung Rangga ada di raga mantannya *ogah sebutin nama* haha :P

    BalasHapus
  21. Semua manusia di takdirkan bahagia :) aaaaa makasih mba san axel diandra reno nana<3

    BalasHapus
  22. akhirnya mereka semua bahagia.
    happy ending :)

    BalasHapus
  23. Kak Santhy kapan apdet cerita lagi? kangen :(

    BalasHapus
  24. Kenapa diandra tidak menceritakan kepada orang tuanya tentang rangga?
    Juga jantung rangga sekarang ada di reno?

    BalasHapus